https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Friday, October 31, 2025
No Result
View All Result
POTRET Online
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
POTRET Online
No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Pariwara
Beranda Artikel

Perempuan Dayak Ngaju : Ketika Ibu Alam Memeluk Lembut Hutan Kalimantan 

Redaksi Oleh Redaksi
3 months ago
in Artikel
Reading Time: 1 min read
A A
0
6
Bagikan
58
Melihat
🔊

Dengarkan Artikel

Oleh Heri Haliling

Perempuan Dayak Ngaju itu bernama Nyaru. Beliau bukan pejabat, bukan pula tokoh pemerintah, melainkan seorang ibu rumah tangga yang menghabiskan hari-harinya merawat ladang, memintal rotan, dan mengajariku tentang hutan.

Sejak kecil, guruku itu sudah akrab dengan rimba. Beliau mengenalkan aku pada tumbuhan obat, seperti sangkareho,kayu bajakah, dan seluang balum, yang hanya tumbuh di hutan primer. Guruku dan perempuan kuat lainnya tidak menanam di lahan yang baru dibuka. Bu Nyaru dan kelompoknya selalu melakukan ladang berpindah dengan prinsip huma balum atau membiarkan tanah pulih sebelum digunakan kembali.

Kini hutan kami mulai berubah dari hijau menjadi kecokelatan. Kalimantan yang dulunya menyimpan 40 juta hektar hutan hujan tropis (WWF Indonesia, 2018), kini kehilangan sekitar 1,2 juta hektar setiap tahun akibat pembukaan lahan sawit dan tambang. Di Kalimantan Tengah saja, lebih dari 3 juta hektar hutan telah dikonversi menjadi perkebunan dan pertambangan sejak tahun 2000 (Eyes on the Forest, 2021).

Desa kami tidak luput dari wabah yang dilandaskan modernisasi ini. Hilirisasi berubah sebagai pengundang berpuluh-puluh ekskavator, buldozer, dan truk dum dengan bakraksasa.  Perusahaan yang datang membawa janji kesejahteraan itu, nyatanya yang mereka tinggalkan hanyalah tanah gersang, sungai tercemar, dan konflik lahan. Alhasil,perempuan seperti Bu Nyaru kehilangan akses ke hutan yang selama ini menjadi sumber obat, pangan, dan identitas.

Namun Bu Nyaru tidak tinggal diam. Di usianya yang masuk 40 tahun, sorot matanya tetap nyalang berkobar api kebebasan.

Bersama perempuan kampung lainnya, beliau membentuk kelompok Hinting Langit (Pengikat langit) dalam bahasa Dayak Ngaju. Mereka tidak hanya berkumpul untuk menenun atau memasak, tetapi menyusun strategi perlindungan hutan.Mereka mulai memetakan wilayah adat secara partisipatif dengan bantuan NGO lokal, dan mengajukan klaim hutan adat ke pemerintah melalui skema Perhutanan Sosial.

Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), hingga 2024 baru sekitar 6% dari target12,7 juta hektar lahan Perhutanan Sosial yang benar-benar dikelola oleh kelompok perempuan. Namun, inisiatif Bu Nyaru menjadi contoh penting bahwa perempuan bukan hanya penerima manfaat, tetapi aktor utama pelestarian.

Kelompok Hinting Langit mempraktikkan pengelolaan hutan berkelanjutan berbasis kearifan lokal: mereka menanam kembali pohon endemik seperti ulin dan meranti menjaga kawasan sumber mata air, dan mengembangkan usaha berbasis hasil hutan non-kayu seperti madu hutan, rotan, dan kerajinan. Semua ini dilakukan dengan prinsip handep gotong royong khas Dayak.

📚 Artikel Terkait

Aku Saksimu

PERILAKU HIGH BUDGETING DAN ISLAM

Mengenang Reformasi 21 Mei di Era AI: Kilas Balik, Refleksi, dan Tantangan Baru

Sikapi UU Nomor 18 Tentang Alat Kontrasepsi, Sejumlah Tokoh Perempuan Aceh Lakukan Pertemuan

“Kalau kita jaga hutan, hutan akan jaga kita,” kata Bu Nyaru dalam sebuah forum komunitas. Ia berbicara bukan dengan retorika ilmiah, tapi dengan kebijaksanaan yang diwariskan turun-temurun.

Perempuan adat seperti Bu Nyaru memiliki pengetahuan mendalam tentang ekosistem lokal. Sebuah studi oleh CIFOR(2017) menyebutkan bahwa perempuan memiliki peran vital dalam pelestarian keanekaragaman hayati karena keterlibatan mereka dalam aktivitas harian seperti mengumpulkan hasil hutan, mengolah pangan, dan meramu obat-obatan. Namun peran ini seringkali tidak diakui secara formal.

