Sepulang dari Bireun tadi malam, sebenarnya ingin segera menulis laporan perjalanan membangun gerakan literasi lewat kegiatan pelatihan menulis. Namun, karena tiba di Banda Aceh pada pukul 11.45 menit, ya sekitar 15 menit menuju pukul 12,00 atau 00,00 badan pun sudah terlalu lelah karena mengemudikan mobil sejak pagi, niat menulis terpaksa diurungkan. Sementara pagi tadi, keinginan menulis ada, namun karena ada tulisan anak-anak yang harus diedit dan diposting di www.potretonline.com, niat menulis tersebut kembali diurungkan atau dalam Bahasa masa kini delay. Malam ini, menjelang pukul 00.00, usai meneguk segelas kopi Arabika Gayo di warung langganan tetap, Gerobak Arabika yang letaknya hanya sekitar 100 meter dari POTRET Gallery di Pango Raya Banda Aceh itu, keinginan menulis itu muncul lagi.
Biasanya, kalau keinginan menulis sudah muncul, ide sudah ada, maka ide itu tidak boleh dibiarkan hilang. Sebab, kalau sudah hilang, mood menulis juga akan hilang, sementara ide yang tadinya bagus, menjadi sirna. Oleh sebab itu, kendati pun malam kian larut, jemari tangan masih tetap ingin menari-nari di atas keyboard laptop, ya ide atau gagasan itu harus ditulis agar tidak hilang sia-sia. Lagi pula, masalah yang akan ditulis tidak selayaknya dilupakan atau diabaikan. Dikatakan demikian, karena tulisan ini adalah bagian dari sejarah membangun gerakan literasi.
Kiranya, tidak ada kata terlambat. Walau kegiatan pelatihan menulis itu berlangsung pada hari Kamis, 04 Oktober 2018, bukan berarti ceritanya sudah basi. Apalagi tulisan ini bukan tulisan berita yang memang harus segera disampaikan pada saat usai acara. Tulisan ini merupakan catatan perjalanan membangun gerakan literasi di kabupaten Pidie Jaya Aceh, yang letaknya lebih kurang 150 kilometer dari ibukota Provinsi Aceh yang masih tergolong muda tersebut. Dikatakan muda, karena Pidie Jaya, merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Pidie Aceh. Kendatipun masih tergolong kabupaten muda, yang dibentuk berdasarkan Undang-undang nomor 7 tahun 2007 pada tanggal 2 Januari 2007 ini, kini terus mempercepat akselerasi pembangunan, termasuk pembangunan sumber daya manusia lewat jalur pendidikan. Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah Kabupaten. Salah satunya adalah dilakukannya deklarasi Gerakan literasi sekolah oleh Bupati Pidie Jaya Haji Aiyub Abbas di hadapan ratusan kepala sekolah, guru dan kepala perpustakaan tingkat SD/Madrasah Ibtidaiyah dan SMP/MTs di Kabupaten itu pada tanggal 20 November 2017 lalu. Kegiatan deklarasi itu dirangkaikan dengan kegiatan Seminar Nasional dan Workshop gerakan literasi yang bekerja sama dengan Ikatan Guru Indonesia atau IGI. Kegiatan yang berlangsung di aula kantor Bupati Pidie jaya, di Meureudu itu menjadi bukti keseriusan pemerintah kabupaten yang pernah mengalami musibah gempa bumi dengan kekuatan 6.5 SR pada tanggal 7 Desember 2016 lalu yang meluluh lantak kabupaten ini yang menewaskan sebanyak 102 jiwa dan ratusan lagi luka-luka.
Sebagai kelanjutan dari deklarasi kabupaten Literasi, Dinas pendidikan kabupaten Pidie Jaya, menindaklanjuti kegiatan literasi dengan mengadakan pelatihan menulis bagi 50 pelajar dari 25 SMP negeri dan swasta yang ada di Pidie Jaya. Kegiatan pelatihan menulis dilaksanakan di gedung SMP Negeri 1 Meureudu, Pidie jaya pada tanggal 26 September 2017 yang kemudian diikuti dengan menyediakan majalah POTRET sebagai media yang menampung dan memuat hasil karya para pelajar yang mengikuti pelatihan sehari tersebut. Sejumlah tulisan para pelajar tersebut diseleksi untuk dipublikasikan yang membuat para pelajar semakin bersemangat ketika mereka melihat dan membaca ada tulisan mereka di majalah POTRET.
