https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Friday, October 31, 2025
No Result
View All Result
POTRET Online
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
POTRET Online
No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Pariwara
Beranda #Kontemplasi

Mengenang Reformasi 21 Mei di Era AI: Kilas Balik, Refleksi, dan Tantangan Baru

Redaksi Oleh Redaksi
5 months ago
in #Kontemplasi, Artikel, Era digital, Gerakan Mahasiswa, Reformasi
Reading Time: 2 mins read
A A
0
6
Bagikan
60
Melihat
🔊

Dengarkan Artikel

Oleh Gunawan Trihantoro
Ketua Satupena Kabupaten Blora dan Sekretaris Kreator Era AI Jawa Tengah

Dua puluh enam tahun telah berlalu sejak Reformasi 21 Mei 1998 mengguncang Indonesia. Kala itu, jerit rakyat menggema dari pelosok negeri, menuntut perubahan dari rezim Orde Baru yang otoriter menuju era demokrasi yang lebih terbuka dan berkeadilan.

Momentum itu menjadi tonggak sejarah bangsa, ketika Presiden Soeharto akhirnya mengundurkan diri setelah 32 tahun berkuasa. Generasi muda, mahasiswa, dan berbagai elemen masyarakat menjadi motor penggerak, melahirkan harapan baru akan tata kelola negara yang lebih transparan dan partisipatif.

Reformasi membawa angin segar berupa kebebasan pers, pemilu yang lebih demokratis, pembatasan masa jabatan presiden, serta pembentukan lembaga-lembaga independen seperti KPK. Rakyat mulai merasa menjadi bagian dari proses politik, bukan sekadar penonton.

Namun, perubahan besar ini juga menyisakan pekerjaan rumah yang tak kunjung selesai. Korupsi tetap merajalela, oligarki tumbuh subur dalam sistem demokrasi elektoral, dan kesenjangan sosial masih mencolok. Di tengah euforia kebebasan, kita kerap abai pada kedisiplinan hukum dan etika publik.

Kini, di era kecerdasan buatan (AI), tantangan reformasi memasuki babak baru. AI menyajikan potensi luar biasa untuk memperbaiki tata kelola pemerintahan, pelayanan publik, hingga penegakan hukum, jika dimanfaatkan dengan bijak dan etis.

Bayangkan jika teknologi AI diterapkan untuk transparansi anggaran, deteksi dini korupsi, atau analisis kebijakan publik secara real-time. Data besar (big data) dapat digunakan untuk mengevaluasi program sosial, pendidikan, hingga mempercepat pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

📚 Artikel Terkait

Berduka Setelah Kemenangan

Memek Simeulue, Sekali Mencoba Terasa Nikmatnya

Sri Wahyuni, Guru MAN 6 Aceh Utara Menulis Buku Cerita Anak

Ramadan Untuk Leuser

Namun di sisi lain, AI juga membawa potensi bahaya jika jatuh ke tangan segelintir elit yang bersekongkol dengan algoritma. Manipulasi informasi, penyebaran hoaks otomatis, dan pengawasan massal dapat menjadi alat kontrol baru yang tak kalah menakutkan dari represi di masa Orde Baru.

Karena itu, mengenang Reformasi tidak cukup hanya dengan perayaan simbolik atau nostalgia. Kita harus terus menghidupkan semangatnya dalam konteks zaman yang berubah. Era digital dan AI menuntut literasi baru, etika baru, dan bentuk perjuangan baru yang lebih cerdas dan terorganisir.

Kita perlu membangun civil society yang melek teknologi, berani bersuara, namun juga mampu memverifikasi informasi dan melawan disinformasi. AI harus menjadi alat pembebasan, bukan alat pembungkaman. Demokrasi digital menuntut tanggung jawab digital.

Mahasiswa dan generasi muda tetap memegang peran penting seperti pada 1998, tapi kali ini perjuangannya mungkin lewat coding, design thinking, citizen journalism, atau digital activism. Reformasi tidak mati, ia hanya berevolusi dalam bentuk dan medan baru.

