• Terbaru
Memaknai Kekhususan Hari Jum’at

Abu Ujong Rimba; Ulama Ahli Fatwa dan Pemurni Ajaran Tasauf

June 21, 2025
Benang Kusut Personal Branding dan Pencitraan

Benang Kusut Personal Branding dan Pencitraan

November 12, 2025

Teladan Pahlawan Sebagai Cermin Moral Generasi Muda

November 11, 2025

🚩🚩SELAMAT PAGI MERAH PUTIH

November 11, 2025

Benarkah Matematika Mata Pelajaran Horor?

November 11, 2025

Kepemimpinan, Kecantikan, dan Penampilan Perempuan Dibentuk oleh Budaya Patriarki

November 11, 2025

Kasino Pertama di Uni Emirat Arab: Antara Diversifikasi Ekonomi dan Dilema Identitas Islam

November 11, 2025

🚩🚩SELAMAT PAGI MERAH PUTIH

November 11, 2025

Pahlawan dan Peradaban

November 11, 2025

Tema Lomba Menulis November 2025

November 10, 2025

Mengoreksi Adab Kemanusiaan Kita ( Hari Pahlawan)

November 10, 2025

Menimbang Relativisme Pahlawan

November 10, 2025

Kehebohan Miss Universe 2025: Drama, Sponsor, dan Suara Perempuan

November 10, 2025
Wednesday, November 12, 2025
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat
  • Login
  • Register
POTRET Online
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat
No Result
View All Result
POTRET Online
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat
No Result
View All Result
Plugin Install : Cart Icon need WooCommerce plugin to be installed.
POTRET Online
No Result
View All Result

Abu Ujong Rimba; Ulama Ahli Fatwa dan Pemurni Ajaran Tasauf

Nurkhalis MuchtarOleh Nurkhalis Muchtar
June 21, 2025
0
Reading Time: 6 mins read
Memaknai Kekhususan Hari Jum’at
🔊

Dengarkan Artikel

Oleh Dr.Nurkhalis Muchtar, Lc, MA

Abu Ujong Rimba merupakan ulama yang paling lama menjadi ketua MUI Aceh. MUI atau MPU Aceh adalah sebuah lembaga terhormat dan berpengaruh mengawal pemahaman keagamaan di Aceh. Teungku Haji Abdullah Ujong Rimba lahir di Desa Ujong Rimba,  Pidie, Aceh, sekitar tahun 1900. Beliau juga anak Teungku Haji Hasyim yang merupakan salah satu Ulee Balang Peusangan. Memulai perjalanan belajarnya Teungku Abdullah Ujong Rimba belajar langsung kepada ayahnya yang juga seorang Teungku dan tokoh masyarakat sambil bersekolah dasar atau sekolah Volkschool yang masyhur pada zaman Belanda. 

Selanjutnya atas keinginannya sendiri beliau mulai belajar di Dayah Ie Leubeue yang dipimpin oleh Teungku Ali, seorang ulama dan pimpinan dayah di Meunasah Blang, Pidie. Kata Ie Leubeue mengingatkan kita pada seorang ulama besar Aceh yang hijrah ke Yan Keudah Malaysia yang merupakan guru dari banyak ulama Aceh termasuk Abu Kruengkalee ialah Teungku Chik Muhammad Arsyad Di Yan yang dikenal dengan Teungku Chik Di Yan yang juga teman dari Teungku Chik Oemar Diyan, ayahnya Abu Indrapuri dan Abu Lam U.

Setelah lima tahun Teungku Abdullah Ujong Rimba belajar di Dayah Ie Leubeue dan beliau menguasai ilmu-ilmu keislaman dengan baik, kemudian beliau berangkat ke Lamsie Aceh Besar untuk belajar di sebuah dayah yang dipimpin oleh Teuku Panglima Polem Muhammad Daudsyah. 

