Oleh: Hendra Gunawan, MA
Dosen Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum IAIN Padangsidimpuan
Bulan Ramadhan, di kalangan anak-anak memaknainya sebagai bulan penuh makanan, sebab mereka banyak menjumpai ragam tanjil (kue) di bulan Ramadhan, baik di rumah, di jalan-jalan, dan di masjid-masjid setiap menjelang berbuka puasa. Bagitu juga, di kalangan remaja memaknai bulan Ramadhan sebagai bulan penuh kebersamaan, sebab mereka banyak menghabiskan waktu bersama teman-teman mulai membangunkan orang untuk sahur, buka bersama, pergi Tarawih bersama dan sampai kepada tadarus bareng teman-teman. Hal ini tidak menjadi masalah, namun yang paling ironisnya apabila ada orang-orang dari kalangan umat Islam yang memaknai bulan Ramadhan ini sebagai hukuman sebab tidak bisa makan dan minum di siang hari selama satu bulan.Naโuzubillahi minjalik.
Terlepas dari semua perspektif masyarakat terhadap bulan Ramadhan, bahwa bulan Ramadhan merupakan bulan yang ke sembilan dalam bulan Hijriyah atau kalender Islam termasuk bulan yang sangat penting dan dimuliakan oleh setiap umat Islam di seluruh belahan dunia. Karena memang dalam catatan sejarah, bahwa di bulan Ramadhan diturunkan al-Qurโan, sehingga tercatat bahwa bulan Ramadhan merupakan salah satu tonggak pertama pembangunan agama Islam di bumi Allah SWT tercinta ini. Makanya para ulama sangat menggalakkan tadarus al-Qurโan di bulan Ramadhan. Selain itu, bulan Ramadhan juga memiliki berjuta hikmah yang 3 (tiga) di antaranya sebagai berikut :
1. Bulan Ramadhan Sebagai Bulan Ampunan dan Pembakar Dosa
Wajar saja, apabila beberapa hari yang lalu umat Islam di seluruh daerah memiliki cara dan tradisi tersendiri dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Di Padang dengan cara Balimo-limo dan tidak ketinggalan di daerah Tabagsel juga menyambut bulan Ramadhan dengan marpangir. Kenapa tidak karena menyambut bulan Ramadhan yang mulia, diibaratkan kedatangan tamu yang membawa berjuta kenikmatan terutama maโfirah atau ampunan, sebagaimana dilukiskan dalam sebuah hadis Rasululllah SAW sebagai berikut :
Artinya :
โBiasanya Rasulullah SAW memberi kabar gembira kepada para sahabat dengan bersabda; โtelah datang kepadamu bulan Ramadhan,โฆ pada bulan in pintu-pintu surga, pintu neraka ditutup, dan para syetan diikat,โฆโ {HR. Ahmad dab Nasa`i}
Secara kontekstual, hadis ini secara majas yaitu menunjukkan bahwa makna dibuka pintu surga, berarti bahwa di bulan Ramadhan Allah SWT membuka pintu ampunan bagi setiap hamba-Nya. Bahkan untuk bisa meraih maโfirah atau keampunan tersebut, Allah SWT memberikan kesempatan kepada pada hamba-Nya dengan membelenggu setan sebagaimana ditegaskan dalam hadis di atas supaya kita selaku hamba Allah SWT terbebas dari bujuk rayu setan selama bulan Ramadhan untuk memperbanyak amal ibadah guna membakar semua dosa yang pernah kita lakukan termasuk salat Tarawih, sebagaimana ditegaskan dalam hadis Rasulullah SAW sebagai berikut :
Artinya :
Barang siapa mendirikan shalat malam bulan Ramadhan (termasuk shalat Tarawih) karena iman dan mengharapkan pahala (dari Allah SWT) niscaya diampuni (sama halnya dibakar) dosa-dosanya yang telah laluโ {HR. Mutafakkun โalaih}
Oleh karena itu, sebagian ulama mengatakan, bahwa apabila di bulan Ramadhan seorang Muslim masih tetap melakukan kemaksiatan, maka tidak ada alasan lagi buat mengkambinghitamkan setan, karena mereka sedang dibelenggu. Tetapi itu semua dikarenakan hawa nafsu yang ada dalam dirinya sudah kotor. Untuk itu, perlu diservis (dibersihkan) atau dikendalikan dengan puasa, Tarawih, Tadarus al-Qurโan, dan rangkaian ibadah lainnya.
