https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Friday, October 31, 2025
No Result
View All Result
POTRET Online
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
POTRET Online
No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Pariwara
Beranda Artikel

Menanam Kebaikan

Don Zakiyamani Oleh Don Zakiyamani
4 days ago
in Artikel
Reading Time: 3 mins read
A A
0
6
Bagikan
61
Melihat
🔊

Dengarkan Artikel

Oleh Don Zakiyamani

Dua hari yang lalu saya ngopi dengan seorang junior penjual pupuk. Kualitas pupuknya memang di atas rata-rata. Pernah suatu hari, seorang petani mengaku hasil pertaniannya lebih baik setelah menggunakan pupuk tersebut. Buah lebih banyak dan pertumbuhan pohon sesuai dengan keharusan. Berbeda halnya saat menggunakan pupuk murah bersubsidi.

Mengapa pupuk itu memiliki kelebihan, menurut penjual yang merupakan jebolan magister pertanian, ada beberapa sebab. Namun saya tidak akan menguraikan itu, karena hal yang dapat diambil dari fenomena tersebut adalah pelajaran tentang cara memupuk dan jenis pupuk. Bila yang kita tanam pohon A dan menginginkan hasil maksimal, maka jenis pupuk juga berkontribusi besar.

Pepatah lama memang mengatakan, “apa yang kamu tanam, itu yang akan kamu panen.” Namun belum tentu panen itu maksimal, bahkan bisa jadi pohon tersebut tidak berbuah. Menurut pandangan saya, pepatah itu lahir sebelum industri pertanian semaju saat ini, dan sebelum kerusakan lingkungan separah sekarang.

Sekarang, demi hasil maksimal, tanaman perlu perawatan, termasuk pupuk yang diberikan. Bila dahulu hasil pertanian barangkali hanya cukup untuk diri dan keluarga, kini proyek industri pertanian adalah swasembada hingga ekspor. Dalam usaha itu, dibutuhkan perawatan tanaman secara maksimal. Demikian pula bila kita menanam kebaikan.

Berbuat baik memang mendatangkan pahala dalam literatur Islam, namun bagaimana kemudian ia tumbuh dan berbuah? Bagaimana menanam kebaikan menghasilkan buah yang dapat dikonsumsi banyak manusia? Lebih lanjut, bagaimana kebaikan itu menginspirasi orang lain sehingga semakin banyak pohon kebaikan di tengah-tengah kita?

Era individualistik bukan hanya memengaruhi cara interaksi manusia, tetapi juga memengaruhi cara manusia berbuat baik. Manusia berbuat baik sebatas agar dirinya masuk surga. Filosofi itu tidak salah, namun sebagaimana buah-buah dari pohon, kebaikan sejatinya dapat “diekspor” ke orang lain — dapat dirasakan banyak orang.

📚 Artikel Terkait

Anakku

Ponsel Pintar dan Anak Kita – Bincang Sore POTRET

4 Penyair dan 24 Penulis Kompak Terbitkan Buku Duka Pengungsi Rohingnya

KUFLET: Pentaskan Teatrikal Puisi dalam Event Desa Wisata Fair 2024

Sering kali kita saksikan rasa simpati yang menghadirkan bantuan kepada seseorang setelah viral. Media sosial dipenuhi rasa haru; cerita-cerita penzaliman melahirkan tokoh-tokoh filantropi media sosial. Namun ibarat menanam pohon, buah yang dihasilkan tergantung pada unsur tanah dan keberuntungan. Bisa jadi berbuah, bisa jadi daun-daunnya dimakan ulat hingga pohon tak berbuah.

Kebaikan tidak cukup ditanam saja, tetapi harus dirawat dengan baik. Ada pemupukan, pemangkasan, penyemprotan—agar kebaikan tumbuh dan menghasilkan buah. Dengan demikian, menanam kebaikan membutuhkan usaha terencana dan terorganisir, serta konsistensi. Bukan musiman, sebagaimana yang kita saksikan akhir-akhir ini.

Bukan hanya baik saat kampanye, saat viral, di depan publik, atau pada momen tertentu. Ibarat pohon, kebaikan itu juga bervariasi: ada yang besar, sedang, dan kecil. Ada yang butuh belasan tahun baru berbuah, ada pula yang setiap bulan dapat dipanen. Itulah mengapa junior saya itu menyarankan agar menanam dua pohon di ladang yang sama—satu jenis jangka panjang dan satu jenis jangka pendek.