Di dayah ini Teungku Abdullah Ujong Rimba mempelajari hampir seluruh cabang keilmuan Islam seperti tafsir, hadits, fiqih, dan ilmu alat seperti nahwu dan sharaf. 

Sekitar tiga tahun beliau berada di dayah ini, kemudian beliau melanjutkan ke Siem di Dayah yang dipimpin oleh Abu Kruengkalee. Di Dayah Abu Kruengkalee telah nampak keulamaan Teungku Ujong Rimba, sehingga beliau kemudian melanjutkan belajarnya ke Kota Mekkah yang merupakan pusat keilmuan dunia Islam pada masa itu.

Pada era tiga puluhan dan empat puluhan, di kota Mekkah masih banyak ulama dan ilmuan Islam berpengaruh seperti: Syekh Habibullah Syinqiti, Syekh Muhammad Arabi Tabani, Syekh Hamdan al-Mahrusi, Syekh Muhammad Hasan Masyat, Syekh Yahya Aman, Syekh Rahmatullah Hindi, Syekh Alawi al-Maliki dan banyak ulama lainnya. 

Ketika tiba di Mekkah, sudah ada ulama Aceh yang lebih dahulu dari beliau, berasal dari Tanjungan Samalanga, anak dari Abu Idris Tanjungan, gurunya Abu Cot Kuta yaitu Teungku Syekh Abdul Hamid atau Ayah Hamid yang mengamankan diri ke Mekkah karena akan ditangkap Belanda. Ditangkap disebabkan keaktifan Ayah Hamid dalam organisasi pergerakan yang dinilai berbahaya oleh Belanda.

Teungku Abdullah Ujong Rimba hanya dua tahun menetap di Mekkah, karena pada dasarnya beliau sudah menjadi seorang ulama yang mendalam ilmunya. Di Mekkah beliaupun banyak belajar dan bertukar pikiran dengan Teungku Abdul Hamid Tanjungan, terutama mengenai pembaharuan pendidikan dan keadaan pergerakan untuk kemerdekaan. 

Tidak lama kemudian, pulanglah Teungku Haji Abdullah Ujong Rimba ke Aceh, dan mulailah berkiprah sebagai seorang ulama dan tokoh yang mengayomi masyarakat. Beliau dan Teungku Muhammad Daud Bereueh membangun sebuah lembaga pendidikan yang dinamakan dengan Sa’adah Abadiyah. Pesantren dengan pola pembaharuan,  baik dari materi pembahasan maupun pola mengajarnya yang berbeda. Bahkan banyak pengajarnya yang berasal dari luar Aceh seperti  dari Padang Sumatera Barat. 

Sebagai seorang yang berteman dengan Teungku Muhammad Daud Bereueh, beliau pernah juga terlibat dalam DII TII selama dua tahun, yang kemudian beliau memutuskan keluar dan tidak mengikuti gerakan tersebut setelah mempertimbangkan banyak hal. Apalagi ulama seperti Abu Kruengkale, Abuya Muda Waly, Abu Cot Kuta dan ulama lainnya menentang gerakan tersebut

📚 Artikel Terkait

Merindukanmu

BENGKEL OPINI RAKyat

Secuil Kisah Driver Ojol

PETAKA DP3 PERTAMA

Sebagai seorang ulama dan pengayom masyarakat, Abu Abdullah Ujong Rimba menduduki banyak jabatan penting di Aceh, beliau pernah menjadi anggota DPA pusat, DPR Aceh sekali dengan Abuya Muhibbuddin Waly, dan pernah pula menjadi kepala mahkamah keagamaan pada masa Jepang. Sedangkan paling lama berkiprah Abu Ujong Rimba ialah di MUI Aceh atau sekarang dikenal dengan MPU Aceh. Terhitung mulai tahun 1965 sampai menjelang beberapa bulan sebelum wafatnya di tahun 1982, beliau masih dipercayakan untuk mengayomi masyarakat dengan fatwa-fatwa keagamaan yang bertanggungjawab. 

