Oleh Erika Syifaq
Taruni Kelas XI Perhotelan SMKN 1 Jeunieb, Bireun, Aceh
Broken home adalah kehidupan yang paling tidak mengenakkan, tapi bagaimana jika seorang gadis kecil yang bejuang demi kehidupan berikutnya? Sunguh tidak mudah hidup serba kekurangan, dibenci dan dicaci maki oleh tetangganya karena hal yang sangat tidak logis.
Ya, dia gadis kecil yang ceria dan manis. Dia adalah Aletta Luthfia, sering dipanggil dengan sebutan Letta.
Letta adalah gadis kecil broken home yang tinggal bersama ibunya. Dia tidak hanya sendiri, tetapi dia memiliki dua abang laki-laki, dan satu adik laki-laki. Dia anak perempuan satu-satunya, tetapi kehidupannya sangat jauh berbeda dengan anak perempuan satu-satunya yang lain.
Di masa kecilnya, Letta harus berjuang bersama ibunda tercintanya. Dia salah satu gadis kecil yang terpilih untuk menjadi gadis yang kuat, mandiri, dan bekerja keras.
Di masa SD, Letta harus berjualan demi mendapatkan uang jajan. Kadang-kadang juga dia tidak mendapatkan uang jajan semisal jualannya tidak terjual. Bukan ibunya tidak memberikan uang jajan, tetapi ibunya tidak memiliki uang untuk diberikan. Beruntungnya, Letta paham akan situasi dan keadaan.
Jangan berpikir ibunya Letta tidak bekerja,maka kalian salah bahwa ibu Letta rela kerja apapun demi anak-anaknya. Ibu Letta rela pagi-pagi sekali, setelah shalat subuh ibunya sudah tidak ada di rumah. Ibunya bekerja di mana saja. Bahkan ibunya bekerja di Puskesmas terdekat untuk memasak makanan yang akan diberikan ke pasien. Selesai dari situ, ibu Letta tidak langsung pulang ke rumah, tetapi melanjutkan bekerja di rumah orang sebagai pencuci baju.Bahkan ada baju yang dicuci di rumahnya sendiri karena sangat banyak, tidak hanya 1 rumah, tetapi ada 5 rumah yang ibunya harus bekerja. Bayangkan saja seberapa lelah dan pegalnya, tetapi ibu Letta tidak menyerah. Dia yakin pasti bisa membiayai anak-anaknya itu.
Beruntungnya ibu Letta karena masih ada orang tuanya yang siap membantunya. Walaupun tidak seberapa, setidaknya bisa membantu Letta dan abang-abangnya itu.
Walaupun begitu Letta tidak mengeluh dengan kehidupannya yang berbeda dari gadis- gadis yang sebaya dengannya. Yang bisa punya baju baru dan semuanya serba baru. Tidak seperti Letta yang hanya memiliki barang bekas saja kecuali hari raya walaupun cuma satu baju barunya tetapi itu sudah sangat cukup bagi Letta. Dan dia bersyukur dengan semua itu.
Saat Letta sudah memasuki masa SMP dia juga masih berjualan demi mendapatkan uang jajan. Tetapi pada suatu saat dia harus berhenti berjualan dikarenakan pihak sekolah melarangnya untuk berjualan di sekolah ditakutkan akan mengganggu pembelajaran. Berhubung dia tidak bisa berjualan lagi mau tidak mau dia harus membantu ibunya mencuci baju orang sewaktu Letta pulang sekolah.
***
Krukkuruyukkk. Suara ayam berkokok di pagi hari yang mampu membangunkan gadis manis yang tertidur pulas itu.
“Nenek masak apa hari ini?” tanya Letta pada neneknya. Letta sangat bersyukur masih ada nenek bersamanya dan yang menemaninya di saat-saat dia memerlukan kasih sayang ibunya. Dia tidak kekurangan kasih sayang ibu kandungnya, tetapi dengan ada neneknya. Kasih sayangnya seakan-akan terasa penuh.
*****
“Letta berangkat ya nek. Dadaaaah. Assalamu’alaikum” Salim Letta ke neneknya.
“Wa’alaikumsalam” jawab Nenek Letta.
dan Letta pun berangkat ke sekolahnya. Dia tidak diantar, tapi ianya menggunakan sepeda atau berjalan kaki kadang-kadang. Walaupun sokolahnya jauh, tetapi terpaksa dia berjalan kaki. Letta tidak mengeluh dengan keadaan dirinya saat ini karena dia yakin dengan kalimat “Man Jadda Wa Jadda” artinya barang siapa yang bersungguh-sungguh, dia pasti berhasil.
Kalimat inilah yang membuat Letta yakin dengan dirinya. Dia yakin bahwa dia bisa mengubah kehidupannya kelak.
Saat di sekolah pun Letta sering sekali di bully oleh teman-teman kelasnya maupun seangkatannya.Tetapi Letta tidak terlalu memikirkan omongan mereka. Letta tidak mau mengambil pusing dengan perkataan mereka, karena tujuan Letta sekarang adalah belajar demi masa depan Letta.
Letta bukanlah gadis yang sangat pintar dan bukan juga gadis bodoh. Letta hanya gadis biasa-biasa saja, karena Letta selalu ingat perkataan nenek, ibu, dan gurunya.
“Tidak perlu menjadi pintar kalau adab tidak ada. Orang bakalan melihatmu dari adabmu, bukan dari pintarmu. Urusan pintar belakangan, yang penting kamu punya adab” itulah kata-kata yang selalu diingat Letta.
