https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Thursday, October 9, 2025
No Result
View All Result
POTRET Online
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
POTRET Online
No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Pariwara
Beranda Aceh

Pembagian Wilayah Kerajaan Aceh Darussalam: Tiga Sagi dan Ratusan Mukim

Dr. Al Chaidar Abdurrahman Puteh, M.Si Oleh Dr. Al Chaidar Abdurrahman Puteh, M.Si
3 months ago
in Aceh, Artikel, Kerajaan Aceh
Reading Time: 3 mins read
A A
0
8
Bagikan
78
Melihat
🔊

Dengarkan Artikel

Oleh Dr. Al Chaidar Abdurrahman Puteh
Dosen Antropologi, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Aceh.

Pada masa Kerajaan Aceh Darussalam, terutama di wilayah inti Aceh Besar (dikenal juga sebagai Aceh Rayeuk), sistem pembagian wilayah utama yang terkenal adalah tiga sagi (Lhee Sagoë). Setiap sagi ini terdiri dari sejumlah mukim. Berikut adalah tiga sagi utama tersebut dan perkiraan jumlah mukim di dalamnya.


Sistem pemerintahan Kerajaan Aceh Darussalam sangat terstruktur, dengan mukim sebagai unit dasar pemerintahan adat dan keagamaan, yang kemudian dikelompokkan ke dalam sagi yang lebih besar, terutama di wilayah Aceh Besar. Sistem ini memastikan adanya otonomi lokal yang kuat sambil tetap berada di bawah kekuasaan Sultan.


Penting untuk memahami bahwa “Aceh” pada masa Kerajaan Aceh Darussalam adalah entitas yang jauh lebih luas daripada provinsi Aceh modern. Wilayah kekuasaannya membentang dari sebagian besar Pulau Sumatra hingga Semenanjung Melayu.

Oleh karena itu, jumlah pasti dan daftar lengkap semua mukim di seluruh wilayah tersebut sangat kompleks dan mungkin tidak tercatat secara detail dalam satu sumber tunggal, apalagi sebelum dicaplok Belanda.


Namun, kita bisa fokus pada sistem Sagi dan Mukim yang paling dikenal dan terstruktur, yaitu yang berada di wilayah inti Kerajaan Aceh Darussalam, yakni Aceh Besar (dikenal sebagai Aceh Rayeuk atau Aceh Lhee Sagoe).

Tiga Sagi Utama di Aceh Besar (Lhee Sagoë)
Wilayah Aceh Besar dibagi menjadi tiga federasi mukim yang dikenal sebagai Lhee Sagoë (Tiga Sagi). Masing-masing sagi ini memiliki pemimpinnya sendiri yang bergelar Panglima Sagoe dan juga memiliki peran penting dalam struktur kenegaraan.

📚 Artikel Terkait

Kartini Bangkit Lagi, Tapi Kini Ia Sibuk di Instagram

SAJAK MERAPU KENAPA PERLU DITERIMA

Tulisan Madrasah di Ujung Sampah Membuat Kemenag Turunkan Pasukan

Membaca Sabariah Bahari

  1. Sagi XXII Mukim:
    Terdiri dari 22 mukim pada awalnya.
    Kepala Sagi bergelar Sri Muda Perkasa Panglima Polem Wazirul Azmi, yang juga menjabat sebagai Wazirud Daulah (Menteri Negara).
    Wilayahnya meliputi bagian timur hingga selatan Aceh Besar, termasuk daerah sekitar Montasik, Indrapuri, Seulimuem, Lembah Seulawah, hingga Padang Tiji di Kabupaten Pidie.
    Pusatnya berada di sekitar Masjid Indrapuri.
  2. Sagi XXV Mukim:
    Terdiri dari 25 mukim.
    Kepala Sagi bergelar Sri Seutia Ulama Kadli Malikul ‘Alam, yang juga diangkat sebagai Ketua Majelis Ulama Kerajaan.
    Wilayahnya mencakup Peukan Bada, Meuraxa, Lhoknga, hingga Lhong.
    Pusatnya berada di sekitar Masjid Indrapurwa Pancu (kini sering disebut Pancu).
  3. Sagi XXVI Mukim:
    Terdiri dari 26 mukim.
    Kepala Sagi bergelar Sri Imueum Muda Panglima Wazirul Uzza, yang juga menjabat sebagai Wazirul Harb (Menteri Urusan Peperangan).
    Wilayahnya meliputi kawasan Ulee Kareng, Lam Ateuk, Darussalam, Tungkop, hingga Ladong.
    Pusatnya berada di sekitar Masjid Ladong.