Setelah beliau, yang menjadi Ketua MUI Aceh adalah Prof Teungku Ali Hasjmi yang juga pernah menjadi Rektor IAIN Arraniry, lulusan Sumatra Thawalib Padang Panjang murid dari Angku Mudo Abdul Hamid Hakim pengarang Kitab Mabadi Awaliyah, murid dari Syekh Haji Karim Amrullah, ayah dari Buya Hamka sang pengarang terkenal.

Abu Ujong Rimba juga seorang penulis yang telah menghasilkan beberapa karyanya dalam bidang Tasauf dan pemurniannya. Teungku Abdullah Ujong Rimba yang telah menulis beberapa buku untuk mengkritik dan memurnikan ajaran tasawuf dari pemahaman tasawuf yang melenceng salek buta. 

Penulis mencari titik persamaan antara tasawuf yang berkembang pada abad 20 dengan tasawuf yang berkembang pada abad 16-17. Sebagaimana telah diketahui bahwa pada era Teungku Abdullah Ujong Rimba muncul beberapa aliran tasawuf yang menurutnya telah menyimpang dari aliran tasawuf sebenarnya.

Munculnya aliran salik buta yang dipelopori oleh Tgk. Ibrahim Julok Idi Cut Aceh Timur, Tgk. Peunadok atau yang akrab disebut dengan Habib Muda Seunagan (Abu Peulukung) di Sunagan Raya, Aceh Barat, serta ajaran yang diajarkan oleh Tgk. Teureubue ‘Id di Teupin Raya Pidie. Ajaran yang dikembangkan oleh tiga tokoh tersebut diasumsikan sebagai ajaran yang dibentuk dan diturunkan dari paham wahdat al-wujud. Sehingga disebut dengan ajaran salik buta. Oleh karena itu, paham tersebut mendapat kritikan tersendiri.

Di antara buku-buku pemurnian Tasauf dan Tarekat yang disusun Teungku Abdullah Ujong Rimba adalah; Pedoman Penolak Salik Buta, Ilmu Tarekat dan Hakikat, Hakikat Islam. Teungku Abdullah Ujong Rimba mengungkapkan mengenai tasawuf sebagai salah satu aliran dalam Islam, sehingga hal tersebut merupakan salah satu faktor yang menjadi latar belakang penelitian ini. Oleh karena itu ketiga karya tersebut merupakan sumber primer dalam penelitian. 

Konsep tasawuf Tgk. Ujong Rimba tidak jauh berbeda dari tasawuf Imam al-Ghazali dan Imam al-Qusyairi yang lebih mengarah ke tasawuf akhlaki dan sunni. Ia juga membagi tarekat ke dalam tiga kelompok; Nabawiyah, Salafiyah, Sufiyah. Dua yang pertama sesuai syariat sedangkan tarekat Sufiyah menurutnya sesat menyesatkan. 

Dalam penilaian ini ia condong mengikut pendapat Syekh Nuruddin al-Raniry.Teungku Abdullah Ujong Rimba mengkritik ajaran tasawuf, terutama kritik terhadap kaum wujudiyah dan salek buta yang berkembang pada abad 16-17 dan pada abad 20. Dapat disimpulkan bahwa pemahaman tasawuf Syekh Hamzah al-Fansuri, Syekh Samsuddin al-Sumatrani dan Syekh Sayf Rijal tergolong dalam tasawuf wujudiyah yang menganut aliran wahdat al-wujud. Ajaran wahdat wujud ini berasal dari pemikiran tasawuf falsafi. 

Sedangkan pemikiran tasawuf pada abad ke-20 yang disebut dengan salik buta dianalisis memiliki kemiripan dengan ajaran wujudiyah yang terdapat pada abad 16-17.

