Dengarkan Artikel
“Atur barisan!” kata seorang berpakaian serba hitam – dia dikenal sebagai Tuan Hatake.
Seruan Hatake kepada sekumpulan pria bertopeng Ninja, juga berpakaian serba hitam, sudah cukup membuat mereka serentak berbaris rapi. Tak ada suara apa pun, mereka hanya diam sambil menyimak perkataan Hatake.
“Keadilan harus ditegakkan malam ini. Ketika ada orang yang berbuat kejahatan, maka balasan setimpal adalah dengan menghukum orang itu. Tapi, memberi hukuman bukan berarti kita memamerkan kemampuan kita sebagai sosok eksekutor – hukuman diberikan agar para pelaku kejahatan itu jera dan tidak mengulangi lagi perbuatan mereka.” ujar Hatake.
Tuan Hatake ini memiliki sikap yang tegas. Dulu, dia adalah seorang polisi yang pernah menuntut ilmu Ninja. Keterampilannya semasa berlatih telah menjadikan lelaki itu sebagai Ninja profesional, melambungkan namanya menjadi salah satu shinobi yang paling diburu. Kenapa? Karena dia punya misi untuk menghabisi siapa saja yang menurutnya melanggar aturan.
Hatake memang seorang polisi – dulunya. Sejak dia sadar bahwa banyak polisi yang korup dan tidak menjalankan tugas sebagaimana semestinya, dia merasa seperti dikhianati. Oleh karena itu, diam-diam dia pergi ke sebuah daerah terpencil di Jepang dan berguru kepada seseorang – seorang mantan Ninja. Saat lelaki ini sudah cukup mahir sebagai seorang shinobi, ia lantas membentuk sebuah organisasi kecil yang bertujuan untuk menumpaskan ketidakadilan.
Maka, di balik sosoknya yang merupakan seorang polisi, Hatake secara rahasia punya misi khusus dari organisasi yang ia bentuk. Perlahan-lahan organisasi tersebut bergerak dan menculik beberapa berandalan dari berbagai kasta – umumnya dari kalangan pejabat nakal – Hatake dan kelompoknya beraksi di malam hari dan menculik para pejabat korup untuk dihukum. Hukumannya juga bukan main-main karena organisasi itu lebih mengedepankan bermain hakim sendiri.
Hatake mengedepankan untuk bermain hakim sendiri, seperti menculik dan mengasingkan para berandalan ke tempat asing, itu karena dia sudah jengah terhadap hukuman yang berlaku untuk menghukum siapa pun yang berbuat kejahatan. Hukuman yang diberikan kepada mereka yang berbuat kriminal, seperti korupsi, hanya omong kosong sebab sama sekali tidak membuat jera. Oleh karena itu, lelaki ini percaya bahwa satu-satunya cara untuk membuat jera para pelaku kejahatan sekaligus mengancam keberadaan mereka adalah dengan bermain hakim sendiri.
“Malam ini…” kata Hatake, “kita akan menyusup ke sebuah penginapan. Ada beberapa pejabat yang sedang mengadakan rapat – rapat untuk membagi hasil korupsi. Kita… sudah berulang kali menculik para koruptor dan mengasingkan mereka, tapi sepertinya hukuman seperti itu masih belum cukup. Maka, kutegaskan pada kalian misi kita pada malam ini – tak ada yang boleh selamat. Mereka semua harus dibunuh sampai besok berita menghebohkan seisi kota – mungkin dengan cara itu bisa para koruptor akan takut.”
Ya, Hatake sudah mulai mengubah hukumannya kepada para koruptor. Ia menghukum mereka sama seperti dirinya memberi hukuman kepada para perampok atau pelaku begal.
“Mayat mereka akan menjadi sebuah kabar bahwa tak ada yang boleh semena-mena berbuat kejahatan. Jadi, kuperintahkan kepada kalian semua… ini misi mutlak. Tunjukkan pada mereka bahwa kita adalah seorang shinobi yang tak bisa dianggap sebelah mata. Kita adalah shinobi yang punya harga diri – kita adalah sekumpulan Ninja yang menegakkan keadilan seadil-adilnya.” tutur lelaki itu lagi.
“Siap!” jawab para shinobi serentak.
📚 Artikel Terkait
Para pria bertopeng itu lantas langsung bergerak meninggalkan Hatake menuju ke sebuah penginapan.
***
Bertahun-tahun kelompok Ninja yang dipimpin oleh Tuan Hatake melancarkan misi mereka dalam memburu para pelaku kejahatan. Sejauh itu mereka bergerak, tak ada seorang pun yang tahu tentang mereka, bahkan para polisi. Semua shinobi memalsukan identitas agar rahasia mereka tetap terjaga, termasuk Hatake sendiri.
