https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Friday, October 24, 2025
No Result
View All Result
POTRET Online
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
POTRET Online
No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Pariwara
Beranda Artikel

Yang Bertahan Hidup dan Mencari Yang Termudah

Redaksi Oleh Redaksi
11 months ago
in Artikel, Banda Aceh, Bidik, FEB UIN Ar-Raniry, FEBI, gepeng, POTRET Budaya
Reading Time: 3 mins read
A A
0
6
Bagikan
55
Melihat
🔊

Dengarkan Artikel

Oleh Zahara Muharama

Mahasiswi Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, UIN Ar-Raniry, Banda Aceh

Nasib manusia itu berbeda-beda. Ada yang bernasib baik, bisa hidup sejahtera dan bahagia. Ada pula yang harus melewati hidup yang penuh penderitaan. Namun, Allah telah mengingatkan kita bahwa Allah tidak akan mengubah nasib seseorang, kecuali orang atau kaum itu sendiri yang mengubahnya. Maka, dalam realitas kehidupan kita, kita melihat ada banyak orang yang kaya raya, cerdas dan bijak, ada pula yang hidup menderita dan harus meminta-minta.

Kondisi ini bisa kita temukan di sekitar kita. Misalnya, di tengah keramaian Pasar Aceh, para pengemis bergerilya,  meminta-minta / Tak hanya sekadar soal tangan yang meminta, tetapi juga memiliki cerita tentang perjalanan hidup yang penuh warna. Di dekat deretan toko pakaian, di pasar Aceh, terlihat seorang ibu berusia sekitar 30 tahun berjalan bersama anaknya yang masih kecil sekitar 10 tahun. Penampilannya lusuh, membawa kantong plastik di tangannya. Sementara anaknya yang mengenakan tas sekolah dan masker setia berjalan di sampingnya.

Penulis yang sedang mendapat tugas melakukan observasi pengemis di kota Banda Aceh,mencoba mendekati dan mengajak bicara. Ketika berbicara dengan ibu tersebut, terungkap sebuah kisah yang menyentuh hati. Ibu ini bukan asli Banda Aceh, tetapi datang ke kota dalam keadaan terpaksa. Di kampung halamannya ia tinggal bersama orang tuanya. Ia pernah berusaha mencari penghasilan dengan berjualan kue, tetapi usaha itu seringkali merugi karena barang dagangannya jarang laku.

Akhirnya, dengan modal habis dangan beban hidup yang semakin berat, ia tak memiliki pilihan lain selain menumpang di rumah orang tuanya. Namun, ia merasa tidak enak hati harus bergantung pada mereka yang sudah lanjut usia dan juga membutuhkan perawatan. Maka, dengan tekad untuk mandiri dan tidak terus-menerus menyusahkan keluarganya, ia memutuskan untuk pergi ke Banda Aceh, berharap bisa mendapatkan pekerjaan di sana.

Sayangnya, kesempatan kerja tak semudah itu didapatkan. Setelah beberapa hari berjuang tanpa hasil, ia akhirnya merasa terpaksa menjadi pengemis demi kebutuhan hidupnya dan, terutama untuk memberi makan anak-anaknya. Situasi ini membuatnya harus menghilangkan rasa malu dan harga diri demi keberlangsungan hidupnya dan anak-anaknya.

📚 Artikel Terkait

🚩SELAMAT PAGI MERAH PUTIH

TETESKAN SEDIKIT SAJA AIRMATA KITA

Tsunami 2004: Mengenang Tragedi, Meniti Masa Depan

SISWA SMAN 1 LHOKSEUMAWE BELAJAR KURIKULUM MERDEKA DI SITUS KERAJAAN SAMUDRA PASAI

Sementara itu, hanya beberapa meter dari tempat ibu tadi berjalan, ada seorang bapak berusia sekitar 40 tahun yang duduk di depan toko elektronik. Tubuhnya kurus dan pakaiannya sangat lusuh. Di sampingnya, ada sebuah ember kecil yang digunakan untuk mengumpulkan uang pemberian dari orang-orang yang melintas.

Berbeda dengan ibu tadi yang dilanda keadaan mendesak, bapak ini memiliki alasan yang cukup mengejutkan mengenai alasan ia mengemis. Ketika ditanya, dengan jujur ia mengaku bahwa ia memilih mengemis karena merasa malas bekerja keras. Menurutnya, pekerjaan serabutan yang pernah ia lakukan memberikan penghasilan yang terlalu rendah dan membutuhkan tenaga yang banyak, upah yang didapat hanya sekitar Rp50.000 per hari. Tetapi dengan mengemis, ia bisa mendapatkan lebih banyak, hingga Rp80.000-100.000 dalam sehari, tanpa harus menguras tenaga. Baginya, mengemis adalah pilihan kerja yang lebih mudah dan menguntungkan. Tak ada rasa terpaksa atau malu dalam dirinya, justru ia merasa puas dengan uang yang ia dapatkan dari pekerjaan ini.