Pemerintah pun ditantang untuk memimpin dengan visi yang adaptif terhadap teknologi, tapi tetap berpihak pada nilai-nilai Pancasila. Penguatan lembaga demokrasi di era AI harus dilandasi etika dan keberpihakan pada rakyat kecil, bukan pada akumulasi data dan kapital.

Reformasi adalah proses, bukan peristiwa yang selesai dalam satu hari. Maka, mengenangnya di era AI justru menuntut kita untuk menafsir ulang makna kebebasan, keadilan, dan partisipasi dalam lanskap digital yang kompleks dan penuh jebakan.

Mari kita jadikan Reformasi 21 Mei sebagai titik tolak bukan hanya untuk mengenang, tapi juga menata masa depan Indonesia di tengah disrupsi teknologi. AI bisa menjadi teman seperjalanan, selama kita tetap setia pada cita-cita keadilan sosial dan kedaulatan rakyat.

Karena sejatinya, Reformasi adalah keberanian untuk berkata “cukup” pada penindasan dan “mari” pada perubahan. Di era AI, suara keberanian itu bisa bersuara lewat data, algoritma, dan etika digital -asal kita tetap memegang kendali atas masa depan kita sendiri. (*)

🔥 5 Artikel Terbanyak Dibaca Minggu Ini

The Never- Ending Shuffle: Indonesia’s Education Curriculum Can’t Catch a Break
The Never- Ending Shuffle: Indonesia’s Education Curriculum Can’t Catch a Break
26 Oct 2025 • 106x dibaca (7 hari)
Garis Waktu yang Hilang
Garis Waktu yang Hilang
2 Oct 2025 • 62x dibaca (7 hari)
Spirit Nyi Eroh dan Terowongan Geureutee
Spirit Nyi Eroh dan Terowongan Geureutee
24 Oct 2025 • 53x dibaca (7 hari)
The Hidden Crisis: Sexual Violence in Pesantren Is Three Times Higher Than in Regular Schools
The Hidden Crisis: Sexual Violence in Pesantren Is Three Times Higher Than in Regular Schools
21 Oct 2025 • 52x dibaca (7 hari)
Ketika Kemampuan Memahami Bacaan Masih Rendah
Ketika Kemampuan Memahami Bacaan Masih Rendah
27 Feb 2025 • 49x dibaca (7 hari)
📝
Tanggung Jawab Konten
Seluruh isi dan opini dalam artikel ini merupakan tanggung jawab penulis. Redaksi bertugas menyunting tulisan tanpa mengubah subtansi dan maksud yang ingin disampaikan.
Share2SendShareScanShare
Redaksi

Redaksi

Majalah Perempuan Aceh

Related Postingan

#Kemerdekaan

Merdeka Tanpa Keadilan adalah Luka Yang Tak Sembuh 

Oleh Redaksi
2025/08/15
0
81

Oleh  Rizky Ardilla Alumna Politeknik Kutaraja, Banda Aceh Bukan sekadar Bebas, Tapi Sadar. Setiap kali Agustus datang, kita kembali diingatkan pada...

Baca SelengkapnyaDetails

GURU BERDAYA, TAPI MASIH KATANYA

Teknologi VS Dukhan

Postingan Selanjutnya
Puisi-Puisi Oka Swastika Mahendra

Puisi-Puisi Oka Swastika Mahendra

Pembangunan Destinasi Wisata Harus Sejalan Dengan Pembinaan Tuan Rumah, Agar Selalu Ramah

Pembangunan Destinasi Wisata Harus Sejalan Dengan Pembinaan Tuan Rumah, Agar Selalu Ramah

Thaipusam: Perjalanan Liminal dan Transformasi Spiritual di Medan

Thaipusam: Perjalanan Liminal dan Transformasi Spiritual di Medan

🚩SELAMAT PAGI MERAH PUTIH

Reformasi: Mimpi yang Kandas di Tengah Harga Beras

Reformasi: Mimpi yang Kandas di Tengah Harga Beras

POTRET Online

Copyright@potret2025

Media Perempuan Aceh

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Kirim Tulisan

Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini

Copyright@potret2025

-
00:00
00:00

Queue

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00