Upaya Dinas pendidikan kabupaten Pidie Jaya tersebut, ternyata tidak berhenti di situ, berhenti pada sekali pemuatan di majalah POTRET dan di www.potretonline.com. Gelora untuk membangun gerakan literasi tersebut berlanjut dengan dilakukan pelatihan menulis bagi 100 pelajar dari 25 SMP negeri dan Swasta di kabupaten Pidie Jaya pada hari Kamis 13 September 2018 lalu yang bertempat di Opproom, kantor Bupati lama di Meureudu, Ibukota Pidie jaya itu. Dengan demikian, sudah 150 pelajar mendapatkan pelatihan menulis yang dilakukan oleh Dinas pendidikan tersebut
Sekali lagi, gelora membangun gerakan literasi, membangun gerakan menulis di kalangan pelajar sejak usia dini, tidak pula berhenti setelah pelatihan pada tanggal 13 September 2018 yang lalu saja, tetapi belum sampai satu bulan, Dinas Pendidikan Pidie jaya, kembali menggelar acara pelatihan menulis. Pada hari Kamis, 4 Oktober 2018, bertempat di Opproom, kantor Bupati lama yang letaknya satu perkarangan dengan kantor Dinas pendidikan itu, dipenuhi oleh lebih kurang 150 anak atau pelajar yang diundang untuk mengikuti kegiatan pelatihan menulis cerita dan puisi. Kegiatan yang dikoordinir oleh Zulwanis, kabid Pendidikan Dasar dan menengah tersebut berlangsung selama satu hari, mulai dari pukul 09.00 hingga pukul 17.00 WIB.
Pelatihan yang satu hari ini, berjalan sukses karena semua peserta sebanyak 150 pelajar dari dua tingkat SD dan SMP tersebut, terasa sangat semarak dan diikuti dengan sangat antusias oleh para pelajar tersebut. Indikator antusiasnya para pelajar terlihat pada kesiapan mereka mengikuti pelatihan tersebut. Mereka bahkan sudah menyiapkan tulisan berupa puisi dan cerita di rumah atau di sekolah, padahal pada hari tersebut mereka diberikan materi pelatihan menulis.
Hanyut dalam Tangis Haru
Kegiatan pelatihan menulis yang diawali dengan membangun motivasi peserta untuk menulis, dengan teknik fasilitasi yang dimainkan oleh fasilitator, kegiatan pelatihan tersebut berjalan sangat partisipatif. Fasilitator dengan lihai memanfaatkan potensi peserta yang sudah siap dengan karangan puisi dan cerita untuk membaca puisi. Ternyata, dengan sangat berani dan penuh semangat banyak yang berebut untuk tampil membaca puisi yang sudah mereka gubah sendiri. Satu per satu menunjukan tangan untuk baca puisi. Namun, puisi-puisi yang mereka tulis dan baca membuat mereka berlinang air mata. Bukan hanya yang membaca puisi yang berlinang air mata, tetapi juga peserta lain banyak yang harus menyeka air mata, karena puisi-puisi yang mereka baca berkaitan dengan pengalaman duka karena bencana gempa yang telah menghilangkan lebih kurang 104 nyawa dan ratusan lainnya luka-luka berat dan ringan. Wajar saja, kalau meraka menangis. Tangis ini kemudian menjadi penggerak bagi mereka untuk bersemangat menulis puisi dan cerita.
Saking bersemangat berlatih menulis, tidak ada break atau istirahat, kecuali untuk makan siang dan salat Dhuhur. Menulis yang sebelumnya merupakan hal yang sangat berat dan sulit, dalam pelatihan ini semua diajdikan gampang hingga semua peserta bergerak menulis dari hal yang paling mudah dan paling dekat dengan diri masing-masing, hingga ke wilayah yang jauh dari diri mereka. Hasilnya, selama satu hari tersebut, semua peserta dapat menulis tiga tulisan dimana dua tulisan dikumpulkan dan diseleksi untuk dimuat di majalah POTRET dan di www.potretonline.comyang kini sudah bisa dibaca.
Kiranya, semangat dan gelora membangun gerakan literasi di Pidie jaya, bukan hanya menjadi kenderaan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerah ini, tetapi juga menempatkan Pidie jaya, sebagai contoh baik atau best practicedalam menggelorakan gerakan literasi di Aceh. Selayaknya inisiatif ini mendapat dukungan dari berbagai pihak dan membangun menyiapkan penulis-penulis andal dan berkelas di Pidie jaya, sejak anak berada di usia dini. Selayknya pula kita acungkan jempol atas kepedulian Pidie Jaya membangun kualitas sumber daya manusia lewat kegiatan literasi ini.Semoga Allah memberikan yang terbaik untuk semua pihak yang terlibat membangun gerakan literasi di Pidie jaya.