Dari hasil pengamatan dan wawancara, terlihat betapa beragamnya alasan di balik tindakan mengemis di Pasar Aceh.Di satu sisi, ada mereka yang terpaksa karena keadaan, seperti ibu yang berjuang sendirian demi anak-anaknya. Ia adalah seseorang yang pernah mencoba bertahan dengan usaha yang jujur, tetapi akhirnya terjatuh karena keterbatasan ekonomi. Di sisi lain, ada juga yang secara sadar memilih mengemis, seperti bapak tadi, yang melihat kegiatan ini sebagai jalan pintas untuk mendapatkan penghasilan lebih besar, tanpa banyak usaha.

Kisah-kisah ini menunjukkan bahwa di balik aktivitas yang mungkin terlihat serupa, ada latar belakang dan motivasi yang sangat berbeda. Pasar Aceh menjadi saksi bisu dari perjuangan dan pilihan hidup orang-orang yang, meski sama-sama berlabel pengemis, memiliki cerita unik yang tidak selalu dapat diukur dengan satu perspektif saja. Kisah mereka mengajarkan kita untuk melihat lebih dalam sebelum menilai, karena setiap orang memiliki alasan yang membentuk jalan hidup mereka masing-masing.

Dokumentasi

D26EA5DE-D9EB-47E7-847B-D502314D797C.jpg

0383FECB-3D6B-4533-9DA8-ACAE00E6CEF5.jpg

🔥 5 Artikel Terbanyak Dibaca Minggu Ini

Sarana dan Prasarana Sekolah; Fondasi Utama Pendidikan Berkualitas
Sarana dan Prasarana Sekolah; Fondasi Utama Pendidikan Berkualitas
20 Oct 2025 • 53x dibaca (7 hari)
Garis Waktu yang Hilang
Garis Waktu yang Hilang
2 Oct 2025 • 52x dibaca (7 hari)
Kembalikan Marwah Guru Sebagai Orang yang Dihormati Bukan Dicaci
Kembalikan Marwah Guru Sebagai Orang yang Dihormati Bukan Dicaci
16 Oct 2025 • 48x dibaca (7 hari)
The Hidden Crisis: Sexual Violence in Pesantren Is Three Times Higher Than in Regular Schools
The Hidden Crisis: Sexual Violence in Pesantren Is Three Times Higher Than in Regular Schools
21 Oct 2025 • 38x dibaca (7 hari)
Dialog di Antara Kaki-kaki Langit bersama Ananda Sukarlan
Dialog di Antara Kaki-kaki Langit bersama Ananda Sukarlan
19 Oct 2025 • 33x dibaca (7 hari)
📝
Tanggung Jawab Konten
Seluruh isi dan opini dalam artikel ini merupakan tanggung jawab penulis. Redaksi bertugas menyunting tulisan tanpa mengubah subtansi dan maksud yang ingin disampaikan.
Tags: #analisis#pengemis
Share2SendShareScanShare
Redaksi

Redaksi

Majalah Perempuan Aceh

Related Postingan

Kado Terindah Dari Seorang Bapak
POTRET Budaya

Mereka Yang Syahid

Oleh Redaksi
2022/11/06
0
53

Usfa Sri Rezeki   Malam begitu pekat terasa amat penat Tak biasa nya... Seakan semuanya makhluk diam Tak berani bersuara...

Baca SelengkapnyaDetails

INGIN KUJUAL CINTA

Kumpulan Sajak Alkhair Aljohore@

Postingan Selanjutnya
Ia Terpaksa Ngesot Mengais Rezeki Untuk Sehari-hari

Ia Terpaksa Ngesot Mengais Rezeki Untuk Sehari-hari

IPHI Aceh Santuni 50 Yatim

IPHI Aceh Santuni 50 Yatim

MENDISKUSIKAN INTERSEKSIONALITAS DALAM ISU GENDER DAN KEADILAN SOSIAL ACEH

MENDISKUSIKAN INTERSEKSIONALITAS DALAM ISU GENDER DAN KEADILAN SOSIAL ACEH

Praktisi Hukum: AI Bukan Subjek Hukum Yang Dapat Memiliki Hak Cipta

Alasan – Alasan Klasik

Alasan - Alasan Klasik

POTRET Online

Copyright@potret2025

Media Perempuan Aceh

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Kirim Tulisan

Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini

Copyright@potret2025

-
00:00
00:00

Queue

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00