Tdak hanya di sekolah saja dia dibully, dihina, bahkan tetangganya pun kerap kali mencaci maki Letta dengan kata-kata yang tidak enak didengar. Tetapi Letta seakan-akan tuli dengan perkataan itu. Sebenarnya Letta sakit hati atas perkataan orang-orang terhadapnya, tapi mau bagaimana lagi, Letta tidak bisa mengubah sudut pandang semua orang terhadapnya.
“Ngapain sekolah nanti tidak sanggup membayar uang kuliah, yang ada nanti beban ibumu saja” begitulah kira-kira perkataan tetangga Letta saat dia ingin melanjutkan kuliahnya. Letta cukup sabar dengan kata-kata yang sering diucapkan oleh tetangganya dan dia hanya tersenyum dalam menanggapi semua perkataan itu. Tapi di balik senyuman itu terdapat rasa sakit yang sangat dalam. Yang ada di pikiran Letta saat itu adalah “Apakah sehina ini menjadi anak broken home?”. “Apa salah Letta terhadap mereka?” begitulah pikiran-pikiran yang keluar dari otak Letta.
Dan saat Letta ingin memasuki masa-masa kuliahnya dia masih bimbang antara lanjut kuliah atau langsung kerja membantu ibunya. Tetapi berkat dorongan ibu dan nenek Letta akhirnya Letta pun memilih untuk melanjutkan kuliah. Alhamdulillah, berkat kerja keras ibu, nenek dan Letta tentunya, akhirnya Letta lulus di Jurusan PGSD. Letta sangat senang dengan berita ini.Letta tidak henti-hentinya mengucap syukur karena menjadi guru adalah keinginan Letta dari kecil.
Di kuliahnya Letta kerap kali mendapatkan cobaan-cobaan dan rintangan. Seperti saat ini Letta harus membayar SPP yang menunggak dua bulan. Bukannya tidak ingin membayar, tetapi letta terpaksa menggunakan uang tabungannya itu Letta gunakan untuk membawa ibu Letta ke dokter karena ibunya lagi sakit. Dan kebetulan sekali kakeknya pun lagi sakit, mau tidak mau nenek Letta juga menggunakan uang tabungan nya untuk operasi kakek Letta itu.
Terpaksa Letta harus meminta bantuan ayah letta. Dia tahu siapa ayahnya. Bahkan dimana ayahnya tinggal. Tetapi dari dulu dia hanya berkunjung sekali saja karena ibu tirinya tidak menyukainya. Letta pun tidak tau mengapa ibu tirinya itu membencinya.
Pada suatu hari Letta pun pergi ke rumah ayah nya itu.
“Ayah, letta belum membayar uang SPP kuliah karena uang yang kemarin Letta tabung. Letta gunakan untuk pengobatan ibu. Boleh tidak Letta meminjam uang ayah sementara, takutnya nanti kalau lama menunggak Letta di keluarkan dari kuliah, boleh ya Ayah?” mohon Letta pertama kali pada ayahnya itu. Semenjak ayah dan ibu Letta cerai, ayahnya itu tidak mau membiayai kehidupan mereka.
“Ngapain kamu kuliah, habisin uang saja, lagi pun saya tidak menyuruh kamu untuk kuliah, jadi itu bukan urusan saya” ujar ayah Letta ketus tanpa menghiraukan perasaan Letta yang telah dia lukai.
“Yaudah Ayah, kalau gitu, Letta pamit dulu. Makasih atas waktu Ayah” pamit Letta dengan suara bergetar karena menahan air yang ingin keluar dari matanya. Letta tidak membenci ayahnya, dia hanya kecewa dengan respon ayahnya itu. Ayah yang katanya cinta pertama anak perempuan nyatanya tidak bagi Letta Cinta pertamanyalah yang membuat hatinya sakit. Hatinya hancur. Rasanya dia ingin menyerah, tetapi dia tidak boleh menyerah. Karena ada ratu yang harus dia banggakan. Letta juga sudah berjanji pada dirinya untuk terus melangkah tanpa berhenti sampai dia berhasil membanggakan ibunya.
Setelah kejadian itu Letta pun bekerja separuh waktu di warung yang ada di daerahnya agar dapat mengumpulkan uang untuk membayar SPP-nya.
Setelah 4 tahun Letta berjuang dengan kerasnya kehidupan , akhirnya Letta mendapatkan gelar yang selalu Letta do’akan di setiap shalatnya itu, yaitu
ALETTA LUTHFIA S.Pd
dan betapa beruntungnya Letta langsung lulus dan bisa menjadi PNS di SD yang dulu Letta belajar itu. Ibu Letta sangat bangga melihat Letta yang kini telah sukses lebih dari yang di harapkan oleh ibu letta. Ibu Letta sangat bersyukur memiliki Letta yang tidak pernah mengeluh dengan kehidupannya dan rintangannya.
Satu tahun setelahnya Letta akhirnya bisa melakukan salah satu keinginannya sedari kecil yaitu memberangkatkan ibu, nenek, dan kakeknya umrah. Betapa bangganya ibu Letta terhadap Letta dan juga Letta dapat membiayai adik laki-lakinya kuliah di Jurusan Kedokteran.
Berkat do’a ibu Letta akhirnya Letta bisa berada di titik yang sekarang. Berkat nasehat neneknya akhirnya Letta selalu berpikir positif, dan berkat dorongan kakek, abang,badiknya akhirnya dia bisa memiliki semangat yang tinggi.
Tidak ada kata tidak mungkin sebelum kamu mencobanya, dan selalu ingat kalimat “Man Jadda Wa Jadda” artinya barang siapa yang bersungguh-sungguh, dia pasti berhasil. Allah SWT tahu apa yang hambanya butuhkan dan Allah SWT tahu kapan waktu yang tepat untuk memberikan semua itu untuk hambanya. Dan akhirnya Letta berhasil menjadi apa yang dia inginkan.