https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Friday, October 31, 2025
No Result
View All Result
POTRET Online
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
POTRET Online
No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Pariwara
Beranda Bingkai

Menelusuri Pembuatan Garam Tradisional di Kabupaten Pidie

Redaksi Oleh Redaksi
3 years ago
in Bingkai, Dunia kerja, Ekonomi, Pidie
Reading Time: 2 mins read
A A
0
5
Bagikan
53
Melihat
🔊

Dengarkan Artikel

Oleh Renita Zuhra

 

Gampong Cebreik, kecamatan Simpang Tiga, Kabupaten Pidie, dikenal sebagai desa yang mengolah garam dengan cara tradisional. Masyarakat di gampong ini pun hidup dari penghasilan menjual garam.Sekiranya hampir 500-an masyarakat Pidie berprofesi sebagai petani garam yang tersebar di beberapa kecamatan, namun yang terbanyak terdapat di Gampong Blang Paseh, Kecamatan Kota Sigli, dan Peukan Sot, Cebrek, Sukon, Kecamatan Simpang Tiga.  

Petani garam di desa ini hidup dengan penghasilan dari mengolah garam secara tradisional. M. Nazar, salah seorang petani garam di Gampong Cebreik, sudah menjalani profesinya ini selama 5 tahun lebih. M. Nazar menjelaskan ada dua sistem membuat garam secara tradisional, yaitu “Sira adee” atau garam jemur dan “Sira tagun” atau garam masak. Proses pembuatan garam jemur dengan mengambil air laut, kemudian air laut tersebut dicampur dengan pasir laut.

Selanjutnya airnya dijemur di bawah terik matahari sampai mengeras. Namun, proses pembuatan garam jemur ini tidak bisa dibuat saat musim hujan. Garam jemur hanya dibuat pada saat musim kemarau saja.

📚 Artikel Terkait

Demi Cintaku

Hijrah Meniti Waktu

Lelaki Yang Lahir Dari Darah Perempuan

Membangun Generasi Masa Depan dari Balun(Kisah Transformasi Digital SMK Muhammadiyah 2 Cepu di Tangan Zaenal Arifin)

“Banyak petani garam yang tidak membuat garam saat musim hujan seperti ini, karena tidak bisa menjemur air asin, sehingga garam sangat langka dan harganya melonjak naik” ujar M. Nazar, petani garam.

Pada saat musim penghujan, M. Nazar hanya membuat garam masak. Proses pembuatan garam masak ini dengan cara air laut dimasak dengan bibit yang dikirim langsung dari luar negeri. M. Nazar menyebutnya bibit Australia. “ Proses memasaknya hanya membutuhkan waktu selama 6 jam sampai airnya habis dan garamnya mengeras selanjutnya ditiriskan selama dua hari dan garam siap dikirimkan ke luar daerah” ungkap M. Nazar Senin (14/11/22).

Garam masak ini biasa dikirimkan ke Matang, Aceh Utara, Banda Aceh, dan Sabang. Garam masak dijual dengan harga Rp 6000/kg harga ini mengalami kenaikan karena musim hujan, dari harga sebelumnya Rp 4000/kg. Dalam sehari M. Nazar mampu memproduksi garam masak 50 kg dengan dua kali produksi.

Namun, proses pembuatan garam masak ini lebih banyak mengeluarkan modal karena harus membeli kayu bakar dan bibit yang mahal dan sulit diperoleh. Oleh karena itu, banyak petani garam yang tidak membuat garam pada saat musim penghujan. Petani garam pun merasa kesulitan masalah keuangan rumah tangga pada saat musim penghujan seperti ini. 

M. Nazar berharap agar pemerintah tidak lagi memasok garam dari luar seperti garam dari Medan. Agar petani garam di desa ini sejahtera. Karena pembuatan garam tradisional ini termasuk salah satu potensi desa yang harus dijaga

 

Renita Zuhra, saat ini tercatat sebagai mahasiswi UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Tulisan diatas untuk memenuhi tugas akhir penulisan featureprodi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

🔥 5 Artikel Terbanyak Dibaca Minggu Ini

The Never- Ending Shuffle: Indonesia’s Education Curriculum Can’t Catch a Break
The Never- Ending Shuffle: Indonesia’s Education Curriculum Can’t Catch a Break
26 Oct 2025 • 106x dibaca (7 hari)
Garis Waktu yang Hilang
Garis Waktu yang Hilang
2 Oct 2025 • 62x dibaca (7 hari)
Spirit Nyi Eroh dan Terowongan Geureutee
Spirit Nyi Eroh dan Terowongan Geureutee
24 Oct 2025 • 53x dibaca (7 hari)
The Hidden Crisis: Sexual Violence in Pesantren Is Three Times Higher Than in Regular Schools
The Hidden Crisis: Sexual Violence in Pesantren Is Three Times Higher Than in Regular Schools
21 Oct 2025 • 52x dibaca (7 hari)
Ketika Kemampuan Memahami Bacaan Masih Rendah
Ketika Kemampuan Memahami Bacaan Masih Rendah
27 Feb 2025 • 49x dibaca (7 hari)
📝
Tanggung Jawab Konten
Seluruh isi dan opini dalam artikel ini merupakan tanggung jawab penulis. Redaksi bertugas menyunting tulisan tanpa mengubah subtansi dan maksud yang ingin disampaikan.
Share2SendShareScanShare
Redaksi

Redaksi

Majalah Perempuan Aceh

Related Postingan

Puisi Khusus Rosli K. Matari Tuk Tabrani Yunis
Bingkai

Pacar Baru

Oleh Don Zakiyamani
2022/11/16
0
59

"Jatuh cinta itu berjuta rasanya", demikian lirik lagu lawas. Saya lupa siapa penyanyi dan judul lagunya. Entah apa yang menginspirasi...

Baca SelengkapnyaDetails

JURUSAN CARI-CARI MASALAH

Rika Fatimah : Tantangan Agar Tetap Sustainable, Bagi Model G2RT DIY

Postingan Selanjutnya
Penyandang Disabilitas di Banda Aceh Terima Alat Bantu Jalan

Penyandang Disabilitas di Banda Aceh Terima Alat Bantu Jalan

Puisi Khusus Rosli K. Matari Tuk Tabrani Yunis

Pacar Baru

LEMBAGA PANGLIMA LAOT PUNYA SIAPA DAN UNTUK SIAPA ?

LEMBAGA PANGLIMA LAOT PUNYA SIAPA DAN UNTUK SIAPA ?

MENCINTAI DALAM DIAM

MENCINTAI DALAM DIAM

HIDUP DAN PERJUANGAN

TEUKU UMAR JOHAN PAHLAWAN

POTRET Online

Copyright@potret2025

Media Perempuan Aceh

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Kirim Tulisan

Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini

Copyright@potret2025

-
00:00
00:00

Queue

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00