https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Friday, October 24, 2025
No Result
View All Result
POTRET Online
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
POTRET Online
No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Pariwara
Beranda Artikel

AI di Ranah Akademik: Antara Inovasi dan Tanggung Jawab Ilmiah

Redaksi Oleh Redaksi
5 months ago
in Artikel
Reading Time: 2 mins read
A A
0
10
Bagikan
97
Melihat
🔊

Dengarkan Artikel

Oleh Asrianda

Penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam dunia akademik bukan lagi sekadar tren, melainkan bagian integral dari proses penyusunan karya ilmiah seperti artikel jurnal, skripsi, tesis, hingga disertasi. Mahasiswa dan dosen mulai mengandalkan AI sebagai alat bantu dalam mengolah informasi, merumuskan ide, dan menyusun kerangka tulisan. Fenomena ini mencerminkan bahwa pemanfaatan AI tidak lagi menjadi pilihan, tetapi telah menjadi tuntutan zaman yang serba cepat dan digital.

Namun, di balik laju perkembangan ini, muncul kekhawatiran yang patut disoroti. Sebagian kalangan akademisi masih memandang AI sebatas mesin penulis otomatis yang menghasilkan teks tanpa dasar ilmiah kuat. Tulisan dihasilkan AI kerap dianggap tidak memiliki sitasi sahih, tidak bernuansa akademik, dan sulit untuk dipertanggungjawabkan validitasnya.

Pandangan tersebut tidak sepenuhnya salah, tetapi juga tidak bisa dijadikan alasan menolak kehadiran AI dalam ruang akademik. Perlu digarisbawahi adalah penggunaan AI dalam menyusun karya ilmiah harus tetap berpijak pada prinsip-prinsip ilmiah yang berlaku: berbasis data, menggunakan sumber dapat diverifikasi, dan menjunjung tinggi integritas akademik. AI seharusnya bukan pengganti nalar kritis, melainkan pendamping memperkuat analisis melalui efisiensi pencarian data, penyusunan kerangka logis, dan penulisan awal yang dapat dikembangkan lebih lanjut oleh penulis.

Artinya, tanggung jawab akhir tetap berada di tangan pengguna. AI harus digunakan sebagai alat bantu mempercepat proses dan memperluas wawasan, bukan sebagai mesin pengarang cerita tanpa dasar. Setiap argumen ditulis, setiap data yang dikutip, harus melalui proses validasi ketat sesuai dengan kaidah ilmiah.

Jika digunakan dengan bijak, AI dapat menjadi katalisator kemajuan intelektual. Tetapi jika disalahgunakan, ia justru dapat merusak esensi pendidikan tinggi yang menjunjung tinggi kebenaran, objektivitas, dan kejujuran ilmiah.

📚 Artikel Terkait

Kisah Yusuf a.s.

Kutanamkan Nilai-Nilai Kebaikan Kepada Keluargaku 

DPR Sekolah, Cara Unik Menyaingi Gawai

Mengenal Menteri Tenaga Kerja yang Mengakui Tidak Terlibat Korupsi Noel

Lebih jauh, institusi pendidikan perlu merespons fenomena ini dengan langkah strategis. Bukan dengan melarang penggunaan AI secara membabi buta, melainkan dengan merumuskan panduan etis dan metodologis yang jelas. Panduan ini membantu mahasiswa dan peneliti memahami batasan serta peluang dalam memanfaatkan AI tanpa mengabaikan kaidah akademik.

Dosen dan pembimbing pun perlu mengedukasi mahasiswa tentang bagaimana memverifikasi informasi dihasilkan AI. Edukasi ini mencakup keterampilan kritis dalam mengecek referensi, membandingkan informasi antar sumber, dan melakukan penelusuran literatur secara independen. Dalam hal ini, AI menjadi alat bantu, bukan pengganti proses berpikir ilmiah.

Sebaliknya, mengabaikan kehadiran AI justru akan meninggalkan celah ketertinggalan dalam transformasi digital di bidang pendidikan. Akademisi yang mampu mengintegrasikan AI secara etis dan efektif akan lebih siap menghadapi tantangan global yang menuntut literasi digital tinggi, produktivitas, dan kecepatan dalam publikasi ilmiah.

