https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Wednesday, October 22, 2025
No Result
View All Result
POTRET Online
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
POTRET Online
No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Pariwara
Beranda Artikel

Mengapa Kita Malas Membaca

Lomba Menulis Oktober 2025

Andi Kurniawan Oleh Andi Kurniawan
1 week ago
in Artikel
Reading Time: 2 mins read
A A
0
11
Bagikan
107
Melihat
🔊

Dengarkan Artikel

Oleh : Andi Kurniawan

Pernyataan sekaligus pertanyaan “mengapa saya malas membaca” dapat dirasakan oleh siapa saja yang peduli terhadap dirinya sendiri. Setiap orang mungkin memiliki jawabannya masing-masing. Bagi yang rajin membaca, pertanyaan itu tidak menimbulkan masalah. Tapi bagi sebagian lainnya—termasuk saya—pertanyaan itu menimbulkan kegelisahan: apa jadinya jika saya terus malas membaca?

Barangkali kita perlu melihat situasi seseorang yang mengalami kemalasan membaca. Rasa malas sering berakar dari kebiasaan. Menurut KBBI, membaca berarti melihat serta memahami atau mengucapkan secara lisan isi dari apa yang tertulis. Karena manusia dianugerahi mata oleh Sang Pencipta, kita cenderung melihat hal-hal yang disukai. Seseorang yang gemar memandangi pegunungan, misalnya, tentu memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang keindahan itu. Dari sanalah muncul rasa syukur kepada Sang Pencipta, yang bisa lahir dalam bentuk puisi, tulisan, atau renungan. Membaca sesuatu yang kita sukai dapat melahirkan kebiasaan membaca yang lebih luas, sekaligus membangun kesadaran diri.

Namun tidak semua hal yang bermanfaat selalu menyenangkan. Membaca Al-Qur’an, misalnya, dapat menenangkan perasaan dan mendatangkan pahala. Begitu pula membaca buku-buku pengetahuan dan keterampilan—meski terasa berat di awal, manfaatnya baru terasa setelah kita mulai membacanya. Artinya, pengetahuan tidak datang dari niat semata, melainkan dari tindakan sederhana: membuka halaman pertama.

Bagi sebagian orang, membaca tidak harus selalu lewat teks. Mendengar juga bentuk membaca—mendengar kajian, ceramah, atau diskusi di YouTube dan radio. Indera pendengaran dan penglihatan adalah anugerah besar. Bayangkan jika kita terlahir tanpa keduanya, betapa terbatasnya cara kita memahami dunia. Karena itu, sudah sepatutnya kita menggunakan sepasang mata dan telinga dengan sebaik-baiknya.

📚 Artikel Terkait

MENGKLAIM TAKDIR

Independen Women

MENGGALI IDE BISNIS DI ZAMAN DIGITAL

Jejak Perempuan di Palagan Nusantara (1)

Dalam dunia pendidikan, persoalan ini menjadi lebih serius. Apakah ada guru yang malas membaca? Tentu saja ada—saya salah satunya. Buku-buku di rak sering hanya menjadi pajangan. Setiap kali muncul niat untuk membaca, selalu disertai pertanyaan: buku apa yang harus saya baca? Bila buku yang dicari tidak tersedia, niat itu pun tertunda.

Padahal, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman, berilmu, dan bertanggung jawab, sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. Tujuan itu tidak mungkin tercapai tanpa budaya membaca, baik bagi murid maupun guru. Guru yang malas membaca akan kehilangan kebaruan dalam berpikir; murid yang tidak gemar membaca akan kehilangan masa depan.

Saya membayangkan sebuah sekolah dengan lingkungan yang mendorong warganya untuk membaca. Bukan karena diwajibkan, tapi karena tersedia ruang dan bahan bacaan yang menarik. Mungkin selama ini, kita bukan malas membaca, tapi tidak tahu harus mulai dari mana, atau tidak punya akses yang cukup.