2. Di Bulan Ramadhan Diwajibkan PuasaSebagai Servis Iman
Disebut bulan servis iman, karena pada bulan Ramadhan diwajibkan Allah SWT berpuasa tidak lain untuk mensucikan hamba-Nya dari hawa nafsu (kelumunan dosa) yang telah menggorgoti keimanan seseorang selama satu tahun. Maka perlu diservis agar bersih, agar bisa beroperasi sebagaimana mestinya yaitu menjadi hamba yang bertakwa kepada Allah SWT. Ibaratkan, kendaraan apabila sudah satu tahun tidak diservis, maka akan macet. Sama seperti manusia, apabila imannya tidak dibersihkan maka akan macet, shalatnya macet, dan sifat-sifatnya pun akan macet alias tidak sesuai dengan sifat yang diajarkan agama Islam. Bahkan, tidak hanya servis iman, tetapi juga menurut ilmu kesehatan puasa juga dapat meningkatkan kesehatan badan, sehingga orang banyak yang menjadikan puasa sebagai ibadah sambil berdiet untuk mengurangi kolesterol dan lain sebagainya.
Memang ibadah puasa, cukup sulit sebab puasa termasuk ibadah kaff โainil mahbubat (menahan diri untuk tidak melakukan hal yang disenangi) mulai makan, minum, dan lain-lainnya, maka dalam al-Qurโan Allah SWT menggunakan kalimat amanu (orang-orang beriman) sebagaimana terekpelisit pada surah al-Baqarah ayat 183 sebagai berikut :
Artinya :
โHai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwaโ{Qs. Al-Baqarah/2:183}
Karena memang, tidak semua orang Islam sanggup dan mau menunaikan ibadah puasa, tetapi hanya orang-orang yang merasa beriman kepada Allah SWT yang sanggup dan mau menjalankannya. Maka tidak heran, apabila ada orang yang sudah diaknosa dokter memiliki riwayat penyakit mah, tetapi karena merasa beriman ia pun mau dan sanggup menunaikan ibadah puasa, maka wajar dalam riwayat disebutkan bahwa Allah SWT membangga-banggakan hamba-Nya yang menunaikan ibadah puasa kepada para malaikat-Nya. Sehingga para malaikat pun memohonkan ampunan Allah SWT untuk orang-orang yang menunaikan ibadah puasa sampai berbuka.
Namun, sebaliknya banyak orang yang sehat dan bertubuh kuat, tetapi tidak mau bahkan tidak sanggup menjalankan ibadah puasa Ramadhan, itu juga gejala lemah iman. Apalagi orang-orang yang kurang iman, bisa saja mereka mempertanyakan buat apa berlapar-lapar puasa?. Maka sesungguhnya, jauh hari Allah SWT telah mewanti-wanti pertanyaan ini dengan menjelaskan jawabannya pada akhir ayat tersebut yaitu laโallakum tattakun yaitu agar menjadi orang yang bertakwa. Lantas orang yang memiliki iman yang penuh dengan keraguan juga akan bertanya, banyak orang yang berpuasa, tetapi tetap saja melaksanakan maksiat-maksiat, puasa tetapi masih tetap berpacaran, puasa tetapi masih berkelahi, dan puasa tetapi masih korupsi.