Bila diibaratkan dunia ini lahan, maka kebaikan yang kita tanam sebaiknya pun demikian. Ada kebaikan jangka panjang, seperti mendirikan institusi pendidikan, rumah sakit, atau mendidik generasi di sekolah; ada pula kebaikan jangka pendek, seperti menolong orang yang membutuhkan. Tentu saja keduanya tetap harus dirawat, dipupuk dengan jenis pupuk yang benar dan pada waktu yang tepat.

Kita juga harus sadar bahwa kebaikan kepada orang lain belum tentu mendapat respons yang sama. Dalam dunia pertanian, unsur tanah, cuaca, dan geografis juga menentukan. Demikian pula manusia. Menanam kopi di padang pasir tidak sama dengan menanam kopi di lahan pegunungan. Begitu pula dengan kebaikan yang kita tanam.

Jadi, mari kita ubah sedikit pepatah lama:
“Jika ingin panen sesuatu, tanam dan rawatlah dengan sungguh-sungguh apa yang ingin kamu panen di masa mendatang.”

Mari mulai menanam kebaikan, dan rawatlah dengan benar agar kebaikan itu menghasilkan buah dan sayur sesuai dengan yang kita harapkan.

🔥 5 Artikel Terbanyak Dibaca Minggu Ini

The Never- Ending Shuffle: Indonesia’s Education Curriculum Can’t Catch a Break
The Never- Ending Shuffle: Indonesia’s Education Curriculum Can’t Catch a Break
26 Oct 2025 • 106x dibaca (7 hari)
Garis Waktu yang Hilang
Garis Waktu yang Hilang
2 Oct 2025 • 62x dibaca (7 hari)
Spirit Nyi Eroh dan Terowongan Geureutee
Spirit Nyi Eroh dan Terowongan Geureutee
24 Oct 2025 • 53x dibaca (7 hari)
The Hidden Crisis: Sexual Violence in Pesantren Is Three Times Higher Than in Regular Schools
The Hidden Crisis: Sexual Violence in Pesantren Is Three Times Higher Than in Regular Schools
21 Oct 2025 • 52x dibaca (7 hari)
Ketika Kemampuan Memahami Bacaan Masih Rendah
Ketika Kemampuan Memahami Bacaan Masih Rendah
27 Feb 2025 • 49x dibaca (7 hari)
📝
Tanggung Jawab Konten
Seluruh isi dan opini dalam artikel ini merupakan tanggung jawab penulis. Redaksi bertugas menyunting tulisan tanpa mengubah subtansi dan maksud yang ingin disampaikan.
Share2SendShareScanShare
Don Zakiyamani

Don Zakiyamani

Penikmat kopi tanpa gula

Related Postingan

Petualangan Malam Penuh Pesona di Lhok Mata Ie
Aceh

Petualangan Malam Penuh Pesona di Lhok Mata Ie

Oleh Redaksi
2024/11/20
0
58

Oleh Marsal Zul Kaidar Mahasiswa Prodi Biologi, FKIP Universitas Syiah Kula, Darussalam, Banda Aceh Beberapa waktu lalu, saya dan teman-teman...

Baca SelengkapnyaDetails

TA Khalid dan Krue Seumangat dari Rantau: Nyala Harapan dari Negeri yang Pernah Berdarah

Mengejar Scopus, Melupakan Sufisme: Krisis Spiritualitas di Kalangan Cendekiawan Muslim

Postingan Selanjutnya

Edukasi Anti Penipuan Online Pada Ibu Rumah Tangga 

Warisan Jahja Datoek Kajo: Putra yang Progresif dan Visioner

Pemuda. Sejarah dan Buku

Ketika Sastra Terasa Menakutkan bagi Generasi Muda

Penghargaan PIN  Sikap Siswa SDIT An Nur, Pidie Jaya

Silahkan Komentar

POTRET Online

Copyright@potret2025

Media Perempuan Aceh

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Kirim Tulisan

Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini

Copyright@potret2025

-
00:00
00:00

Queue

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00