https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Friday, October 24, 2025
No Result
View All Result
POTRET Online
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
POTRET Online
No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Pariwara
Beranda Olah Raga

Mustika Segu: Menempa Generasi Muda lewat Pencak Silat dan Karakter

Gunawan Trihantoro Oleh Gunawan Trihantoro
5 months ago
in Olah Raga, Pendidikan karakter
Reading Time: 2 mins read
A A
0
5
Bagikan
54
Melihat
🔊

Dengarkan Artikel

Oleh Gunawan Trihantoro
Ketua Satupena Kabupaten Blora dan Sekretaris Kreator Era AI Jawa Tengah

Di tengah geliat kehidupan Cepu, berdirilah sebuah padepokan yang menyimpan harapan besar bagi generasi muda. Namanya Padepokan Mustika Segu, sebuah pusat pembinaan yang tidak sekadar mengajarkan bela diri, tetapi juga membentuk watak dan kepribadian.

Nama Mustika Segu bukan sekadar simbol. “Segu” diambil dari nama senjata khas dalam perguruan silat Tapak Suci—sebuah lambang ketegasan, ketajaman, sekaligus kehormatan. Pilihan nama ini mencerminkan semangat padepokan dalam menanamkan nilai-nilai luhur kepada anak-anak didiknya.

Berlokasi di Lorong 2, Gang Yudistira, Desa Getas, Kecamatan Cepu, Padepokan Mustika Segu menjadi rumah bagi 25 anak dari berbagai jenjang usia, mulai dari usia dini hingga remaja. Dalam keheningan lorong kecil itulah suara langkah, napas yang diatur, dan hentakan jurus membentuk simfoni perjuangan anak-anak yang sedang ditempa menjadi pribadi tangguh.

Padepokan ini dipimpin oleh sosok inspiratif, Mas Winardi. Dengan dedikasi tanpa pamrih, ia mengabdikan dirinya untuk melatih, membimbing, dan membentuk karakter para santri silat yang diasuhnya. Ia tak hanya menjadi pelatih, tetapi juga menjadi teladan dan penggerak nilai moral bagi anak-anak.

Program utama yang diajarkan di Padepokan Mustika Segu meliputi Seni Tunggal IPSI dan Laga. Keduanya merupakan cabang dari dunia pencak silat yang menuntut lebih dari sekadar kekuatan fisik. Seni tunggal menanamkan ketepatan, keindahan, dan penguasaan diri. Sedangkan laga melatih ketangguhan, strategi, dan sportivitas.

Di era ketika anak-anak semakin larut dalam dunia digital, keberadaan padepokan seperti Mustika Segu menjadi oase pendidikan karakter yang sangat berarti. Alih-alih membiarkan mereka tenggelam dalam kecanduan gawai, padepokan ini menghadirkan ruang aktualisasi diri yang sehat, produktif, dan membangun.

📚 Artikel Terkait

Keunikan Bahasa Aceh

Berikan Ia Solusi

Untaian Puisi-Puisi Mustiar Ar.

SEANDAINYA AKU TAK MENJADI GURU

Anak-anak yang bergabung di Mustika Segu tidak hanya belajar jurus dan teknik. Mereka juga dibimbing untuk memahami pentingnya kedisiplinan, rasa hormat kepada guru, kerja keras, dan semangat pantang menyerah. Nilai-nilai inilah yang sesungguhnya menjadi inti dari pendidikan bela diri tradisional.

Menariknya, pendekatan yang digunakan di padepokan ini tidak keras atau menakutkan. Mas Winardi dan tim pelatih lebih menekankan pada pendekatan humanis. Anak-anak merasa nyaman, dihargai, dan sekaligus tertantang untuk menjadi lebih baik setiap harinya.

Padepokan Mustika Segu adalah bukti bahwa pendidikan karakter bisa dibangun dari akar budaya sendiri. Pencak silat, sebagai warisan bangsa, menjadi media efektif untuk membentuk generasi yang tidak hanya kuat secara fisik, tetapi juga kokoh secara mental dan spiritual.

Kehadiran padepokan ini layak diapresiasi dan didukung oleh masyarakat sekitar maupun pemerintah. Di tengah krisis keteladanan dan lunturnya nilai-nilai luhur, Mustika Segu tampil sebagai penjaga lentera, menjaga nyala semangat dan etika generasi muda.

Apa yang dilakukan Mas Winardi adalah bentuk nyata dari dedikasi terhadap kemajuan bangsa. Ia tidak menunggu perubahan datang dari atas, tetapi memulainya dari lorong kecil di desa yang mungkin tidak dikenal banyak orang, namun penuh makna.

