.
[24/1 17.15] lmus8972:
KUPU-KUPU
derap waktumu habis hanya mengejar kupu-kupu
mari menanami taman bunga-bunga merekah
biar deras hujan membasah matamu
mengembung bening hening rinduku
padamu kupu-kupu datang merubung
senja ini tawamu mendengung gurindam salam
menapis semua gumam sendu
lihatlah kupu-kupu penakluk dendam
memeram ulatnya meredam makar
hingga berbenah menghias pesona tanpa gahar
warna-warni cantik menebar jemput hati lebam
berganti senyum tawa menyunting harapan
bahwa hidup itu indah tegar menawan
Lamongan, 24 Januari 2025
[26/1 19.47] lmus8972:
TERBUANG
bahkan rintik gerimis pun aku berteduh di rindang ceri
tak sanggup menadah deras hujan,
apalagi menggenggam kecamuk badai
takaran kita berbeda, aku salut kagum padamu, sayang
terabas hujan menggantang awan
terik mentari menggelar senyuman
penjinak siang penggawang malam
menyusut air mata diserahkan ke rembulan
penelantar ditinggalkan tanpa pesan dan kasih sayang
anak-anak yang beku di bawah jembatan dan emperan
dilempar ke jurang nista dianggap kutukan
matamu elang menyergap suram zaman
dihempas gelombang takdir tak bertuan
di lampu merah biaran mengiba pura-pura
di trotoar membata hati para pejalan
hanya Tuhan yang peduli
hanya Tuhan membersamai sejati
Lamongan, 26 Januari 2025
[26/1 21.40] lmus8972:
JIKA SUDAH MASANYA
jika sudah masanya, hujan turun tanpa dipaksa
jika sudah masanya, deras rinai bergantian menyuburkan
jika sudah masanya, tetumbuhan meranum hijau bersuntingan
jika sudah masanya, doa-doa jadi kasunyatan
mengalir bening tirta telaga
kembang padma bermekaran
mengaca diri pagi membinar wajah keriangan
ternyata kepedihan bisa jadi tuntunan kehidupan
ternyata tangisan bisa jadi tumpuan kelaraan
dan kita bertahap tapi pasti
melewati tikungan menurun mendaki
curam jurang menghela kendali
licin jalan meredam ambisi ilusi
jika sudah masanya, segalanya indah bisa terjadi
Lamongan, 27 Januari 2025
[26/1 23.31] lmus8972:
DULU DAN KINI
dulu,
hari-hari kenangan mengupas bawang merah
terasa pedih di mata semerbak harum gorengan
nasi jagung hangat pagi menjelang
ikan pindang lombok tomat osengan
berangkat ke sawah mengayun langkah pematang
mengharap panen harga tak dipermainkan
kini,
sawahku tak ada dangau sekarang
bercengkerama burung manyar bersahutan
sekendi air ubi rebusan hilang ditelan zaman
aku tergesa kuli bangunan di kota
sawahku sekadar hiburan penat badan
hijaunya tak lagi meminat angan kedamaian
perumahan mengapling menyesak harapan
ganti rugi hilang melayang sebulan
mobil motor gawai biaya menjulang
generasi jadi pegawai suap mencekik gajian
buruh pabrik menjanjikan ketenangan dalam kelelahan
sawahku mungkin hilang pondasi apartemen ditancapkan
Lamongan, 28 Januari 2025
[27/1 20.26] lmus8972:
SECANGKIR KOPI 2
secangkir kopi tak sempat menyampaikan rindu hati jiwanya
pada gerimis dan angin tenggara senja ini
hingga dingin melucuti hangat kepulnya
tak mengapa karena cinta bukan kedua bola matanya
tak menyesal karena hakikinya tak ada perpisahan
jarak dan waktu semakin mengerat penjalinan
gamang mengambang membulat lingkaran rumpunan
marga berhimpun meruntuhkan persengketaan
secangkir kopi adalah bahasa keakraban
tak ada kasta meski harga berbeda, ia tetap hitam
meluruh racun-racun strata pengaburan
penikmatnya tersenyum tanda akrab kemanusiaan
saling berbagi silam harapan ke depan
saling menertawai mengharu bijak dalam canda
tak mengadili saling wawas diri
Lamongan, 28 Januari 2025
[28/1 17.19] lmus8972:
KOSONG SAHARA
hidup menelantar diri tak bertuan, kosong sahara
berteriak kehausan menuding sangka keliaran
membiarkan hujan tak bertanam walau sebatang angan
melara diri hingga renta pembiaran
remuk redam seluruh tubuh pesakitan
