https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Friday, October 24, 2025
No Result
View All Result
POTRET Online
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
POTRET Online
No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Pariwara
Beranda Bingkai

Guru Berkarakter untuk Pendidikan Berkarakter

Redaksi Oleh Redaksi
9 years ago
in Bingkai, Edukasi, Literasi, Menulis, Pendidikan, Sorotan
Reading Time: 3 mins read
A A
0
5
Bagikan
51
Melihat
🔊

Dengarkan Artikel

Oleh : Mira Pasolong
Kemerosotan moral generasi muda bangsa kita sudah berada pada titik yang sangat memprihatinkan. Setiap hari kita mendengar berita tentang siswa yang tawuran, ikut balapan liar, mabuk- mabukan, mengkonsumsi narkoba ataupun hamil di luar nikah dan kemudian aborsi. Hal yang sangat jarang terjadi di beberapa dekade sebelumnya.
Masyarakat kemudian menuding dunia pendidikan sebagai pihak yang harus bertanggung jawab. Tidak salah memang. Namun harus pula diingat bahwa mencetak generasi pelanjut yang mumpuni adalah tugas kita semua. Orang tua di rumah bertanggungjawab terhadap segala aktifitas anaknya, media massa terutama media elektronik bertanggujawab terhadap sajian tontonan yang diberikan dan sebagainya.
Bagaimana dengan peran guru? Guru, sebagai orang tua ke dua (setelah ayah ibu di rumah) tentu saja memegang peranan penting terhadap penyelamatan moral bangsa ini. Karena itu hal pertama yang harus dimiliki guru untuk melakukan peran itu dengan sebaik- baiknya adalah menjadi guru yang memiliki moralitas yang patut diteladani. Guru harus memiliki karakter seorang pendidik yang bisa digugu dan ditiru.
Sebagai teladan, guru harus senantiasa memiliki karakter terpuji yang bisa menginspirasi anak didik untuk lebih baik. Mirisnya, sekarang ini, di samping berita negatif tentang anak usia sekolah, berita negatif yang nyaris sama juga sering terdengar menimpa pendidik, misalnya seorang guru yang dijebloskan ke penjara karena terbukti bersalah melakukan pelecehan seksual terhadap anak didiknya. Tentu saja hal ini merupakan duri dunia pendidikan yang harus disingkirkan.
Pengaplikasian pendidikan berkarakter yang belakangan ini sedang digalakkan haruslah dimulai dari pribadi pendidik itu sendiri, sebagai orang yang berinteraksi langsung dengan anak didik. Tidaklah cukup hanya menuliskan dengan terstruktur pendidikan karakter dalam kurikulum. Kurikulum barulah merupakan tataran konsep. Pengejawantahannya berada di tangan pihak sekolah, terutama guru. Untuk itu, maka sebelum mengajar anak didik dengan menggunakan kurikulum, silabus, ataupun RPP dengan embel- embel karakter, maka seorang guru haruslah juga berkarakter.
Lantas bagaimanakah guru yang berkarakter itu? Yang pasti seorang guru haruslah memiliki empat kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi professional. Dengan empat kompetensi itu, guru tidaklah cukup hanya pintar mengajar di kelas (pedagogik dan professional). Lebih dari itu guru haruslah mampu bersosialisasi, baik dengan seluruh elemen sekolah, maupun lingkungan sekitar (kompetensi sosial). Dan yang tak kalah pentingnya adalah guru harus mempunyai kepribadian yang baik (kompetensi kepribadian). Dalam tulisan ini Penulis akan mengulas tentang kompetensi kepribadian, sebagai kompetensi terpenting dalam mewujudkan pendidikan berkarakter.
Guru adalah teladan. Kalimat ini mungkin sudah sering kita dengar. Keteladanan ini tentu saja berkaitan dengan karakter- karakter terpuji. Seorang guru yang berkarakter harus memiliki sifat- sifat yang terpuji; religious, jujur, bertanggungjawab, disiplin, penuh kasih sayang, sopan, menghargai, tenggang rasa, percaya diri dan berjiwa besar. Nilai- nilai positif dari sifat tersebutlah yang kemudian ditularkan kepada anak didik. Tidak perlu menjelaskan satu per satu sifat tersebut. Anak didik, sebagaimana lazimnya anak- anak, hanya butuh teladan. Maka ketika guru memiliki karakter tersebut di atas, anak didik , pelan namun pasti, akan bisa pula memiliki karakter tersebut. Sebaliknya, jika guru tidak memiliki karakter terpuji, maka akan sangat susah untuk bisa menerapkan pendidikan karakter tersebut.
Seyogyanyalah, kita, sebagai pendidik, memperlakukan anak didik dengan adil. Dalam hal aturan sekolah misalnya, ketika anak didik diharuskan datang tepat waktu dan mendapatkan hukuman jika terlambat, maka gurupun harus seperti itu. Ketika anak didik tidak diperbolehkan merokok di lingkungan sekolah, maka seyogyanya pulalah tak ada guru yang melakukannya. Hal- hal seperti inilah, yang ketika bisa kita aplikasikan, maka akan berpengaruh terhadap karakter peserta didik.
Tidaklah zamannya lagi guru memperlihatkan kekerasan terhadap anak didik. Cukuplah kekerasan yang dengan leluasa bisa disaksikan di media elektronik merusak mental mereka. Marilah kita, para guru, mendidik mereka dengan kasih sayang, menegur dengan senyum ketika mereka bersalah, memeluk dengan lembut ketika mereka bersedih, dan memuji dengan tulus ketika mereka berprestasi. Inilah salah satu cara, dari sekian banyak, cara untuk menumbuhkan karakter mulia dalam diri anak didik. Jika guru sudah mampu mendidik dengan hati, dan bukan mengajar hanya menggunakan otak, maka penerapan pendidikan berkarakter tidaklah hanya akan menjadi sekedar rumusan di atas kertas.

