Perjuangan hidup yang tidak mudah, dialami oleh Nurhayati (43), yang saat ini menjadi tulang punggung keluarga, dan merawat ketiga putrinya. Perempuan paruh baya ini merupakan warga gampong Blang Teumulek, kecamatan Simpang Mamplam, Kabupaten Bireuen.
Dirinya mengaku, sudah 5 tahun bercerai. Kini menjalani hari dengan penuh lika liku. Bahkan sejak tahun 2021, mereka menumpang tinggal di Dayah Bahrul Ulum Jurong Meunje.
Selain tinggal di Dayah, Nurhayati juga menjadi tukang upah yang tak seberapa gajinya, dengan upah seadanya untuk kebutuhan mereka sehari-hari. Jika bulan puasa seperti sekarang dan pengajian libur, Nurhayati dan anak bungsunya ke Takengon sebagai tukang upah memetik kopi agar ekonomi mereka tetap terpenuhi.
Nurhayati membiayai sendiri sekolah ketiga anak-anaknya, yaitu Firza Rikayati (17) sekolah di SMA Negeri 1 Simpang Mamplam, Salsabila (14) sekolah di kelas 2 SMP Simpang Mamplam, dan Nisaul Jannata (4,5) di TK Blang Tingkeum.
Dirinya sangat bersyukur memiliki anak-anak hebat, yang selalu menyemangatinya dalam mengarungi kehidupan.
“bukan perkara mudah untuk menjadi ibu tunggal yang harus menafkahi mereka, namun di segala keterbatasan, mereka sangat pengertian dan tidak pernah mengeluh”, ungkapnya haru.
Dia juga menceritakan bagaimana pengorbanan Firza sebagai anak sulungnya saat ke sekolah, setiap hari menempuh jarak sekitar 1 km dengan jalan kaki. Agar lebih dekat, menyusuri pematang sawah dan melindungi sepatunya dengan plastik agar tidak basah dan kotor. Sebab keluarga kecil ini tidak mempunyai sepeda motor, sehingga anak-anaknya harus berjuang dengan berjalan kaki.
“anak saya juga pernah bercerita, setiap pagi dan sampai di sekolah seragamnya sudah penuh dengan keringat. Karena jarak tempuh yang lumayan jauh dan berjalan kaki. Terkadang ia mengeluh sebab kepanasan”, turur Nurhayati.
Sebagai seorang ibu yang tidak bisa berbuat apapun, hanya mampu menyemangati agar anak sulungnya tetap semangat untuk menggapai cita-citanya. Terus berjuang dan jangan menyerah.
“Ingin sekali melihat anak saya bisa melanjutkan pendidikan. Untuk sehari-hari saja sulit, apalagi untuk biaya pendidikan” Ujarnya.
Bersyukur adiknya Salsabila, ke sekolah menggunakan sepeda bantuan dari Program 1000 sepeda yang diselenggarakan oleh CCDE dan Majalah Potret Banda Aceh. Itupun ada orang yang mengurusnya, kalau tidak ya tidak memiliki apa-apa. Sedangkan si bungsu Nisaul Jannata bersekolah di TK dan dibiayai secara gratis dari dana desa selama dua tahun.
Sampai saat ini, Nurhayati masih menumpang hidup di dayah. Rumahnya belum siap huni, karena belum ada toilet, sumur, dapur, dan listrik.
Rumah yang sedang dibangunnya tersebut, dari bantuan dan hasil patungan keluarga. Meskipun berdinding pelepah bambu, dan papan seadanya mereka tetap bersyukur dan sangat berterimakasih, karena masih ada yang peduli dengan kehidupan mereka. Sebab tak bisa banyak diharapkan dari keluarga. Di keluarga Nurhayati tidak ada satu orangpun yang pegawai. Semua juga sulit, namun syukur masih ringan tangan untuk membantu sebisanya. Ungkapnya.
Pada Tahun 2021, Keuchik gampong tersebut pernah berjanji mengalokasikan dana desa Rp 25 juta untuk rumah layak huni. Namun saat itu dibatalkan, karena Nurhayati tidak memiliki tanah sendiri untuk pembangunan rumah tersebut.
Setahun kemudian Nurhayati dibantu oleh keluarga, berupaya untuk memiliki lahan untuk pembangunan rumah. Namun sampai kini belum ada kabar baik, yang terdengar dari pemerintahan gampong.
Di sisi lain untuk penggunaan listrik sudah dipesan ke pihak PLN, dari pemberian saudaranya sejumlah 1.500.000. Tapi sudah sebulan lebih ditunggu, belum ada informasi.
Kabarnya, disampaikan oleh petugas PLN jika Maret ini akan dipasang meterannya. Tapi ada penambahan biaya, karena kabel SR sambungan hanya 35 meter, sedangkan yang dibutuhkan 80 meter.
Keuchik Blang Tumulek, Muhammad, saat dikonfirmasi melalui pesan whatsapp , mengungkapkan, bahwa pihaknya akan memprioritaskan rumah layak huni untuk Nurhayati di Tahun 2024. Baik melalui aspirasi anggota legislasi atau dana desa, sedangkan WC akan dibangun oleh gampong melalui kegiatan stunting.
Mengenai pengadaan listrik, akan melaksanakan musyawarah kembali bersama lembaga Tuha Peut untuk dicarikan solusi. Ungkapnya.