Dengarkan Artikel
Oleh: Marsal Zul Kaidar
Mahasiswa FKIP Biologi, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
Rapai Geleng. Mungkin bukan kosa kata baru dalam masyarakat Aceh saat ini. Ya, rapa’i merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional Aceh yang berasal dari Manggeng, Aceh Barat Daya. (Dahulu sebelum Pemekaran wilayah Aceh Selatan, Manggeng masuk ke wilayah Aceh Selatan).
Biasanya masyarakat Aceh hanya mengenai seni rapa’i. Seni yang menggunakan alat musik tradisional berupa gendang kecil, yang sering disebut dengan rapa’i. Sedangkan “Rapa’i Geleng” tari yang menggunakan atau diiringi hentakan pukulan rapa’i yang diikuti dengan gerakan kepala yang menjadi bagian khas dari kesenian ini. Kesenian ini telah berkembang sejak lama dan berakar pada tradisi masyarakat Aceh yang religius dan penuh dengan nilai-nilai moral.
Merunut asal-usul Rapai Geleng, sering dikaitkan dengan penyebaran agama Islam di Aceh masa lalu. Pada masa awal penyebaran Islam, seni pertunjukan seperti Rapai Geleng digunakan sebagai media dakwah untuk menyampaikan ajaran agama kepada masyarakat. Syair-syair dalam pertunjukan Rapai Geleng biasanya berisi pesan-pesan moral, keagamaan, serta nasihat kehidupan.
Pertunjukan Rapai Geleng melibatkan sekelompok pria yang duduk melingkar atau berjajar, masing-masing memegang rapai. Mereka memainkan rapai dengan irama yang dinamis sambil menggelengkan kepala sesuai dengan gerakan dan irama musik. Gelengan kepala yang serempak dan bertenaga inilah yang menjadi ciri khas utama kesenian ini yang mampu menghipnotis penonton.
Selain sebagai media dakwah, Rapai Geleng juga sering dimainkan dalam berbagai upacara adat, perayaan, dan acara-acara penting lainnya di Aceh. Seiring waktu, kesenian ini mengalami perkembangan, baik dari segi koreografi maupun lirik lagu, namun tetap mempertahankan esensinya sebagai warisan budaya Aceh yang kaya akan nilai spiritual.
Merunut jejak asal usul Rapai Geleng, penulis menelusuri berbagai sumber, termasuk ayah penulis. Menurut cerita ayah penulis sendiri Marwazi S.pd, yang kelahiran Manggeng, menyebutkan bahwa rapai geleng memang murni berasal dari tempat kelahirannya yaitu kecamatan Manggeng. Rapai geleng berasal dari kabupaten Aceh Barat Daya (pemekaran Aceh selatan) kecamatan Manggeng di salah satu desa bernama “seneulob”. Awalnya rapai geleng ini tercipta dari rapai debus yang berasal dari salah satu tempat di Aceh selatan, kemudian dikembangkan lagi menjadi rapai geleng. Rapai debus diadobsi menjadi rapai geleng, yang hanya diambil alat musiknya saja yaitu rapai (gendrang). Sedangkan gelengnya ( tarian kepala yang khas) diambil dari dalail khairat. Jadi tak heran syair syair yang dilantunkan hampir semuanya mengandung syair Islam dan salawat kepada Rasulullah saw.
Menurut sumber lain yang penulis baca di website “acehtrend.com” menyebutkan bahwa rapai geleng diciptakan oleh Syech Sulaiman Farisi pada tahun 1952, kemudian diturunkan kepada syech Baharuddin pada tahun 1960. Kemudian diturunkan lagi Syech Din Tiara 1975 lalu ke Syech Muhammad Johor. Selanjutnya diturunkan kepada anaknya yaitu Syech Yong.
Tim rapai geleng yang paling terkenal pertama kali dibentuk bernama Bujang Juara yang dipimpin oleh Syech yong. Tim rapai geleng bujang juara sudah tampil bukan hanya di tingkat lokal dan nasional saja, tapi juga pernah tampil di tingkat Internasional. Pada tahun 1992 Tim rapai geleng Bujang Juara tampil di negara Spanyol, kemudian ke Amerika Serikat tahun 1993, lalu tampil di Belanda tahun 1994 dan Australia pada tahun 1995.
Oleh sebab itu, hingga kini, Rapai Geleng masih dipertunjukkan di berbagai kesempatan, baik di tingkat lokal, Nasional bahkan juga Internasional. Ternyata, seni rapa’i geleng sebagai karya seni juga digandrungi oleh masyarakat global.