Refleksi dari padepokan ini mengingatkan kita bahwa perubahan besar sering dimulai dari langkah kecil. Dari satu padepokan, bisa lahir pemuda-pemudi yang kelak membawa perubahan positif di lingkungan masing-masing.

Padepokan Mustika Segu bukan sekadar tempat berlatih. Ia adalah ruang transformasi, tempat di mana anak-anak belajar untuk mengenali diri, mengalahkan ego, dan menumbuhkan rasa percaya diri.

Cepu patut berbangga memiliki Mustika Segu. Di tempat itulah generasi masa depan tengah ditempa dengan semangat kebangsaan, kebajikan, dan keuletan. Mari kita dukung agar semangat ini terus menyala, menerangi masa depan Indonesia. (*)

🔥 5 Artikel Terbanyak Dibaca Minggu Ini

Sarana dan Prasarana Sekolah; Fondasi Utama Pendidikan Berkualitas
Sarana dan Prasarana Sekolah; Fondasi Utama Pendidikan Berkualitas
20 Oct 2025 • 52x dibaca (7 hari)
Garis Waktu yang Hilang
Garis Waktu yang Hilang
2 Oct 2025 • 50x dibaca (7 hari)
Kembalikan Marwah Guru Sebagai Orang yang Dihormati Bukan Dicaci
Kembalikan Marwah Guru Sebagai Orang yang Dihormati Bukan Dicaci
16 Oct 2025 • 47x dibaca (7 hari)
The Hidden Crisis: Sexual Violence in Pesantren Is Three Times Higher Than in Regular Schools
The Hidden Crisis: Sexual Violence in Pesantren Is Three Times Higher Than in Regular Schools
21 Oct 2025 • 37x dibaca (7 hari)
Dialog di Antara Kaki-kaki Langit bersama Ananda Sukarlan
Dialog di Antara Kaki-kaki Langit bersama Ananda Sukarlan
19 Oct 2025 • 32x dibaca (7 hari)
📝
Tanggung Jawab Konten
Seluruh isi dan opini dalam artikel ini merupakan tanggung jawab penulis. Redaksi bertugas menyunting tulisan tanpa mengubah subtansi dan maksud yang ingin disampaikan.
Share2SendShareScanShare
Gunawan Trihantoro

Gunawan Trihantoro

Gunawan Trihantoro adalah seorang penulis kelahiran Purwodadi tahun 1974. Ia merupakan alumni Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang mulai aktif menulis sejak masa kuliahnya. Karya-karyanya telah terbit di berbagai media cetak dan online. Gunawan aktif dalam berbagai komunitas kepenulisan, termasuk Satupena, Kreator Era AI, dan Komunitas Puisi Esai Jawa Tengah. Selain itu, ia juga berkontribusi sebagai penulis buku-buku naskah umum keagamaan dan moderasi beragama di Kementerian Agama RI selama periode 2022–2024. Hingga kini, Gunawan telah menghasilkan puluhan buku, baik sebagai penulis tunggal maupun penulis bersama, yang memperkuat reputasinya sebagai salah satu penulis produktif di bidangnya.

Related Postingan

Gelombang Riba di Era Finansialisasi Global
Anak

Mendidik Anak di Tengah Rusaknya Sistem

Oleh Azharsyah Ibrahim
2025/08/30
0
86

Oleh: Azharsyah Ibrahim Setiap hari, masyarakat Indonesia seakan disuguhi parade berita buruk. Dari kasus korupsi pejabat, praktik nepotisme, hingga kebijakan...

Baca SelengkapnyaDetails

Menghukum atau Mendidik? Menimbang Ulang Relevansi Hukuman Menulis Ratusan Kali di Era AI

Barong Bola

Postingan Selanjutnya
AI di Ranah Akademik: Antara Inovasi dan Tanggung Jawab Ilmiah

AI di Ranah Akademik: Antara Inovasi dan Tanggung Jawab Ilmiah

Air Wudhu Sang Ibu

Air Wudhu Sang Ibu

Kuliah Tanpa Beban: Kritik Terhadap Klaim Kuliah yang Terlalu Mudah

Ngopi dan Logos: Catatan Santai dari Pinggir Meja Kayu

Fenomena Polisemi dalam Gerimis Pagi ini

Fenomena Polisemi dalam Gerimis Pagi ini

Sudah di Luar Nurul, Nenek 92 Tahun pun Disidang di Pengadilan

POTRET Online

Copyright@potret2025

Media Perempuan Aceh

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Kirim Tulisan

Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini

Copyright@potret2025

-
00:00
00:00

Queue

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00