Total, di Aceh Besar saja terdapat sekitar 73 mukim yang tergabung dalam tiga sagi utama ini (22 + 25 + 26 mukim).

Mukim di Luar Tiga Sagi
Penting untuk diingat bahwa sistem mukim tidak terbatas hanya pada tiga sagi di Aceh Besar. Di luar wilayah Aceh Besar, Kerajaan Aceh Darussalam memiliki banyak mukim lain yang tersebar di seluruh wilayah kekuasaannya, yang luasnya mencakup sebagian besar Sumatera dan Semenanjung Melayu. Jumlah pasti mukim di seluruh Kerajaan Aceh Darussalam sulit ditentukan secara akurat karena data sejarah yang mungkin tidak lengkap dan wilayah kekuasaan yang dinamis.


Namun, mukim adalah unit pemerintahan adat dan keagamaan yang fundamental di seluruh Aceh, dan keberadaannya jauh lebih banyak daripada hanya 73 mukim di Aceh Besar. Setelah masa kolonial dan perubahan administratif, jumlah mukim sempat bertambah signifikan di beberapa daerah di luar Aceh Besar dan Pidie.


Secara keseluruhan, Kerajaan Aceh Darussalam adalah sebuah entitas politik yang kompleks dengan sistem pembagian wilayah yang unik, mencerminkan perpaduan antara struktur adat, keagamaan, dan militer yang kuat.


Penting untuk memahami bahwa “Aceh” pada masa Kerajaan Aceh Darussalam adalah entitas yang jauh lebih luas daripada provinsi Aceh modern. Wilayah kekuasaannya membentang dari sebagian besar Pulau Sumatra hingga Semenanjung Melayu. Oleh karena itu, jumlah pasti dan daftar lengkap semua mukim di seluruh wilayah tersebut sangat kompleks dan mungkin tidak tercatat secara detail dalam satu sumber tunggal, apalagi sebelum dicaplok Belanda.


Di luar tiga sagi utama di Aceh Besar, wilayah Kerajaan Aceh Darussalam yang luas juga memiliki banyak mukim yang tersebar di berbagai daerah taklukkan atau wilayah pengaruhnya. Mukim-mukim ini mungkin tidak tergabung dalam sistem “sagi” yang terpusat seperti di Aceh Besar, tetapi mereka tetap merupakan unit administratif dan keagamaan dasar.

Pesisir Timur Sumatra: Mukim-mukim akan ada di sepanjang pesisir timur yang merupakan jalur perdagangan penting bagi Aceh (misalnya di Langkat, Deli, hingga ke Tamiang).
Pesisir Barat Sumatra: Mukim-mukim juga tersebar di sepanjang pesisir barat (misalnya di Meulaboh, Tapaktuan, hingga ke Barus atau Pariaman yang pernah berada di bawah pengaruh Aceh).


Semenanjung Malaya: Di wilayah-wilayah yang dikuasai atau berada di bawah pengaruh Aceh di Semenanjung Malaya (seperti Perak, Kedah, Johor), sistem mukim juga kemungkinan besar diterapkan atau setidaknya ada unit-unit serupa yang berfungsi sebagai pusat keagamaan dan pemerintahan lokal.

Daftar spesifik nama setiap mukim di seluruh Kerajaan Aceh Darussalam sangat sulit ditemukan karena Wilayah kekuasaan Aceh yang sangat luas dan dinamis, seringkali berfluktuasi. Mukim memiliki otonomi yang cukup besar, sehingga tidak semua mukim dicatat secara rinci dalam arsip pusat kerajaan. Banyak catatan sejarah yang mungkin hilang atau belum ditemukan, terutama yang merinci struktur pemerintahan lokal di seluruh wilayah kerajaan.
Namun, yang jelas adalah bahwa sistem mukim merupakan tulang punggung pemerintahan adat dan keagamaan di seluruh wilayah Aceh sebelum kedatangan Belanda, dan tiga sagi di Aceh Besar adalah representasi paling terorganisir dari sistem tersebut.