Teungku Abdullah Ujong Riba mengkritik secara tajam pemahaman salek buta, baik itu dari asal-muasal ajaran salek buta, kritik terhadap amalan salek buta, simbolisme huruf, syair-syair dan pemakaiannya, kritik terhadap martabat tujuh, kritik terakhir menyangkut hubungan syariat dengan tasauf. Umumnya kalangan salek buta sangat tidak memperhatikan rambu-rambu syari’at, karena dalam persepsi mereka hakikat adalah segala-galanya. 

Sedangkan Teungku Abdullah Ujong Rimba menjelaskan bahwa syariat tidak bisa dipisahkan dari hakikat, dan makrifat. Jadi tasauf tidak dianggap benar apabila ia terlepas dari aturan syariat yang benar. Beliau sangat keras mengkritik kaum salek buta bahkan menganggap mereka sesat.

Dengan kiprahnya yang begitu luas, ia dapat dimasukkan dalam golongan ulama pemurni tauhid dan tasawuf, dan seorang pendidik pada masanya. Implikasi dari usaha tersebut ditemukan bahwa di daerahnya (baca: Pidie) salek buta telah mengalami penurunan jumlahnya secara drastis. Sedangkan beberapa daerah lainnya tidak begitu mendapat apresiasi dan pengaruh yang besar, bahkan tarekat Naqsyabandiyah setelah dianalisis tidak dapat digolongkan dalam aliran sesat menyesatkan. 

Demikianlah cuplikan pemikiran Abu Abdullah Ujong Rimba yang telah diteliti dalam bentuk penelitian ilmiah oleh Prof Misri. Setelah berkontribusi yang besar terhadap masyarakat Aceh secara umum, maka wafatlah beliau di tahun 1982. Dan sebagai penghargaan atas jasanya untuk MPU Aceh, maka aula pertemuan ulama di MPU Aceh dinamakan dengan Aula Abu Ujong Rimba.

🔥 5 Artikel Terbanyak Dibaca Minggu Ini

Pria Yang Merindukan Prostatnya
Pria Yang Merindukan Prostatnya
28 Feb 2025 • 210x dibaca (7 hari)
Oposisi Itu Terhormat
Oposisi Itu Terhormat
3 Mar 2025 • 193x dibaca (7 hari)
Keriuhan Media Sosial atas Kasus Keracunan Program Makan Bergizi Gratis (MBG)
Keriuhan Media Sosial atas Kasus Keracunan Program Makan Bergizi Gratis (MBG)
2 Oct 2025 • 160x dibaca (7 hari)
Hancurnya Sebuah Kemewahan
Hancurnya Sebuah Kemewahan
28 Feb 2025 • 151x dibaca (7 hari)
Ketika Kemampuan Memahami Bacaan Masih Rendah
Ketika Kemampuan Memahami Bacaan Masih Rendah
27 Feb 2025 • 151x dibaca (7 hari)
📝
Tanggung Jawab Konten
Seluruh isi dan opini dalam artikel ini merupakan tanggung jawab penulis. Redaksi bertugas menyunting tulisan tanpa mengubah subtansi dan maksud yang ingin disampaikan.
Nurkhalis Muchtar

