Dengarkan Artikel
Oleh: Juni Ahyar, S.Pd., M.Pd.
Akademisi, Pemerhati Pendidikan dan Bahasa
Pendidikan sering kali dipahami sebatas ruang kelas, buku teks, angka rapor, hingga ijazah. Banyak orang tua berlomba memastikan anaknya meraih nilai sempurna, rangking pertama, atau masuk sekolah favorit. Tidak sedikit pula sekolah yang akhirnya terjebak pada budaya angka menganggap nilai akademis sebagai tolok ukur mutlak keberhasilan pendidikan. Padahal, pendidikan sejati, khususnya dalam perspektif Islam, jauh lebih luas dan bermakna.
Islam memandang pendidikan sebagai sarana untuk membentuk pribadi muslim yang utuh: bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, cerdas, dan mampu menjalankan amanah sebagai khalifah di muka bumi. Tujuan akhirnya bukan sekadar “berhasil di atas kertas”, melainkan mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Tujuan Utama Pendidikan dalam Islam
Dalam Al-Qur’an dan Hadis, tujuan pendidikan sangat jelas: mencetak manusia yang beriman, berilmu, dan beramal shaleh. Ada empat pilar utama yang menjadi fondasi: 1. Mencapai Ketakwaan dan Ridha Allah SWT, Pendidikan bukan sekadar proses transfer pengetahuan, tetapi juga pembimbingan ruhani. Peserta didik diarahkan agar mengenal, mengabdi, dan tunduk kepada Allah SWT. Tujuan tertinggi dari semua aktivitas belajar adalah meraih ridha-Nya.
2. Menjalankan Fungsi sebagai Khalifah di Bumi. Manusia diberi tugas mulia sebagai pengelola bumi. Karena itu, pendidikan harus menumbuhkan rasa tanggung jawab, produktivitas, serta kesadaran ekologis dan sosial. Murid bukan hanya belajar untuk dirinya, tetapi juga untuk kemaslahatan masyarakat dan lingkungannya.
3. Membentuk Pribadi Muslim yang Seutuhnya. Islam menekankan keseimbangan: pengembangan spiritual, intelektual, emosional, sosial, dan fisik. Pendidikan bukan hanya melahirkan orang pintar, tetapi juga orang berkarakter, berakhlak mulia, dan jujur, dan 4. Mencapai Kebahagiaan Dunia dan Akhirat.
Pendidikan Islam memandang kehidupan secara menyeluruh. Kecerdasan duniawi harus berpadu dengan kesiapan ukhrawi. Artinya, sekolah bukan hanya mempersiapkan murid menghadapi ujian nasional, tetapi juga “ujian kehidupan” yang lebih panjang.
Kritik terhadap Pendidikan Modern
Sayangnya, realitas hari ini menunjukkan adanya reduksi makna pendidikan. Banyak sekolah terjebak pada logika angka dan peringkat. Anak-anak yang nilainya tinggi dianggap “berhasil”, sementara yang nilainya rendah sering dipandang “gagal”. Padahal, kecerdasan manusia sangatlah beragam: ada kecerdasan logika, bahasa, seni, sosial, hingga spiritual.
Ketika pendidikan hanya dijadikan ajang lomba akademis, maka sekolah kehilangan ruhnya. Ruang kelas berubah menjadi “pabrik nilai” yang hanya menekankan hafalan, tanpa memberi ruang bagi kreativitas, keberanian, dan kejujuran. Akibatnya, banyak generasi muda yang cerdas di atas kertas, tetapi rapuh menghadapi kompleksitas hidup.
Pendidikan sebagai Jalan Membentuk Nilai
Diri Pendidikan Islam hadir untuk mengingatkan bahwa nilai akademis hanyalah alat, bukan tujuan. Tujuan sejati adalah membentuk manusia bernilai yaitu pribadi yang bermanfaat bagi dirinya, keluarganya, dan lingkungannya.
Seorang murid yang bernilai bukanlah yang sekadar mendapat nilai sempurna dalam ujian, tetapi yang mampu menggunakan ilmunya untuk memecahkan masalah nyata. Sekolah yang baik bukanlah yang hanya melahirkan lulusan dengan ijazah berderet, melainkan yang menghasilkan manusia berkarakter, peduli, dan berintegritas.
Rasulullah SAW pernah bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” Inilah indikator keberhasilan pendidikan yang sesungguhnya: sejauh mana seorang lulusan mampu memberi manfaat nyata bagi orang lain.
Menghidupkan Kembali Ruh Pendidikan
Untuk mengembalikan ruh pendidikan sesuai ajaran Islam, ada beberapa langkah penting yang harus diperhatikan:
1. Integrasi Iman dan Ilmu.
Pendidikan harus menanamkan nilai spiritual dalam setiap pembelajaran. Ilmu pengetahuan modern perlu dipadukan dengan nilai-nilai Islam agar melahirkan generasi yang cerdas sekaligus berakhlak.
2. Penanaman Karakter Sejak Dini.
Kejujuran, disiplin, empati, dan tanggung jawab tidak boleh hanya menjadi materi tambahan, melainkan inti dari setiap aktivitas belajar.
3. Pengembangan Kecerdasan Holistik.
Sekolah harus memberi ruang bagi siswa untuk mengembangkan bakat dan minatnya, bukan hanya mengukur kemampuan logika dan hafalan, dan
4. Menekankan Manfaat Ilmu.
Guru dan sekolah perlu terus menanamkan kesadaran bahwa ilmu bukan untuk disombongkan, melainkan untuk diamalkan dan memberi manfaat bagi kehidupan nyata.
Pendidikan sebagai Investasi Dunia dan Akhirat Pendidikan yang sejati akan melahirkan generasi yang bukan hanya siap menghadapi persaingan dunia, tetapi juga siap mempertanggungjawabkan amalnya di akhirat. Nilai rapor bisa hilang, ijazah bisa usang, tetapi nilai diri yang dibangun melalui akhlak mulia, amal shaleh, dan kontribusi sosial akan kekal sepanjang zaman.
Di sinilah letak keunggulan konsep pendidikan Islam: ia tidak hanya mengarahkan manusia untuk sukses di dunia, tetapi juga untuk selamat di akhirat. Dengan demikian, pendidikan bukanlah sekadar jalan menuju karier, melainkan jalan menuju kebermaknaan hidup.
Penutup
Hakikat pendidikan Islam adalah membentuk manusia bernilai, bukan sekadar mengejar nilai. Pendidikan bukanlah perlombaan angka, melainkan perjalanan panjang membentuk pribadi yang seimbang, beriman, berilmu, dan berakhlak.
Mari kita kembalikan sekolah sebagai ruang hidup yang menumbuhkan rasa ingin tahu, menguatkan karakter, dan mempersiapkan anak-anak kita menjadi manusia yang bermanfaat. Dengan begitu, pendidikan akan kembali pada tujuannya yang hakiki: mencetak generasi bertakwa, berakhlak mulia, dan siap memimpin dunia menuju kebaikan, dengan bekal kebahagiaan dunia sekaligus akhirat.
🔥 5 Artikel Terbanyak Dibaca Minggu Ini