Perlu pula ditekankan bahwa AI tidak akan pernah mampu menggantikan kreativitas, intuisi, dan pemahaman kontekstual yang dimiliki oleh manusia. Algoritma secanggih apa pun tetap memerlukan arahan, pemahaman substansi, dan penilaian etis dari penggunanya. Dalam konteks akademik, hal ini berarti AI hanya bernilai ketika digunakan untuk memperkuat isi dan kualitas, bukan sekadar mempercepat proses.

Dengan demikian, masa depan akademik bukan tentang memilih antara AI atau tidak, melainkan tentang bagaimana menjadikan AI sebagai bagian dari proses ilmiah yang etis, kritis, dan bertanggung jawab. AI hanyalah alat—dan seperti semua alat dalam sejarah peradaban, ia akan menjadi bermanfaat atau merusak tergantung pada cara kita menggunakannya.


Asrianda adalah Dosen pada Program Studi Informatika, Universitas Malikussaleh. Saat ini, ia sedang menunggu pelaksanaan Sidang Terbuka sebagai tahap akhir dalam menyelesaikan studi doktoralnya (S3) di bidang Ilmu Komputer di Universitas Sumatera Utara. Ketertarikannya mencakup bidang kecerdasan buatan, pembelajaran mesin, dan pengembangan sistem berbasis data.

🔥 5 Artikel Terbanyak Dibaca Minggu Ini

Sarana dan Prasarana Sekolah; Fondasi Utama Pendidikan Berkualitas
Sarana dan Prasarana Sekolah; Fondasi Utama Pendidikan Berkualitas
20 Oct 2025 • 53x dibaca (7 hari)
Garis Waktu yang Hilang
Garis Waktu yang Hilang
2 Oct 2025 • 52x dibaca (7 hari)
Kembalikan Marwah Guru Sebagai Orang yang Dihormati Bukan Dicaci
Kembalikan Marwah Guru Sebagai Orang yang Dihormati Bukan Dicaci
16 Oct 2025 • 48x dibaca (7 hari)
The Hidden Crisis: Sexual Violence in Pesantren Is Three Times Higher Than in Regular Schools
The Hidden Crisis: Sexual Violence in Pesantren Is Three Times Higher Than in Regular Schools
21 Oct 2025 • 38x dibaca (7 hari)
Dialog di Antara Kaki-kaki Langit bersama Ananda Sukarlan
Dialog di Antara Kaki-kaki Langit bersama Ananda Sukarlan
19 Oct 2025 • 33x dibaca (7 hari)
📝
Tanggung Jawab Konten
Seluruh isi dan opini dalam artikel ini merupakan tanggung jawab penulis. Redaksi bertugas menyunting tulisan tanpa mengubah subtansi dan maksud yang ingin disampaikan.
Share4SendShareScanShare
Redaksi

Redaksi

Majalah Perempuan Aceh

Related Postingan

Melawan Politik Uang dengan Elegan
Artikel

Menikmati Beragam Media Online Berbasis Internet Untuk Informasi, Publikasi dan Komunikasi Yang Lebih Bermanfaat

Oleh Jacob Ereste
2024/12/06
0
53

Oleh Jacob Ereste Kawan setia saya bernama asli Karto Glinding,  orang pertama yang mendorong saya untuk memanfaatkan media online berbasis...

Baca SelengkapnyaDetails

Sejarah Perselisihan Bawaan Israel Sejak Jaman Nabi Yang Terus Berkelanjutan Sampai Sekarang

TRANSFORMASI DAN PRASANGKA BAIK

Postingan Selanjutnya
Air Wudhu Sang Ibu

Air Wudhu Sang Ibu

Kuliah Tanpa Beban: Kritik Terhadap Klaim Kuliah yang Terlalu Mudah

Ngopi dan Logos: Catatan Santai dari Pinggir Meja Kayu

Fenomena Polisemi dalam Gerimis Pagi ini

Fenomena Polisemi dalam Gerimis Pagi ini

Sudah di Luar Nurul, Nenek 92 Tahun pun Disidang di Pengadilan

Puisi-Puisi Ai Lundeng

Puisi-Puisi Ai Lundeng

POTRET Online

Copyright@potret2025

Media Perempuan Aceh

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Kirim Tulisan

Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini

Copyright@potret2025

-
00:00
00:00

Queue

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00