Dengarkan Artikel
Oleh Don Zakiyamani
Dua hari yang lalu saya ngopi dengan seorang junior penjual pupuk. Kualitas pupuknya memang di atas rata-rata. Pernah suatu hari, seorang petani mengaku hasil pertaniannya lebih baik setelah menggunakan pupuk tersebut. Buah lebih banyak dan pertumbuhan pohon sesuai dengan keharusan. Berbeda halnya saat menggunakan pupuk murah bersubsidi.
Mengapa pupuk itu memiliki kelebihan, menurut penjual yang merupakan jebolan magister pertanian, ada beberapa sebab. Namun saya tidak akan menguraikan itu, karena hal yang dapat diambil dari fenomena tersebut adalah pelajaran tentang cara memupuk dan jenis pupuk. Bila yang kita tanam pohon A dan menginginkan hasil maksimal, maka jenis pupuk juga berkontribusi besar.
Pepatah lama memang mengatakan, “apa yang kamu tanam, itu yang akan kamu panen.” Namun belum tentu panen itu maksimal, bahkan bisa jadi pohon tersebut tidak berbuah. Menurut pandangan saya, pepatah itu lahir sebelum industri pertanian semaju saat ini, dan sebelum kerusakan lingkungan separah sekarang.
Sekarang, demi hasil maksimal, tanaman perlu perawatan, termasuk pupuk yang diberikan. Bila dahulu hasil pertanian barangkali hanya cukup untuk diri dan keluarga, kini proyek industri pertanian adalah swasembada hingga ekspor. Dalam usaha itu, dibutuhkan perawatan tanaman secara maksimal. Demikian pula bila kita menanam kebaikan.
Berbuat baik memang mendatangkan pahala dalam literatur Islam, namun bagaimana kemudian ia tumbuh dan berbuah? Bagaimana menanam kebaikan menghasilkan buah yang dapat dikonsumsi banyak manusia? Lebih lanjut, bagaimana kebaikan itu menginspirasi orang lain sehingga semakin banyak pohon kebaikan di tengah-tengah kita?
Era individualistik bukan hanya memengaruhi cara interaksi manusia, tetapi juga memengaruhi cara manusia berbuat baik. Manusia berbuat baik sebatas agar dirinya masuk surga. Filosofi itu tidak salah, namun sebagaimana buah-buah dari pohon, kebaikan sejatinya dapat “diekspor” ke orang lain — dapat dirasakan banyak orang.
Sering kali kita saksikan rasa simpati yang menghadirkan bantuan kepada seseorang setelah viral. Media sosial dipenuhi rasa haru; cerita-cerita penzaliman melahirkan tokoh-tokoh filantropi media sosial. Namun ibarat menanam pohon, buah yang dihasilkan tergantung pada unsur tanah dan keberuntungan. Bisa jadi berbuah, bisa jadi daun-daunnya dimakan ulat hingga pohon tak berbuah.
Kebaikan tidak cukup ditanam saja, tetapi harus dirawat dengan baik. Ada pemupukan, pemangkasan, penyemprotan—agar kebaikan tumbuh dan menghasilkan buah. Dengan demikian, menanam kebaikan membutuhkan usaha terencana dan terorganisir, serta konsistensi. Bukan musiman, sebagaimana yang kita saksikan akhir-akhir ini.
Bukan hanya baik saat kampanye, saat viral, di depan publik, atau pada momen tertentu. Ibarat pohon, kebaikan itu juga bervariasi: ada yang besar, sedang, dan kecil. Ada yang butuh belasan tahun baru berbuah, ada pula yang setiap bulan dapat dipanen. Itulah mengapa junior saya itu menyarankan agar menanam dua pohon di ladang yang sama—satu jenis jangka panjang dan satu jenis jangka pendek.
Bila diibaratkan dunia ini lahan, maka kebaikan yang kita tanam sebaiknya pun demikian. Ada kebaikan jangka panjang, seperti mendirikan institusi pendidikan, rumah sakit, atau mendidik generasi di sekolah; ada pula kebaikan jangka pendek, seperti menolong orang yang membutuhkan. Tentu saja keduanya tetap harus dirawat, dipupuk dengan jenis pupuk yang benar dan pada waktu yang tepat.
Kita juga harus sadar bahwa kebaikan kepada orang lain belum tentu mendapat respons yang sama. Dalam dunia pertanian, unsur tanah, cuaca, dan geografis juga menentukan. Demikian pula manusia. Menanam kopi di padang pasir tidak sama dengan menanam kopi di lahan pegunungan. Begitu pula dengan kebaikan yang kita tanam.
Jadi, mari kita ubah sedikit pepatah lama:
“Jika ingin panen sesuatu, tanam dan rawatlah dengan sungguh-sungguh apa yang ingin kamu panen di masa mendatang.”
Mari mulai menanam kebaikan, dan rawatlah dengan benar agar kebaikan itu menghasilkan buah dan sayur sesuai dengan yang kita harapkan.
🔥 5 Artikel Terbanyak Dibaca Minggu Ini
 
                         
                         
                         
                         
                         
                                 
			 
			 
                                 
					
 
                                



 
                                    
Silahkan Komentar