Sebagian ulama menegaskan, bahwa kalimat laโallakum tattakun pada ayat di atas juga merupakan alat ukur tentang gagal atau berhasilnya puasa seseorang. Nah, apabila sudah beberapa hari berpuasa, tetapi masih tetap melakukan maksiat, itu alamat bahwa puasanya gagal dan begitu pula sebaliknya apabila dengan puasanya ia pun semakin baik dan bertakwa. Maka itu pertanda bahwa puasanya berhasil. Sehingga ia pun berhak mendapatkan hadiah istimewa dari Allah SWT di bulan Ramadhan ini.
Maka untuk meraih, kesuksesan dalam berpuasa kita harus berpuasa dengan cara yang benar, tidak hanya puasa atau menahan diri dari makan dan minum serta yang membatalkan puasa dari mulai terbit fajar sampai terbenam matahari. Tetapi juga memperhatikan hal-hal yang dapat merusak puasa, termasuk mulut kita juga harus puasa alias ditahan dari perkataan yang berdusta, keji, dan begitu juga mata, telinga, tangan, kaki, sampai kepada hati harus puasa (ditahan) dari melakukan hal-hal yang dilarang Allah SWT.
3. Bulan Ramadhan Terdapat Laylatul Qadr Sebagai Hadiah dari Allah SWT
Lailatul qadr merupakan sebuah hadiah tertinggi dari Allah SWT kepada orang-orang sukses melalui semua iven-iven ibadah di bulan suci Ramadhan, mulai puasa, taraweh, tadarus al-Qurโan, ihtikaf di mesjid, dan amalan-amalan sunnah lainnya. Maka lucu, apabila ada orang yang mau mendapatkan lailatul qadr tetapi tidak puasa, tidak taraweh, tidak tadarus al-Qurโan, dan tidak ihtikaf di masjid. Lailatul qadr adalah suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan, sebagaimana dijelaskan Allah SWT dalam al-Qurโan surah al-Qadr ayat 1 s/d 3 sebagai berikut :
Artinya :
โDan tahukah kamu apakah malam lailatul qadr (kemuliaan) itu?(2), malam lailatul qadr itu lebih baik dari seribu bulan.(3)โ. {Qs. Al-Qadr/97:2-3}.
Apabila kita hitung menurut ilmu matematika, seribu bulan itu sama artinya 83 tahun 4 bulan. Berarti sama dengan satu malam yang lebih baik sepanjang hidup, karena pada umumnya kita umat Islam sekarang sudah jarang sekali berusia 83 ke atas. Maka wajar saja, setelah bulan Ramadhan muncul idul Fitri (kembali suci) seperti bayi yang baru dilahirkan, bersih seperti kertas putih tanpa goresan sedikit pun buat para hamba Allah SWT yang telah berhasil memanfaatkan momentum bulan Ramadhan. Dari sini, banyak ulama menyebut bulan Ramadhan dengan bulan suci Ramadhan, karena bulan Ramadhan merupakan momentum yang diberikan Allah SWT kepada setiap hamba-Nya untuk membersihkan diri dari dosa-dosa.
Selain hadiah lailatul qadr, sebenarnya pada bulan suci Ramadhan Allah SWT banyak sekali menawarkan riwad keuntungan kepada para hamba-Nya, mulai dilipat gandakan pahala ibadah sampai kepada memberikan pahala ibadah yang sunnah sama dengan pahala ibadah yang wajib, berbeda dengan di bulan-bulan yang lain.
Penutup
Dari uraian di atas, hikmah yang dapat kita ambil adalah bahwa bulan Ramadhan bukan sekedar berubah atau mendadak alim mumpung bulan Ramadhan, tetapi harus memanfaatkan momentum bulan ampunan ini dengan melaksanakan semua rangkaian event ibadah dalam bulan Ramadhan guna meraih ketakwaan kepada Allah SWT. Sehingga tiba saatnya, kita termasuk orang-orang yang idul Fitri (kembali suci).