Oleh Afni
Dalam buku Anthony Gidden yang berjudul Transformation of Intimacy, ia menjelaskan tentang pendekatan transformasi intimacy salah satunya pendekatan seksulitas. Seksualitas adalah sebuah persoalan yang selama ini dianggap sebagai penyimpangan publik, namun sekaligus sangat menarik perhatian dan sangat pribadi. Buku The History of Sexuality karya Michael Foucault, berusaha membongkar apa yang disebutnya sebagai ‘hipotesis represif’. Menurut pandangan ini hipotesis represif adalah institusi-institusi modern yang telah memaksa manusia membayar mahal atas manfaat-manfaat yang ditawarkan atau represi yang meningkat.
Peradaban berarti disiplin, dan disiplin menyatakan Kontrol atas inner drives, karena kontrol yang efektif semestinya berasal dari dalam. Foucault menerima pandangan semacam ini yang melihat kehidupan sosial modern sebagai fenomena yang secara intrinsik terkait erat dengan munculnya “kuasa disiplin”/ disciplinary power merupkan kuasa yang melekat dalam institusi-institusi seperti penjara, rumah sakit jiwa, sekolah atau rumah sakit. Kuasa disiplin ini melahirkan tubuh-tubuh yang jinak atau docile bodies yang mudah diatur, atau ditaklukan,segala akifitasnya terkontrol dan teregulasi dibandingkan bertindak secara spontan atau atas dorongan naluri. Kekuasaan disini sebagai kekuatan pengekang (constraining force). Tetapi Foucault menegaskan bahwa kekuasaan merupakan kekuatan yang menggerakan, bukan sekadar sesuatu yang menentukan bayas dan dalam bertindak atau bereaksi terhadap kekuasaan, tidak semua subjek kuasa disiplin benar-benar jinak.
Oleh karena itu, kekuasaan juga bisa menjadi salah satu instrumen untuk melahirkan kebahagiaan. Oleh karena itu semestinya seksualitas tidak dipahami semata-mata sebagai dorongan yang harus dikekang. Sebaliknya, seksualitas merupakan ruang transfer yang penuh sesak bagi relasi-relasi kuasa, melalui energi besar yang dihasilkanya, jadi seksualitas dapat dijadikan sebagai fokus kontrol sosial.
Pada abad ke 19 dan awal abad ke-20 merupakan fokus utama Foucault dalam penelitiannya tentang hipotesis represif. Selama periode ini, seksualitas dan kekuasaan menjalin dalam pola yang beragam dan berbeda-beda. Seksualitas dibangun sebagai sebuah kerahasian, yang terus menerus digali, namun juga diwaspadai. Salah satunya kampanye masturbasi yang didukung oleh dokter dan pendidik yang memaparkan tentang bahaya masturbasi dan juga menjelaskan tentang konsekuensi-konsekuensi masturbasi. Akan tetapi tujuan yang sebenarnya dari kampanye tersebut bukanlah untuk melenyapkan praktek masturbasi, melainkan lebih untuk mengarahkan perkembangan individu, baik secara mental maupun fisik. Foucault juga menambahkan, betapa banyak kasus perilaku tidak wajar/normal yang dikategorikan oleh psikiater, dokter dan lain-lainnya.
Beragam bentuk seksual yang tidak normal diungkap ke publik dan dasar-dasar untuk diklasifikasikan perilaku individu, kepribadian dan identitas diri. Hal ini dilakukan bukan untuk menghentikan perbuatan-perbuatan tidak normal tersebut, melainkan untuk memberikan “realitas analitik” yang menonjol dan permanen atas tindakan-tindakan tersebut. tindakan itu ditanamkan ke dalam tubuh dan disisipkan dalam cara-cara bertindak.
Misalnya dalam hukum pa-modern, sodomi didefinisikan sebagai perilaku terlarang, tetapi bukan sebagai kualitas atau pola perilaku individu.
Pada abad-19 studi tentang seks dan penciptaan diskursus telah mengembangkan beragam konteks kuasa-pengetahuan (power knowledge). Salah satunya mengenai perempuan. Seksualitas perempuan diakui,namun tidak lama kemudian digencet dan diperlakukan layaknya sumber patalogi histeria. Selain itu, seksualitas juga berhubungan dengan anak-anak. Temuan bahwa anak-anak secara seksual aktif terkait dengan pernyataan bahwa seksualitas mereka “bertentangan dengan hakikat seksualitas”. Studi ini juga memberi perhatian pada pernikahan dan keluarga. Hubungan seks dalam pernikahan merupakan tanggung-jawab dan pengaturan diri, tidak hanya menciptakan pernikahanm tapi juga menatanya dengan cara-cara yang real dan spesifik dan alat kontrasepsi merupakan salah satu alat pencegahan.