Nurkhalis Muchtar

Nurkhalis Muchtar, anak dari Drs H Mukhtar Jakfar dan Nurhayati binti Mahmud, lahir di Susoh, Aceh Barat Daya. Mengawali pendidikan di SD Negeri Ladang Neubok, Tsanawiyah di SMP Cotmane, lanjut ke MTsN Blangpidie. Kemudian merantau ke Banda Aceh dan bersekolah di MAS Ruhul Islam Anak Bangsa yang ketika itu masih di Lampeneurut. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAS RIAB, berangkat ke Bekasi Jawa Barat dan belajar di STID Mohammad Natsir pada jurusan Dakwah (KPI). Setahun ia di Bekasi, kemudian pulang dan melanjutkan di UIN Ar-Raniry pada jurusan Bahasa Arab. Mendapat beasiswa ke Mesir tahun 2006 ia dan menyelesaikan Strata Satunya di Universitas Al Azhar Kairo Mesir pada tahun 2010 pada jurusan Hadits dan Ulumul Hadits. Lalu, melanjutkan ke Program Pascasarjana UIN Ar-Raniry konsentrasi Fiqih Modern dan selesai di tahun 2014 sebagai salah satu lulusan terbaik. Awal 2015 hingga akhir 2017 mengambil S3 di Universitas Bakht al-Ruda Sudan dan selesai di tanggal 10-10-2017 dalam usianya genap 31 tahun dengan nilai maksimal. Disela-sela penelitian S3, ia sempat mengenyam pendidikan di Pascasarjana IIQ Jakarta selama setahun pada kajian Al Qur'an dan Hadits. Pernah juga mengenyam pendidikan di beberapa pesantren, di antaranya adalah: Rumoh Beut Wa Safwan, Pesantren Nurul Fata dan Babul Huda Ladang Neubok, Dayah Mudi Cotmane, ketiganya masih di wilayah Aceh Barat Daya. Sambil mengikuti kuliah di Banda Aceh pada jenjang S2, ia sering mengikuti pengajian pagi di Dayah Ulee Titi, dan pernah mondok di Dayah Madinatul Fata Banda Aceh. Selain itu juga pernah belajar dan mengajar di Dayah Terpadu Daruzzahidin Lamceu dan Dayah Raudhatul Qur'an Tungkob Aceh Besar. Lalu, mendarmabaktikan ilmunya sebagai dosen dan pengajar di kampus negeri dan swasta, serta sebagai ustad di majelis-majelis taklim yang diasuhnya dalam pengajian TAFITAS Aceh, dan ia juga tercatat sebagai Ketua STAI al-Washliyah Banda Aceh,terhitung 2018-2022. Juga mulai berdakwah melalui tulisan, dan telah terbit beberapa tulisannya dalam bentuk buku dan karya ilmiyah lainnya. Salah satu buku yang ditulisnya adalah Membumikan Fatwa Ulama.  

Artikel

Menulis Dengan Jujur

Oleh Tabrani YunisSeptember 9, 2025
#Gerakan Menulis

Tak Sempat Menulis

Oleh Tabrani YunisJuly 12, 2025
#Sumatera Utara

Sengketa Terpelihara

Oleh Tabrani YunisJune 5, 2025
Puisi

Eleği Negeriku  Yang Gelap Gulita

Oleh Tabrani YunisJune 3, 2025
Puisi

Kegalauan Bapak

Oleh Tabrani YunisMay 29, 2025

Populer

  • Gemerlap Aceh, Menelusuri Emperom dan Menyibak Goheng

    Gemerlap Aceh, Menelusuri Emperom dan Menyibak Goheng

    162 shares
    Share 65 Tweet 41
  • Inilah Situs Menulis Artikel dibayar

    152 shares
    Share 61 Tweet 38
  • Peran Coaching Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan

    145 shares
    Share 58 Tweet 36
  • Korupsi Sebagai Jalur Karier di Konoha?

    57 shares
    Share 23 Tweet 14
  • Lomba Menulis Agustus 2025

    51 shares
    Share 20 Tweet 13

HABA MANGAT

Haba Mangat

Tema Lomba Menulis November 2025

Oleh Redaksi
November 10, 2025
Haba Mangat

Tema Lomba Menulis Bulan Oktober 2025

Oleh Redaksi
October 7, 2025
Haba Mangat

Pemenang Lomba Menulis – Edisi Agustus 2025

Oleh Redaksi
September 10, 2025
Postingan Selanjutnya
Ayo Para Remaja dan Orang Muda, Penuhi Undangan Menulis Esai

Ayo Para Remaja dan Orang Muda, Penuhi Undangan Menulis Esai

  • Kirim Tulisan
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Tentang Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat

© 2025 Potret Online - Semua Hak Cipta Dilindungi

-
00:00
00:00

Queue

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00