🔥 5 Artikel Terbanyak Dibaca Minggu Ini

Sarana dan Prasarana Sekolah; Fondasi Utama Pendidikan Berkualitas
Sarana dan Prasarana Sekolah; Fondasi Utama Pendidikan Berkualitas
20 Oct 2025 • 52x dibaca (7 hari)
Garis Waktu yang Hilang
Garis Waktu yang Hilang
2 Oct 2025 • 50x dibaca (7 hari)
Kembalikan Marwah Guru Sebagai Orang yang Dihormati Bukan Dicaci
Kembalikan Marwah Guru Sebagai Orang yang Dihormati Bukan Dicaci
16 Oct 2025 • 47x dibaca (7 hari)
The Hidden Crisis: Sexual Violence in Pesantren Is Three Times Higher Than in Regular Schools
The Hidden Crisis: Sexual Violence in Pesantren Is Three Times Higher Than in Regular Schools
21 Oct 2025 • 37x dibaca (7 hari)
Dialog di Antara Kaki-kaki Langit bersama Ananda Sukarlan
Dialog di Antara Kaki-kaki Langit bersama Ananda Sukarlan
19 Oct 2025 • 32x dibaca (7 hari)

📚 Artikel Terkait

Raja Juli Selamat, Karding Tamat

Puisi Mustiar Ar

Perempuan – Ulasan Artikel

🚩SELAMAT PAGI MERAH PUTIH

📝
Tanggung Jawab Konten
Seluruh isi dan opini dalam artikel ini merupakan tanggung jawab penulis. Redaksi bertugas menyunting tulisan tanpa mengubah subtansi dan maksud yang ingin disampaikan.
Share2SendShareScanShare
Redaksi

Redaksi

Majalah Perempuan Aceh

Related Postingan

KEBODOHAN DAN KERUSAKAN UJIAN NASIONAL
Artikel

KEBODOHAN DAN KERUSAKAN UJIAN NASIONAL

Oleh Redaksi
2024/11/09
0
52

Oleh Satria Dharma Di Balikpapan Ketika saya ditanya oleh seorang wartawan bagaimana pendapat saya jika Ujian Nasional dihidupkan kembali, maka...

Baca SelengkapnyaDetails

Kita Butuh Sekolah Literat

Gebyar HGN 2023 Dihadiri Presiden, Ini Kesan Ketua IGPKhI Aceh

Postingan Selanjutnya

Perempuan di Titik Klimaks

Tinjauan Kritis tentang Peran Perempuan dalam Sejarah Aceh

Mencintai Bahasa Daerah

Peran Pemuda dalam Menghadapi Sustainable Development Goals

Belajar dari Hikmah Belajar

POTRET Online

Copyright@potret2025

Media Perempuan Aceh

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Kirim Tulisan

Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini

Copyright@potret2025

-
00:00
00:00

Queue

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00