Kontrol atas jumlah anggota keluarga yang diperkirakan muncul dan secara spontan dalam perburuan kesenangan yang penuh disiplin. Bagi Foucault penciptaan seksualitas merupakan bagian dari proses rumit dalam pembentukan dan peleburan institusi-institusi sosial. Negara dan organisasi modern sangat bergantung pada ketelitian kontrol atas jumlah penduduk. Misalnya kontrol yang telah dihidupkan oleh perkembangan politik anatomi tubuh sebuah teknologi manajemen tubuh yang bertujuan mengatur dan mengoptimalkan kemampuan tubuh.
Politik anatomi ini merupakan salah satu fokus dari wilayah bio power yang lebih luas. Dalam sebuah wawancara Foucault mengatakan bahwa studi tentang seks membosankan, lalu mengapa wacana-wacana lain tak juga berhenti menambah keruwetan yang sudah? Menurutnya yang menarik di dalam studi ini adalah munculnya “aparat-aparat seksualitas’( apparatus of sexuality) dan nilai ekonomis tubuh serta juga kesenangan yang positif. Foucault memberi perhatian terutama pada “aparat-aparat” ini dalam kaitannya dengan diri dan studi seksnya atas dunia klasik, yang mana hal itu telah membantu untuk menjelaskan persoalan yang dihadapi. Misalnya seperti orang Yunani telah menekankan pentingnya ‘perawatan diri” tetapi dengan cara yang berlawanan secara diametral dengan pengembangan diri dalam tatanan sosial modern yang secara eksterm Foucault sebut sebagai cara pemujaan diri orang Califonia, tetapi kedua hal ini dipengaruhi oleh pengaruh kristianitas yang berpendapat bahwa pengaturan atas kehidupan seksual umatnya, yang meliputi hubungan seksual dan pengungkapan atas pelanggaran hukum yang diinterprestaikan pendeta dalam kerangka etik yang luas, sebagai bagian dari kontra reformasi, gereja semakin keras dalam pengakuan dimana seluruh prosesnya diintensifkan.
Tidak hanya tindakan, tetapi pikiran-pikiran, penghormatan-penghormatan serta detail-detail yang berhubungan dengan seks diungkap dan diperiksa secara teliti.
Pada zaman kuno di kalangan atas, perawatan diri diintegrasikan dalam eksistensi estetis. Foucault juga menceritakan bahwa bagi orang Yunani, makan dan diet lebih penting ketimbang seks. Kristinitas telah menggantikan pandangan klasik ini dengan ajaran bahwa diri harus ditemukan, pribadi merupaka sesuatu yang harus diuraikan dan ditemukan kebenarannya. Dalam cara pemujaan diri California, seseorang diandaikan menemukan dirinya sendiri secara jelas, memisahkanya dari apapun yang bisa mengaburkan dan merusaknya serta menguraikan kebenaranya berdasarkan psikologi atau psikonalisa.
Seksualitas menurut Faoucault dikemukakan pertama kalinya pada abad ke-19. Kata ini muncul dalam istilah ilmu Biologi dan ilmu hewan pada permulaan tahun 1800. Tetapi baru pada akhir abad kata tersebut mulai digunakan secara luas dalam sebuah makna seperti yang diartikan dalam kamus The Oxford English Dictionary, yaitu kualitas menjadi seksual atau melakukan seks. Buku terbitan tahun1889 yang membahas persoalan kenapa perempuan cenderung terserang beragam penyakit. Dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini pada awalnya berkaitan dengan usaha-usaha unruk menjaga aktifitas seksual feminism secar benar, yang Nampak secara besar-besaran dalam tulisan pada era tersebut.
Kemudian seksualitas muncul sebagai sumber kekhawatiran, kebutuhan akan pemecahan masalah wanita-wanita yang haus akan kenikmatan seksual merupakan realitas yang secara khusus berada di luar kebiasaan. Seperti yang ditulis oleh seorang spesialis medis, apa yang disebut kondisi normal laki-laki (rangsangan seksual) adalah keanehan bagi perempuan. Seksualitas merupakan sebuah konstruksi sosial, yang beroperasi dalam wilayah-wilayah kekuasaan. Ia bukan sekedar kumpulan dorongan biologis yang menemukan atau tidak menemukan pelepasannya.