📝
Tanggung Jawab Konten
Seluruh isi dan opini dalam artikel ini merupakan tanggung jawab penulis. Redaksi bertugas menyunting tulisan tanpa mengubah subtansi dan maksud yang ingin disampaikan.
Share3SendShareScanShare
Dr. Al Chaidar Abdurrahman Puteh, M.Si

Dr. Al Chaidar Abdurrahman Puteh, M.Si

Dr. Al Chaidar Abdurrahman Puteh, M.Si., adalah seorang akademisi dan peneliti yang memiliki keahlian di bidang antropologi, dengan fokus utama pada antropologi politik dan agama. Beliau saat ini aktif sebagai dosen di Universitas Malikussaleh, yang berlokasi di Lhokseumawe, Aceh. Selain mengajar, Dr. Al Chaidar juga aktif melakukan penelitian dan seringkali diundang sebagai narasumber atau pengamat untuk berbagai isu sosial, politik, dan keagamaan, terutama yang berkaitan dengan konteks Aceh dan Indonesia secara luas. Kontribusinya dalam pengembangan ilmu antropologi dan pemahaman isu-isu kontemporer di Indonesia sangat signifikan melalui karya-karya ilmiah dan keterlibatannya dalam diskusi publik.

Related Postingan

Buku, Perjalanan dan Dongeng
Artikel

Lee, Tetsuko dan Anak Kita

Oleh Redaksi
2022/03/25
0
50

Oleh Ahmad Rizali Pendiri Ikatan Guru (IGI), Berdomisili di Depok Membaca To Kill A Mockingbird, karya Harper Lee membawaku mengingat...

Baca SelengkapnyaDetails

Tempat Menimba Ilmu

BERJUTA SEPEDA DAN LINGKUNGAN

Postingan Selanjutnya
Teuku Markam Saudagar Aceh Penyumbang Emas di Puncak Monas

Teuku Markam Saudagar Aceh Penyumbang Emas di Puncak Monas

Memaknai Kekhususan Hari Jum’at

Abu Muhammad Zamzami; Ulama Kharismatik Aceh Besar yang Istiqamah

Peringatan Hari Anak Nasional: Antara Kekhawatiran, Mimpi, dan Harapan

Peringatan Hari Anak Nasional: Antara Kekhawatiran, Mimpi, dan Harapan

Dua Roda yang Merdeka di Tengah Kemacetan

Dua Roda yang Merdeka di Tengah Kemacetan

Mengupas Kurikulum SMK 2025: Makin Banyak dan Padat

Mengupas Kurikulum SMK 2025: Makin Banyak dan Padat

POTRET Online

Copyright@potret2025

Media Perempuan Aceh

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Kirim Tulisan

Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

🔥 Artikel Paling Banyak Dibaca

Kabar Redaksi
Kabar Redaksi
👁️ 1,951 pembaca 📅 2 Feb 2025
Mengelabui Kata Mulia Untuk Senantiasa Istiqamah
Mengelabui Kata Mulia Untuk Senantiasa Istiqamah
👁️ 2,119 pembaca 📅 7 Sep 2025
Menanti Buah Hati di Negeri Orang
Menanti Buah Hati di Negeri Orang
👁️ 2,013 pembaca 📅 11 Sep 2025
Mengintegrasikan Pendidikan Kebangsaan Indonesia dalam Pelatihan Beauty Queen yang Berbudaya dan Berkepribadian Indonesia
Mengintegrasikan Pendidikan Kebangsaan Indonesia dalam Pelatihan Beauty Queen yang Berbudaya dan Berkepribadian Indonesia
👁️ 1,549 pembaca 📅 7 Sep 2025
No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini

Copyright@potret2025

-
00:00
00:00

Queue

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00