Pertanyaannya, apakah proses pembelajaran kita sudah menumbuhkan budaya membaca sebagaimana cita-cita pendidikan nasional? Sebab tanpa membaca, manusia kehilangan kemampuan mendengar nurani dan melihat realitas di sekitarnya.

Membaca adalah cara sederhana untuk memperbarui akal. Guru yang baik selalu punya hal baru untuk disampaikan di kelas. Murid yang baik selalu menambah pengetahuan setiap harinya. Jika siklus ini terus berlanjut, lahirlah masyarakat yang tercerahkan. Jika tidak, waktu yang seharusnya menjadi ladang belajar hanya akan berlalu tanpa makna.

Saya sendiri sedang berusaha menumbuhkan kembali kebiasaan membaca—setidaknya untuk memperbaiki diri, siapa tahu juga memberi manfaat bagi orang lain. Dan tak lupa, saya sampaikan terima kasih kepada Potret yang istiqamah memperjuangkan harkat manusia melalui literasi menulis. Dari membaca dan menulis, semoga lahir peradaban yang lebih baik.

🔥 5 Artikel Terbanyak Dibaca Minggu Ini

Kembalikan Marwah Guru Sebagai Orang yang Dihormati Bukan Dicaci
Kembalikan Marwah Guru Sebagai Orang yang Dihormati Bukan Dicaci
16 Oct 2025 • 60x dibaca (7 hari)
Garis Waktu yang Hilang
Garis Waktu yang Hilang
2 Oct 2025 • 52x dibaca (7 hari)
Mengapa Kita Malas Membaca
Mengapa Kita Malas Membaca
13 Oct 2025 • 37x dibaca (7 hari)
Gitu Aja Kok Repot: Merayakan Hari Humor Nasional.
Gitu Aja Kok Repot: Merayakan Hari Humor Nasional.
13 Oct 2025 • 33x dibaca (7 hari)
Sarana dan Prasarana Sekolah; Fondasi Utama Pendidikan Berkualitas
Sarana dan Prasarana Sekolah; Fondasi Utama Pendidikan Berkualitas
20 Oct 2025 • 32x dibaca (7 hari)
📝
Tanggung Jawab Konten
Seluruh isi dan opini dalam artikel ini merupakan tanggung jawab penulis. Redaksi bertugas menyunting tulisan tanpa mengubah subtansi dan maksud yang ingin disampaikan.
Share4SendShareScanShare
Andi Kurniawan

Andi Kurniawan

Guru SMK Negeri 1 Tanah Jambo Aye, Pelatihan yang pernah diikuti : Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 11 Kabupaten Aceh Utara

Related Postingan

Selayaknya Kita Tahu Linux : Sistem Operasi yang Open-Source, Kuat, dan Fleksibel
Artikel

Selayaknya Kita Tahu Linux : Sistem Operasi yang Open-Source, Kuat, dan Fleksibel

Oleh Redaksi
2025/08/09
0
91

Oleh  : Basith Rafiq Fauzal Siswa SMA Sukma Bangsa Bireuen. Aceh Apa itu Linux? Linux adalah sistem operasi (OS) open-source yang...

Baca SelengkapnyaDetails

Mengenal Haji Aman, Sang Wakil Rakyat, Duta Nafsu, dan Maharaja Mimpi Buruk

Catatan Seorang Guru Bakti untuk Mas Menteri

Postingan Selanjutnya

Indonesia Emas, Tapi Dimulai dari Luar Negeri: Kisah Anak Bangsa yang Tak Lupa Pulang

Gitu Aja Kok Ribut: Kepemimpinan dari Pesantren dan Surau

Kisah Sepotong Kain Selendang Batik

Di Jalan Pulang

Ketika Dunia Bersiap Perang, Indonesia Bersiap dengan Meme dan Joget

Silahkan Komentar

POTRET Online

Copyright@potret2025

Media Perempuan Aceh

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Kirim Tulisan

Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini

Copyright@potret2025

-
00:00
00:00

Queue

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00