Dengarkan Artikel
Oleh: Azharsyah Ibrahim
Perkembangan teknologi digital telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia investasi. Salah satu fenomena yang menarik perhatian adalah meningkatnya minat Generasi Z terhadap investasi kripto.
Di Indonesia, jumlah investor kripto melonjak drastis, mencapai lebih dari 20 juta pada tahun 2024 (Kemendag RI, 2024). Namun, di balik antusiasme tersebut, terdapat kekhawatiran terkait pemahaman literasi keuangan syariah di kalangan generasi muda.
Potensi dan Risiko Investasi Kripto
Kripto, atau mata uang kripto, adalah aset digital yang menggunakan kriptografi untuk keamanan transaksinya. Bitcoin, Ethereum, dan Dogecoin adalah beberapa contoh kripto yang populer.
Daya tarik utama investasi kripto adalah potensi keuntungan yang besar dalam waktu singkat. Volatilitas harga yang tinggi memungkinkan investor meraih profit signifikan, namun di sisi lain juga berpotensi menimbulkan kerugian besar.
Generasi Z, yang lahir antara tahun 1995 hingga 2010, dikenal sebagai digital natives. Mereka tumbuh di era internet dan teknologi canggih, sehingga lebih mudah beradaptasi dengan instrumen investasi digital seperti kripto. Kemudahan akses informasi dan transaksi melalui platform online menjadi faktor pendorong minat mereka dalam investasi kripto.
Kesenjangan Literasi Keuangan Syariah
Meski memiliki kemampuan adaptasi teknologi yang baik, banyak dari Generasi Z yang belum memiliki literasi keuangan syariah yang memadai. Literasi keuangan syariah bukan hanya tentang pemahaman produk keuangan syariah, tetapi juga mencakup prinsip-prinsip ekonomi Islam seperti larangan riba (bunga), maysir (spekulasi), dan gharar (ketidakpastian).
Berdasarkan penelitian Skripsi Muhammad Iqbal–mahasiswa FEBI UIN Ar-Raniry–yang dilakukan di Kota Banda Aceh, terungkap bahwa banyak Generasi Z yang berinvestasi kripto tanpa memahami apakah instrumen tersebut sesuai dengan prinsip syariah. Mereka cenderung fokus pada potensi keuntungan tanpa mempertimbangkan aspek halal-haram dalam Islam. Hal ini tentu menjadi ironi, mengingat Aceh dikenal sebagai daerah yang menerapkan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Krisis Pemahaman dan Dampaknya
Kurangnya pemahaman literasi keuangan syariah dapat berdampak negatif, baik secara individu maupun sosial. Secara individu, investor berisiko terlibat dalam transaksi yang bertentangan dengan ajaran agama, yang dapat mempengaruhi keberkahan rezeki mereka.
Secara sosial, praktik investasi yang tidak sesuai syariah dapat menimbulkan ketidakstabilan ekonomi dan merusak kepercayaan masyarakat terhadap sistem keuangan syariah.
Selain itu, tanpa literasi yang cukup, Generasi Z rentan terjebak dalam skema investasi yang merugikan, seperti penipuan atau investasi bodong yang berkedok kripto. Mereka mungkin tidak memahami risiko tinggi yang melekat pada investasi kripto dan tidak memiliki strategi manajemen risiko yang tepat.
Peran Pendidikan dan Pemerintah
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya sinergis antara berbagai pihak. Institusi pendidikan memiliki peran strategis dalam meningkatkan literasi keuangan syariah.
Kurikulum yang mengintegrasikan pendidikan keuangan syariah sejak dini dapat membekali generasi muda dengan pengetahuan yang memadai.
Pemerintah dan otoritas terkait juga perlu meningkatkan sosialisasi dan regulasi. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) harus memastikan bahwa platform investasi kripto mematuhi aturan dan prinsip syariah.
Penyedia layanan investasi juga harus transparan dan memberikan edukasi kepada pengguna terkait risiko dan kesesuaian produk mereka dengan syariah.
Membangun Kesadaran Kolektif
Masyarakat, khususnya orang tua dan tokoh agama, dapat berkontribusi dalam membangun kesadaran akan pentingnya literasi keuangan syariah. Diskusi dan sosialisasi di tingkat keluarga dan komunitas dapat menjadi langkah awal untuk membuka wawasan Generasi Z mengenai investasi yang halal dan beretika.
Media massa dan influencer juga memiliki pengaruh besar terhadap pola pikir generasi muda. Konten-konten edukatif yang menarik dan relevan diharapkan mampu menarik perhatian Generasi Z dan membantu mereka memahami pentingnya literasi keuangan syariah dalam berinvestasi.
Menyeimbangkan Teknologi dan Nilai
Kemajuan teknologi tidak bisa dihindari dan menawarkan banyak manfaat jika digunakan dengan bijak. Generasi Z memiliki potensi besar untuk memanfaatkan teknologi dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka. Namun, penting bagi mereka untuk menyeimbangkan antara kemajuan teknologi dengan nilai-nilai agama dan etika.
Investasi kripto bukanlah hal yang sepenuhnya dilarang dalam Islam, asalkan memenuhi kriteria syariah. Oleh karena itu, dengan literasi yang tepat, Generasi Z dapat memanfaatkan peluang investasi kripto secara halal dan bertanggung jawab.
Meningkatnya minat Generasi Z terhadap investasi kripto merupakan fenomena yang wajar di era digital. Namun, tanpa literasi keuangan syariah yang memadai, mereka berisiko mengambil keputusan investasi yang tidak sesuai dengan prinsip Islam dan merugikan diri sendiri. Oleh karena itu, peningkatan literasi keuangan syariah menjadi urgensi yang harus segera ditangani.
Kerjasama antara pemerintah, institusi pendidikan, lembaga keuangan, dan masyarakat luas sangat penting dalam mewujudkan Generasi Z yang melek literasi keuangan syariah. Dengan demikian, mereka dapat menjadi pelaku ekonomi yang cerdas, beretika, dan berkontribusi positif bagi pembangunan nasional.
🔥 5 Artikel Terbanyak Dibaca Minggu Ini






