https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Sunday, May 25, 2025
No Result
View All Result
POTRET Online
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
POTRET Online
No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Pariwara
Beranda # Ironi

Menyoal Joget Velocity di Kalangan ASN

Gunawan Trihantoro Oleh Gunawan Trihantoro
1 month ago
in # Ironi, ASN
Reading Time: 3 mins read
A A
0
7
Bagikan
69
Melihat

Oleh Gunawan Trihantoro

Sekretaris Forum Kreator Era AI Jawa Tengah

Dalam beberapa waktu terakhir, dunia maya ramai memperbincangkan fenomena joget velocity yang melibatkan para Aparatur Sipil Negara (ASN).

Video-video ASN yang berjoget dengan musik cepat dan penuh semangat itu viral, menuai pujian sekaligus kritik dari publik luas.

Bagi sebagian orang, fenomena ini dinilai sebagai ekspresi kegembiraan dan bentuk promosi positif terhadap citra instansi pemerintah yang lebih terbuka dan menyenangkan.

Namun, sebagian lainnya menilai aksi joget berjamaah di ruang publik, apalagi dilakukan saat jam kerja, sebagai bentuk pemborosan waktu, pelanggaran etika profesi, hingga mengaburkan makna dari integritas ASN itu sendiri.

Pertanyaannya kemudian: sejauh mana joget velocity ini mencerminkan semangat pelayanan publik, dan kapan ia mulai melampaui batas yang seharusnya dijaga?

ASN, sebagai abdi negara dan pelayan masyarakat, memiliki tanggung jawab moral dan hukum untuk menunjukkan profesionalisme dalam setiap tindak-tanduknya.

Bukan berarti mereka harus selalu kaku atau anti hiburan, tetapi ada batas etis yang perlu diperhatikan, terlebih jika aksi itu dilakukan dalam seragam dan atas nama instansi.

Joget velocity, yang pada awalnya populer di kalangan anak muda sebagai hiburan semata, mengalami โ€œtransplantasiโ€ ke ranah formal birokrasi tanpa penyesuaian nilai.

Ketika ASN berjoget dalam formasi terstruktur, di halaman kantor, atau bahkan di ruang rapat, publik tidak hanya melihat itu sebagai hiburan, tetapi juga sebagai representasi institusi negara.

Hal ini menjadi problematik ketika publik menangkap kesan bahwa ASN lebih sibuk berjoget daripada bekerja melayani masyarakat.

Dalam konteks ini, persepsi publik memegang peranan penting.

Sebagus apapun niat para ASN berjogetโ€”entah sebagai cara mempererat kekompakan tim atau menyemarakkan perayaan hari besar nasionalโ€”jika publik menilai itu sebagai bentuk kemalasan atau pamer gaya, maka kepercayaan masyarakat terhadap birokrasi bisa terkikis.

Perlu diakui, birokrasi Indonesia sedang dalam proses panjang transformasi budaya kerja.

Berbagai program reformasi birokrasi, termasuk peningkatan kualitas pelayanan dan digitalisasi, menjadi prioritas agar ASN lebih sigap, adaptif, dan profesional.

Namun, bila di tengah proses ini muncul tren yang justru memperkuat stereotip โ€œASN santai-santai sajaโ€, maka arah perubahan itu bisa kabur dari tujuan awalnya.

Fenomena joget velocity, jika tidak dikritisi secara jernih, bisa menjadi preseden yang menumpulkan semangat perubahan tersebut.

Apalagi ketika aksi itu terekam dalam konten yang seolah diproduksi demi keviralan semata, bukan karena dorongan substansial institusi.

Dari sisi manajemen organisasi, kegiatan non-formal seperti senam, apel kreatif, atau lomba antarpegawai sebenarnya sah-sah saja dan bisa memperkuat teamwork.

Namun, kegiatan itu harus dilakukan pada waktu yang tepat, dengan tujuan yang jelas, dan dengan batasan etis yang tidak mencederai integritas lembaga.

Yang dikhawatirkan adalah ketika ASN merasa bahwa tampil keren dan viral di media sosial lebih penting daripada menyelesaikan pekerjaan mereka.

Apalagi jika budaya kerja akhirnya bergeser menjadi budaya performatif semata.

Bukan tidak boleh bergembira atau berkreasi, tetapi semestinya ASN tetap mengingat bahwa publik menaruh ekspektasi tinggi pada mereka.

Integritas, profesionalisme, dan fokus terhadap pelayanan mesti tetap menjadi dasar gerak langkah, bukan sekadar ikut tren media sosial.

Karena itu, alih-alih terus berlomba menunjukkan aksi viral seperti joget velocity, alangkah baiknya bila ASN fokus membangun kredibilitas melalui karya, inovasi, dan pelayanan yang nyata.

Bila ingin membangun citra instansi yang dinamis dan ramah, lakukanlah dengan pendekatan yang kontekstual dan berbasis nilai kelembagaan.

Joget bisa tetap menjadi bagian dari penguatan semangat kerja, namun perlu diletakkan secara bijak dan proporsional.

Jangan sampai semangat melayani berubah menjadi sekadar ajang pamer gerakan tubuh, sementara pekerjaan utama justru terbengkalai.

Joget velocity di kalangan ASN bukan hal yang salah secara mutlak, tetapi perlu dikaji ulang secara lebih mendalam.

