Dengarkan Artikel
Sebuah Catatan Kecil Dari Kegiatan Belajar Bedah Buku Karya Nezar Patria
Oleh Cut Ani Darniati, SH
Berdomisili di Pidie Jaya
Pada hari Selasa tanggal 01 Juli 2025, bertempat di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Pidie Jaya dilaksanakan bedah buku tahap dua berjudul “Sejarah Mati di Kampung Kami”.
Dalam acara bedah buku yang diselenggarakan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan itu menghadirkan Tabrani Yunis sebagai narasumber. Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 50 peserta yang terdiri dari berbagai kalangan. Ada guru, mahasiswa, dan juga siswa SMP.
Acara ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan pengalaman tentang bedah buku kepada para peserta dari berbagai persfektif tentang buku tersebut.
Tabrani Yunis yang juga sering menjadi motivator dalam berbagai pelatihan, mengawali kegiatan itu dengan memotivasi para peserta. Sebagai media, para peserta diperdengarkan sebuah podcast darı Potretonline.com, dengan judul Mulai darı Nol. Sebuah podcast yang menarik yang memberikan pemahaman dan membangkitkan kesadaran peserta untuk memulai memulai dan melakukan kembali kebiasaan- kebiasaan yang baik dan positif, walau harus memulai darı nol,
Dalam audio percakapan itu, mengangkat pemikiran seorang filsuf, Aristoteles yang menceritakan tentang “tidak ada kata terlambat untuk memulai dari 0”.
Pandangan pertama Aristoteles yang disebutkan ialah Saya Tahu, Saya Tidak Tahu, yang bermakna seseorang tahu bahwa dirinya itu tidak tahu, disebabkan adanya kekurangan kesadaran diri sendiri untuk bangkit dalam menggali potensi yang dimiliki ataupun bakat yang terpendam.
Pandangan kedua dari Aristoteles tentang habit (kebiasaan). Habit sebagai kunci utama dalam pembentukan karakter dan pencapaian keunggulan moral. Aristoteles berpendapat bahwa kebajikan bukanlah bawaan lahir, melainkan hasil dari kebiasaan yang baik yang dilatih dan diulang-ulang.
Maknanya, tindakan baik yang dilakukan secara konsisten akan membentuk karakter yang baik dan pada akhirnya mengarah pada kehidupan yang bermakna.
Pandangan ketiga ialah tujuan dan mengatasi tekad (akrasi), habit yang baik melalui pembiasaan pada akhirnya akan mengarah pada kebahagiaan, dan kehidupan yang baik adalah kehidupan yang penuh dengan kebahagiaaan.
Ada hal sangat menarik pula dalam kegiatan ini, Narasumber memberikan pengalaman langsung bagi para peserta untuk melakukan atau mempraktikan bedah artikel secara perorangan. Para peserta memilih masing-masing satu artikel dari Potretonline.com, lalu melakukan bedah artikel.
Saya memilih satu tulisan yang berjudul “Aceh Pasti Merdeka” untuk saya baca dan kemudian saya bedah. Alasan saya memilih tulisan tersebut, karena pertama saya tertarik pada judul dan juga tema
yang diangkat, dan tema tersebut sedang hangat diperbincangkan di publik setelah terjadinya kontoversial sengketa empat pulau kepemilikan Aceh.
Sesi terakhir adalah sesi bedah buku, yang membedah buku seorang penulis yang namanya sudah sangat dikenal publik. Selanjutnya, masuk ke acara inti yaitu bedah buku “Sejarah Mati Kampung Kami” Tahun terbit 2023.
Narasumber, Tabrani Yunis menyebutkan beberapa alasan mengapa buku tersebut menarik untuk dibedah. Sebelumnya, beliau menjelaskan terlebih dahulu apa itu pengertian dari bedah buku. Pengertian bedah buku ialah kegiatan diskusi yang membahas isi, pesan dan latar belakang penulisan.
Setelah menjelaskan pengertian, kemudian narasumber menjelaskan alasan tertarik dengan buku tersebut. Ada beberapa alasan mengapa memutuskan untuk membedah buku tersebut.
Yang pertama melihat profil penulis. Sedikit saya uraikan tentang penulis buku “Sejarah Mati Kampung Kami”. Beliau bernama Nezar Patria, lahir pada tanggal 5 Oktober 1970, seorang wartawan, aktivis, penyair dan pencatat sejarah. Dan buku tersebut menarik untuk dibedah karena isi bukunya, dimana terdapat 29 essay karya jurnalistik dengan tebal buku sebanyak 204 halaman.
Serta tema utamanya yang dıangkat, mentangkut masalah konflik bersenjata dan tragedi tsunami. Menariknya buku tersebut juga tentang tokoh yang diangkat dalam buku. Mulai dari tokoh kecil dari masyarakat biasa, seperti supir bus dan lain-lain, hingga tokoh pergerakan seperti Hasan Tiro yang diulas dengan sangat rinci. Begitu juga halnya tokoh Nasional yang bergerak di bidang jurnalistik seperti GunawanMuhammad, Pram, Bre dan lain-lain.
Dari segi gaya penulisan, buku tersebut yang disajikan secara efektif, personal, puitis, dan tidak berat, gaya bahasanya mengalir serta menggabungkan narasi besar dengan pengalaman sehari-hari yang kaya akan data. Dan banyak kutipan menarik yang disajikan di dalam buku yang salah satunya
“Sejarah adalah Guru Kehidupan”, dimana kutipan itu mempunyai arti dan makna yang mendalam. Ungkapan “Sejarah adalah Guru Kehidupan” (Historia Mgistra Vitae) yang dicetuskan oleh Filsuf Romawi, Cicero, menunjukkan bahwa sejarah memilki peran penting dalam memberikan pelajaran dan wawasan untuk kehidupan. Sejarah bukan hanya kumpulan peristiwa masalalu, tapi juga sumber pelajaran yang berharga untuk memahami diri sendiri, masyarakat dan dunia.
Kesimpulannya, buku dengan judul “Sejarah Mati di Kampung Kami” mengajak pembaca untuk menyelami dunia dengan cara efektif. Secara keseluruhan, buku tersebut memberi kesan positif, dan pembaca juga mendapat pemahaman pengetahuan serta pelajaran berharga dari penulis.
Tentunya, terakhir kami ucapkan kepada bapak Tabrani Yunis selaku Narasumber, yang telah memberikan kami ilmu dan juga pengalaman baru yang sangat luar biasa mengenai bedah buku yang dilakukan. Harapannya semoga ke depan makin banyak dari masyarakat yang sadar dan pentingnya akan membaca, apalagi mengenai sejarah, karena sejarah merupakan sumber pembelajaran yang berharga untuk kehidupan.
🔥 5 Artikel Terbanyak Dibaca Minggu Ini




