Dengarkan Artikel
Oleh Asrianda
Penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam dunia akademik bukan lagi sekadar tren, melainkan bagian integral dari proses penyusunan karya ilmiah seperti artikel jurnal, skripsi, tesis, hingga disertasi. Mahasiswa dan dosen mulai mengandalkan AI sebagai alat bantu dalam mengolah informasi, merumuskan ide, dan menyusun kerangka tulisan. Fenomena ini mencerminkan bahwa pemanfaatan AI tidak lagi menjadi pilihan, tetapi telah menjadi tuntutan zaman yang serba cepat dan digital.
Namun, di balik laju perkembangan ini, muncul kekhawatiran yang patut disoroti. Sebagian kalangan akademisi masih memandang AI sebatas mesin penulis otomatis yang menghasilkan teks tanpa dasar ilmiah kuat. Tulisan dihasilkan AI kerap dianggap tidak memiliki sitasi sahih, tidak bernuansa akademik, dan sulit untuk dipertanggungjawabkan validitasnya.
Pandangan tersebut tidak sepenuhnya salah, tetapi juga tidak bisa dijadikan alasan menolak kehadiran AI dalam ruang akademik. Perlu digarisbawahi adalah penggunaan AI dalam menyusun karya ilmiah harus tetap berpijak pada prinsip-prinsip ilmiah yang berlaku: berbasis data, menggunakan sumber dapat diverifikasi, dan menjunjung tinggi integritas akademik. AI seharusnya bukan pengganti nalar kritis, melainkan pendamping memperkuat analisis melalui efisiensi pencarian data, penyusunan kerangka logis, dan penulisan awal yang dapat dikembangkan lebih lanjut oleh penulis.
Artinya, tanggung jawab akhir tetap berada di tangan pengguna. AI harus digunakan sebagai alat bantu mempercepat proses dan memperluas wawasan, bukan sebagai mesin pengarang cerita tanpa dasar. Setiap argumen ditulis, setiap data yang dikutip, harus melalui proses validasi ketat sesuai dengan kaidah ilmiah.
Jika digunakan dengan bijak, AI dapat menjadi katalisator kemajuan intelektual. Tetapi jika disalahgunakan, ia justru dapat merusak esensi pendidikan tinggi yang menjunjung tinggi kebenaran, objektivitas, dan kejujuran ilmiah.
Lebih jauh, institusi pendidikan perlu merespons fenomena ini dengan langkah strategis. Bukan dengan melarang penggunaan AI secara membabi buta, melainkan dengan merumuskan panduan etis dan metodologis yang jelas. Panduan ini membantu mahasiswa dan peneliti memahami batasan serta peluang dalam memanfaatkan AI tanpa mengabaikan kaidah akademik.
Dosen dan pembimbing pun perlu mengedukasi mahasiswa tentang bagaimana memverifikasi informasi dihasilkan AI. Edukasi ini mencakup keterampilan kritis dalam mengecek referensi, membandingkan informasi antar sumber, dan melakukan penelusuran literatur secara independen. Dalam hal ini, AI menjadi alat bantu, bukan pengganti proses berpikir ilmiah.
Sebaliknya, mengabaikan kehadiran AI justru akan meninggalkan celah ketertinggalan dalam transformasi digital di bidang pendidikan. Akademisi yang mampu mengintegrasikan AI secara etis dan efektif akan lebih siap menghadapi tantangan global yang menuntut literasi digital tinggi, produktivitas, dan kecepatan dalam publikasi ilmiah.
Perlu pula ditekankan bahwa AI tidak akan pernah mampu menggantikan kreativitas, intuisi, dan pemahaman kontekstual yang dimiliki oleh manusia. Algoritma secanggih apa pun tetap memerlukan arahan, pemahaman substansi, dan penilaian etis dari penggunanya. Dalam konteks akademik, hal ini berarti AI hanya bernilai ketika digunakan untuk memperkuat isi dan kualitas, bukan sekadar mempercepat proses.
Dengan demikian, masa depan akademik bukan tentang memilih antara AI atau tidak, melainkan tentang bagaimana menjadikan AI sebagai bagian dari proses ilmiah yang etis, kritis, dan bertanggung jawab. AI hanyalah alat—dan seperti semua alat dalam sejarah peradaban, ia akan menjadi bermanfaat atau merusak tergantung pada cara kita menggunakannya.
Asrianda adalah Dosen pada Program Studi Informatika, Universitas Malikussaleh. Saat ini, ia sedang menunggu pelaksanaan Sidang Terbuka sebagai tahap akhir dalam menyelesaikan studi doktoralnya (S3) di bidang Ilmu Komputer di Universitas Sumatera Utara. Ketertarikannya mencakup bidang kecerdasan buatan, pembelajaran mesin, dan pengembangan sistem berbasis data.
🔥 5 Artikel Terbanyak Dibaca Minggu Ini