Kelompok shinobi yang dinamai Masayoshi itu cukup misterius. Dan, kehadiran mereka telah membuat sebagian masyarakat Jepang merasa bahwa Ninja yang dulunya telah tiada mulai bangkit kembali. Berbagai pernyataan kemudian muncul; banyak pro dan kontra di balik aksi Masayoshi yang bermain hakim sendiri. Sebagian setuju terhadap eksisnya kelompok tersebut, apalagi mereka banyak memburu para pejabat kotor. Tapi, tak sedikit pula yang mengecam sebab para shinobi itu terlalu brutal hingga melahirkan ketakutan mendalam, tak hanya bagi para berandalan tapi juga bagi masyarakat setempat.
Akan tetapi, itulah tujuan Hatake membentuk organisasi Ninja-nya. Dia, selaku pimpinan – yang sudah muak melihat realita di balik perbuatan para berandalan – Hatake tak ingin mendengar apapun kecuali hanya fokus pada tujuannya. Baginya, keadilan adalah nomor satu, dan agar terealisasi, maka cara yang tepat untuk dilakukan adalah dengan menghukum para pelaku kejahatan sebengis-bengisnya.
Hatake tidak hanya melancarkan aksinya di sekitaran Jepang. Ia juga menugaskan anak-anak muridnya pergi ke negeri-negeri lain untuk menumpas kejahatan dengan cara Masayoshi. Mereka yang punya misi di negeri-negeri tertentu, datang dengan menjadi agen rahasia. Di balik itu, mereka secara rahasia memburu para mafia untuk dibunuh.
Di balik eksisnya Masayoshi, ternyata kabar mengenai mereka yang memburu para mafia kelas atas sampai terdengar ke sebuah kota yang letaknya sangat jauh dari Jepang, Banda Jivah. Dari kota itulah kemudian muncullah seorang pria yang kelak menamai dirinya sendiri sebagai Detektif Jimmy.
Detektif Jimmy datang dan berguru langsung kepada Tuan Hatake. Selama menjalani kerasnya latihan bersama kelompok Masayoshi, Jimmy lantas benar-benar menjelma menjadi seorang shinobi handal. Dia pun kembali ke kota asalnya, Banda Jivah, dengan membawa bekal berupa kemampuan shinobi sejati.
Namun, meskipun berguru dengan Tuan Hatake dan mempelajari prinsip Ninja versi lelaki itu, Jimmy ternyata punya pandangan berbeda. Sejatinya, baik Hatake dan Jimmy punya tujuan yang sama terhadap aksi mereka di kota masing-masing. Akan tetapi, yang membedakan adalah cara; Tuan Hatake tetap menganggap untuk menegakkan keadilan agar menjadi nyata adalah dengan menghukum mati para pelaku kejahatan; di sisi lain, Jimmy lebih mengedepankan sisi kemanusiaan di mana dia tetap memburu para mafia dengan brutal, tapi tanpa membunuh mereka.
Perbedaan itu lantas melahirkan sedikit konflik antara Tuan Hatake dan Detektif Jimmy. Tepat di saat Jimmy akan kembali ke Kota Banda Jivah, mereka berdua berdiskusi dan kemudian bersepakat. Suatu hari nanti, saat keduanya kembali bertemu, Hatake dan Jimmy akan bertarung.
Kenapa?
Satu sisi, Tuan Hatake menganggap bahwa Jimmy adalah seorang pengkhianat yang tak mau mengedepankan misi Ninja sesuai dengan apa yang telah ia ajarkan.
Di sisi lain, Jimmy yakin bahwa kejahatan tidak selalu harus dilawan dengan memberi kematian. Dan, apa-apa yang telah menjadi prinsip dalam diri Tuan Hatake tak jauh berbeda dari para pelaku kejahatan tersebut. Maka dari itu, ia menganggap gurunya itu telah menyimpang.
Oleh karena tidak menemukan titik temu untuk meredakan konflik di antara Tuan Hatake dan Detektif Jimmy, maka mereka berdua sepakat untuk saling bertarung di suatu hari nanti. Hatake menganggap pertarungannya harus terealisasi karena dia akan berhadapan dengan seorang pengkhianat. Sementara itu, Jimmy sebenarnya tetap menganggap Hatake sebagai gurunya. Tapi, jika memang harus bertarung untuk menyelesaikan konflik, maka dia takkan pernah lari dan siap meladeninya kapan pun. Bagi detektif itu, seorang Ninja sejati adalah dia yang tak pernah lari meski dalam situasi terancam.
“Sampai nanti waktunya tiba, mungkin kita akan saling bertarung lagi – bukan sebagai guru dan murid – tetapi sebagai musuh.” ujar Tuan Hatake kepada Detektif Jimmy, sebelum pria itu kembali ke Kota Banda Jivah.
🔥 5 Artikel Terbanyak Dibaca Minggu Ini


