Ironisnya, saat hutan dikonversi untuk proyek pembangunan, suara perempuan jarang didengar. Dalam 80% konflik tenurial di Indonesia, perempuan hampir tidak pernah terlibat dalam negosiasi ganti rugi (HuMa, 2020). Padahal mereka yang paling terdampak oleh kerusakan lingkungan yang meliputi kehilangan air bersih, sumber pangan, dan ruanghidup.

Perjuangan Hinting Langit mendapat perhatian nasional.Mereka berhasil mendorong pemerintah daerah mengeluarkan Perdes (Peraturan Desa) yang melindungi kawasan hutan keramat dan menetapkan zona larangan tebang. Tidak hanya itu, mereka juga menjadi bagian dari gerakan perempuan adat nasional melalui organisasi seperti PEREMPUAN AMAN.

Produk mereka, seperti madu hutan dan tas rotan kini dijual hingga ke Jakarta dan Yogyakarta melalui jaringan koperasi hutan. Namun, lebih penting dari itu, mereka berhasil mengembalikan rasa percaya diri perempuan Dayak Ngaju:bahwa mereka bukan hanya pewaris budaya, tapi pemimpin ekologis.

“Kami tidak melawan dengan kekerasan, tapi dengan kasih pada alam,” kata Bu Nyaru dalam sebuah dokumenter lokal. Ia kini sering diminta berbicara di universitas dan forum lingkungan, meskipun ia tetap tinggal di rumah kayunya di pinggir hutan.

Catatan

Tokoh dalam cerita ini dibuat fiktif karena keterbatasan data dan perizinan langsung. Namun ide cerita dibangun atas informasi mengenai peran dan keuletan para perempuan Dayak dalam menjaga dan melestarikan Hutan. Adapun link informasi tentang perjuangan mereka ialah sebagai berikut:

1.https://kaltim.antaranews.com/amp/berita/236761/yuliana-wetuq-sosok-perempuan-penjaga-hutan-lindung-wehea

2. https://www.wrm.org.uy/id/bulletin-articles/dayak-womens-struggle-to-protect-the-forests-in-central-kalimantan-indonesia

3. https://www.mongabay.co.id/2024/04/22/perempuan-dayak-orung-daan-penjaga-tradisi-hulu-sungai-kapuas/amp/

4.https://nationalgeographic.grid.id/amp/134271845/perempuan-dayak-iban-merajut-harapan-menjaga-hutan-mewariskan-budaya

🔥 5 Artikel Terbanyak Dibaca Minggu Ini

The Never- Ending Shuffle: Indonesia’s Education Curriculum Can’t Catch a Break
The Never- Ending Shuffle: Indonesia’s Education Curriculum Can’t Catch a Break
26 Oct 2025 • 104x dibaca (7 hari)
Garis Waktu yang Hilang
Garis Waktu yang Hilang
2 Oct 2025 • 59x dibaca (7 hari)
Spirit Nyi Eroh dan Terowongan Geureutee
Spirit Nyi Eroh dan Terowongan Geureutee
24 Oct 2025 • 51x dibaca (7 hari)
The Hidden Crisis: Sexual Violence in Pesantren Is Three Times Higher Than in Regular Schools
The Hidden Crisis: Sexual Violence in Pesantren Is Three Times Higher Than in Regular Schools
21 Oct 2025 • 50x dibaca (7 hari)
Sarana dan Prasarana Sekolah; Fondasi Utama Pendidikan Berkualitas
Sarana dan Prasarana Sekolah; Fondasi Utama Pendidikan Berkualitas
20 Oct 2025 • 41x dibaca (7 hari)
📝
Tanggung Jawab Konten
Seluruh isi dan opini dalam artikel ini merupakan tanggung jawab penulis. Redaksi bertugas menyunting tulisan tanpa mengubah subtansi dan maksud yang ingin disampaikan.
Share2SendShareScanShare
Redaksi

Redaksi

Majalah Perempuan Aceh

Related Postingan

Blang Padang: Milik TNI atau Milik Mesjid Raya Baiturrahman?
Artikel

Blang Padang: Milik TNI atau Milik Mesjid Raya Baiturrahman?

Oleh Dr. Al Chaidar Abdurrahman Puteh, M.Si
2025/06/27
0
138

Dr. Al Chaidar Abdurrahman Puteh, M.SiDosen Antropologi, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Aceh Status kepemilikan tanah Blang Padang di Banda Aceh adalah...

Baca SelengkapnyaDetails

Penerbitan Tiga Buku Bunga Rampai Diharap Tidak Hanya Menjadi Bagian Dari Ornamen Batu Nisan Semata

BA1JO

Postingan Selanjutnya

Berduka Setelah Kemenangan

Kehancuran Ada Di Tangan Anak Bangsa

Ragam Pesan Sarat Makna pada Acara PAKARMARU 2025 Fakultas Pertanian USK, Banda Aceh

The Library at Dawn

Jangan Biarkan Luka Ini Membusuk

POTRET Online

Copyright@potret2025

Media Perempuan Aceh

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Kirim Tulisan

Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini

Copyright@potret2025

-
00:00
00:00

Queue

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00