Oleh Ahmad Rizali
Berdomisili di Depok
Saya menduga, saudara kita yang masih dengan tenang menuju ke masjid untuk solat jumat itu, seperti perokok yang kecanduan dalam arti positif. Jika tidak menuju masjid ketika hari jumat siang waktu waktu dhuhur itu, seperti gimana gitu. Para perokok juga punya anekdot “merokok bisa mati, tidak merokok juga mati, mari kita merokok saja”.
Selain itu, dugaan lain n, ada pula yang begitu percaya kepada takdir. Meski dihindari toh jika akan mati, saat diam di rumah juga mati, lantas ditunjukkanlah bukti bukti itu. Yang terbesar adalah mereka yang berang dengan kebijakan pemerintah yang melarang umat Islam ke mesjid dan menuding macam macam. “Mal tidak ditutup, mengapa rumah Tuhan ditutup ? Padahal Mal juga ditutup kecuali order daring.
Saya tadi kaget, ketika santai bersiap mandi waktu dhuhur, masjid di RW tetangga yang rekor kematian melewati RW kami, tetap menyelenggarakan jumat dan khotbahnya adalah tentang cobaan manusia kepada kita. Apakah jamaah yang hadir banyak? Entahlah, tetapi jika ada tempat melepaskan kecanduan kita ternyata buka, seringkali meski pikiran dan hati menolak, namun dorongan alam bawah sadar kita akan menuntun hadir. Biasa “sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna”.
Ada lagi yang saya tak habis pikir. Masih ada manusia yang tak percaya adanya pagebluk ini dan anggap masalah flu biasa dan yang mati di RS itu ya karena penyakitnya: Jantung, Darah Tinggi, Diabet, Setrok, CA dan lain-lain, sehingga mereka juga tetap tak mengindahkan anjuran pemerintah. Bukankah kitab suci mengatakan “patuhi Allah, Rasul dan Ulil Amri kalian”. Jika tak patuh kepada ulil absar, bolehlah. Namun jika Ulil Amri menyuruh kebaikan, kok membangkang?