Apakah ia benar-benar menjadi jalan menuju birokrasi yang lebih sehat dan humanis, atau hanya sekadar pengalihan dari substansi kerja yang sesungguhnya?

Itulah yang perlu kita renungkan bersama. (***)

Share3SendShareScanShare
Gunawan Trihantoro

Gunawan Trihantoro

Gunawan Trihantoro adalah seorang penulis kelahiran Purwodadi tahun 1974. Ia merupakan alumni Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang mulai aktif menulis sejak masa kuliahnya. Karya-karyanya telah terbit di berbagai media cetak dan online. Gunawan aktif dalam berbagai komunitas kepenulisan, termasuk Satupena, Kreator Era AI, dan Komunitas Puisi Esai Jawa Tengah. Selain itu, ia juga berkontribusi sebagai penulis buku-buku naskah umum keagamaan dan moderasi beragama di Kementerian Agama RI selama periode 2022โ€“2024. Hingga kini, Gunawan telah menghasilkan puluhan buku, baik sebagai penulis tunggal maupun penulis bersama, yang memperkuat reputasinya sebagai salah satu penulis produktif di bidangnya.

Postingan Selanjutnya

Gelap yang Tak Juga Usai: Jerit Sunyi Rakyat di Era Kabinet Baru

๐ŸšฉSELAMAT PAGI MERAH PUTIH

Indonesia Darurat Mikroplastik: Saat Konsumsi Sehari-hari Menjadi Ancaman di Masa Depan

Tantangan dan Peluang Akademisi Indonesia di Era Digital

Tantangan dan Peluang Akademisi Indonesia di Era Digital

Mengenal Dr Warsito, Ditolak Negeri Sendiri, Dihargai di Negeri Orang

Mengenal Dr Warsito, Ditolak Negeri Sendiri, Dihargai di Negeri Orang

HABA MANGAT

Haba Mangat

Tema Lomba Menulis Edisi Mei

Oleh Redaksi
May 10, 2025
0
346

27 tahun yang lalu (1998) nilai tukar rupiah terhadap dolar, dari Rp 2,575.00 berangsur turun menjadi Rp 16.000 pada Maret...

Baca SelengkapnyaDetails
Majalah POTRET pun Penting dan Perlu Untuk Melihat Wajah Batin dan Spiritualitas Diri Kita

Tema Lomba Menulis Maret 2025

March 22, 2025
342

Responden Terpilih

March 14, 2025
124
Majalah POTRET pun Penting dan Perlu Untuk Melihat Wajah Batin dan Spiritualitas Diri Kita

Pemenang Lomba Menulis Februari 2025

March 2, 2025
360

Jajak Pendapat #KaburAjaDulu

February 22, 2025
232

SELAKSA

  • All
  • Tabrani Yunis
Jejak Kelelawar

Jejak Kelelawar

Oleh Tabrani Yunis
2025/05/24
0
69

Oleh Tabrani Yunis  Burung-burung kelelawar datang berkunjung Berkerumun -kerumun saling sambung Terbang tinggi jauh melambung Langit terang kelihatan mendung Burung-burung...

Gerimis Turun Menjelang Petang

Gerimis Turun Menjelang Petang

Oleh Tabrani Yunis
2025/05/18
0
71

Oleh Tabrani Yunis Mendung berarak menjelang petang Kala mentari bergegas pulang Berbalut pelangi jingga luas membentang Diguyur gerimis bergoyang kencangย ...

Merevitalisasi PDIA, Merawat Ingatan Membangun Ketangguhan

Merevitalisasi PDIA, Merawat Ingatan Membangun Ketangguhan

Oleh Tabrani Yunis
2025/05/17
0
91

Oleh Tabrani Yunis Perasaan hati bercampur aduk, kala masuk ke ruang pertemuan di gedung  BAST -ANRI atawa gedung Balai Arsip Statis...

Bhoi Morica: Inovasi Kue Tradisional Acehย Oleh 3 Mahasiswi USKย Sebagai Solusi Anti-Stunting dan Anti-Cacingan

Bhoi Morica: Inovasi Kue Tradisional Acehย Oleh 3 Mahasiswi USKย Sebagai Solusi Anti-Stunting dan Anti-Cacingan

Oleh Tabrani Yunis
2025/05/16
0
182

Oleh: Tabrani Yunis Bhoi Morica merupakan inovasi pangan fungsional berbasis kue tradisional Aceh yang dikembangkan sebagai solusi lokal untuk mengatasi...

Populer

  • Memaknai Kekhususan Hari Jumโ€™at

    Abu Syech Mud; Syekhul Masyayikh Ulama Dayah Aceh Periode Awal.ย 

    10 shares
    Share 4 Tweet 3
  • Bunda Literasi di Era Artificial Intelligence

    10 shares
    Share 4 Tweet 3
  • Nol Saldo di Masjid Jogokariyan; Literasi Keuangan

    9 shares
    Share 4 Tweet 2
  • Jejak Kelelawar

    7 shares
    Share 3 Tweet 2
  • Puisi-Puisi Abdul Aziz Ali. Ipoh, Perak, Malaysia

    8 shares
    Share 3 Tweet 2
POTRET Online

Copyright@potret2025

Media Perempuan Aceh

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Kirim Tulisan

Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini

Copyright@potret2025

-
00:00
00:00

Queue

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00