begitulah, jika puja dipersonakan gayuhan
tepuk tangan penyaksi melambung layang
layang-layang putus tersangkut duri dadap
atau robek rebutan bocah menertawakan
kakinya hampir lumpuh matanya makin sayu
ingin sekali berhuma di tengah hutan
mencumbui bening air mengalir
mengirama kicau burung bersahutan
meresapi hijau tetumbuhan bugar
maka dia menulis rencana lakuan,
namun sekadar sketsa buram hitam,
entah
Lamongan, 29 Januari 2025
[28/1 19.29] lmus8972:
SERIBU CEMARA DI JALAN VETERAN, 1985-1988
kamu tulis surat cinta harum bersampul ungu
kubaca berulang antara yakin dan mimpi
tapi aku tak berani membalas, sepedaku mini lawas
uang sakuku ngepas hanya beli teh hangat
dan goreng pisang sebiji setiap hari
kadang beli majalah tempo bekas, jadi makan angin lepas
kubaca tempo berlagak intelek berkelas
jurusan sosial berangan politikus atau analis ekonomi mikro
berharap teman sering traktir tanpa sindir
suatu hari sepatuku bolong dikerat tikus
tubuhku kecil suka basket tak bisa voli
temanku pegang bola, aku hanya berlari
tanpa kendali, sepatuku
kutambal kertas karbon hitam menutup
beruntung guru olahragaku sangat peduli
memberi sepatu, beliau sekarang di surgaNya
kulacaki seribu cemara di jalan veteran
kini hilang berganti riuh kuliner variasi
seribu cemara itu pucukku mimpi
bila hati galau lupa uang saku tertinggal di laci
mendongak ke atas, lancip cemara menembus
langit khayali, bahwa kala itu tiba
segala riang pasti terjadi
Lamongan, 28 Januari 2025
[29/1 03.58] lmus8972:
GONG XI FA CAI
rimbun bambu, panda, pendekar rajawali, Gus Dur,
merasuki hangat kopiku pagi ini
bakpao hangat manis senyum menghias hari-hari
usai subuh berbaju koko udara membugari
perjalanan mencari kitab suci akan kutempuh laju
walau terjal mendaki menapak falsafi
menembus tembok sekat manusiawi
silang budaya meredam dendam saling peduli
hidup tak sekadar memburu angpao ragawi
jurus dewa mabuk meretas angkara duniawi
bershaolin menempa diri melantang matahari
memurnamai rembulan merengkuh mimpi
mobilitas lesat mendamai tradisi
berziarah moyang sebab silam adalah luhur
menata harkat keluarga merestui
selamat tahun baru, saudaraku
meniti hari bertabur doa-doa suci
kreasi tanpa henti beradab dimensi
Lamongan, 29 Januari 2025
[29/1 18.28] lmus8972:
MERINAI HUJAN SENJA
merinai hujan senja jingga, alir merendah mencari muara
membiru bening pendar mentari megah semesta ini
samudera hati memilah bijaksana
begitulah hendaknya, setiap prahara dihadapi legawa
bukan jumawa merasa diri busung segalanya
yakinlah bakal petaka tangga menimpa
bukankah air pelarut doa-doa mustajabah
bukankah air memantas diri sesuai wadahnya
tak pernah paksa menyesaki interaksia
air hanya butuh tepat kelola
jangan susut memaksa bandang akhirnya
merinai hujan kanakmu telanjang dada
bergelut hitam lumpur canda tawa
begitulah harusnya, menempa setiap selisih
melapang terima solusi dengan gembira
maghrib tiba, Tuhan teduhnya
Lamongan, 30 Januari 2025
[30/1 10.12] lmus8972:
HUJAN ALGORITMA
hujan pagi ini algoritma
rangkai madah anggrek bulan
kusunting dirimu janji suci
cincin melingkar bulat tekadan
sadari samudera bukan permainan
bahteraku kayu namun kukuh
navigasi terarah dermaga harapan
geometri kasihmu simetris
kadang aljabar minusku mengacak buritan
namun garis lurusmu sudut beraturan
membangun prisma keutuhan
rumus sederhana: berbagi mengganda keberkahan
ekuilibrium bukan angka-angka penambahan
dalam pengurangan tersembunyi hikmah
selalu ada himpunan ganjil kegundahan
kita perhitungan, Tuhan menggenapkan
takdirNya tak terhingga keapikan
Lamongan, 30 Januari 2025
Penulis Puisi, Muslimin Lamongan, adalah guru bahasa Indonesia di SMP Islam Tikung dan SMP tashwirul Afkar Sarirejo Lamongan Jatim