Terbaru

Jejak di Tanah dan Jejak di Jiwa

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram

 

/1

Jejak di Tanah dan Jejak di Jiwa 

Oleh *Leni Marlina*

[Pondok Puisi Inspirasi Pemikiran Masyarakat: PPIPM Indonesia; Satu Pena Sumbar; FSM; Kreator Era AI; Poetry-Pen IC, ACC SHILA]

Di antara jejak tanah,
ada bisikan langkah yang lenyap
menghilang bersama desir angin;
dunia hanyalah gema yang singgah,
menyusuri ruang purba di lekuk hati kita.

Dari dinginnya embun pagi
dan cengkeraman akar yang menghunus gelap bumi,
lahir gema sunyi,
menghantarkan kita kembali ke lubuk diri,
tempat segala rahasia bertunas.

Tanah,
adalah rahim bagi pertanyaan-pertanyaan
yang tumbuh seperti pucuk hijau,
menerobos pekat malam,
merindu cahaya yang tiada ujung.

Pada rintik hujan yang menyimpan bisikan,
pikiran mengembara ke ladang-ladang kosong,
di mana waktu membeku
dalam kerut-kerut takdir yang tak terlukiskan.

dan setiap langkah,
adalah putaran roda sejarah—
menggiring kita bertanya:
siapa aku sebelum nama melekat di tubuhku?

Tanah adalah kitab tanpa aksara;
ia bercerita lewat luka di ujung jari,
lewat butir pasir yang melukis mimpi kecilmu,
dan jejak-jejak yang kau tinggalkan
meski tanpa tujuan.

Tanah berbisik,
menuturkan rahasia
yang tersimpan di dada bumi;
menggumpal di antara tapak-tapak kaki
yang saling menghindar.

dan jika kau mampu
menyentuh akar terdalam jiwamu,
kau akan temukan jejak-Nya
mengalir di antara denyut nadi
yang selama ini mungkin kau selalu abaikan.

Clayton, Monash, Australia, 2013

————————–
Puisi ini awalnya ditulis oleh *Leni Marlina* tahun 2013. Puisi tersebut direvisi kembali serta dipublikasikan pertama kalinya melalui media digital tahun 2025.

Leni Marlina juga merupakan anggota aktif Asosiasi Penulis Indonesia, SATU PENA cabang Sumatera Barat sejak berdiri tahun 2022. Selain itu, ia juga merupakan anggota aktif Komunitas Penyair dan Penulis Sastra Internasional ACC di Shanghai, serta dipercaya sebagai Duta Puisi Indonesia untuk ACC Shanghai Huifeng International Literary Association. Leni pernah terlibat dalam Victoria’s Writer Association di Australia. Sejak tahun 2006, ia telah mengabdikan diri sebagai dosen di Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang.

Leni juga mendirikan dan memimpin komunitas digital / kegiatan lainnya yang berfokus pada bahasa, sastra, literasi, dan sosial.

/2/

*TUHANKU*

Puisi *Anto Narasoma*

[Pondok Puisi Inspirasi Pemikiran Masyarakat: PPIPM-Indonesia; Poetry-Pen IC, Kreator Era AI; Satu Pena Palembang]

 

seperti gasing,
dunia ini membuka pikiran dari sehelai daster biru yang kau pakai di jagat lepas

tak pasti,
apa kepada siapa takdir itu mencatat berbagai kejadian yang kubaca dari selembar pikiran
di atas pelepah pisang

padahal,
aku pun hilang dari bayanganku sendiri setelah berbagai takdir memeluk pertanyaan panjang yang sulit kuterjemahkan

maka,
Alquran tak sekadar bacaan yang selalu menjadi guru lewat kalimat sakral bagi diri-Nya, yang Tiada tapi Ada

aku pun terpejam
ke dalam ruangan sejauh langit dan bumi,
setelah kesulitan menerjemahkan sosok Alif-Mu di antara kekerdilan pikiranku

berkali-kali kuleburkan diriku ke dalam kalimat suci itu, tapi aku kembali terpelanting ke ruang-ruang sunyi yang jauh dari kata-kata

mampukah keberadaan-Mu Yangmaha Besar itu membayang ke dalam kornea mataku yang hampa dan kerdil?

Palembang, Sumsel,
10 Januari 2025

——————
*Anto Narasoma* merupakan penyair nasional, jurnalis/wartawan senior, mentor senior komunitas PPIPM-Indonesia, anggota Poetry-Pen International Community, Satu Pena, Kreator Era AI.
Penulis menerima Anugerah Penghargaan Sastra dari Asosiasi Sastra Internasional Spanyol tahun 2022.

/3/

*QIYAMULLAIL*

Puisi *Zulkifli Abdy*

[Komunitas Pondok Puisi Pemikiran Masyarakat: PPIPM-Indonesia, Poetry -Pen IC; Kreator Era AI; Satu Pena Aceh]

Jarum arloji tua itu menunjuk angka tiga
Malam yang ranum kini pun telah tua
Majelis zikir telah dipenuhi jamaah
Ada yang masih terkantuk lelah,
ada yang sedang berwudhu,
ada yang mengakhiri doa
Semuanya terlihat riang
Imam asal jazirah arab telah berdiri,
Qiyamullail pun segera akan dimulai
Shaf mulai dirapatkan
Inilah romansa iktikaf
malam sepuluh akhir
Bilangan genap dan
juga bilangan ganjil
Rindu aku pada lailatul qadar,
dalam dekapan erat ridha Mu
Mohon ampunan
dan keberkahan
Untuk kembali
ke fitrah diri
yang sejati
Hanya kepada Mu,
kuberserah diri ini
Ya Allah,
ya Rabb
Aamiin.

Beranda Malam, Aceh,
27 Ramadhan 1443 H

/4/

*Hakikat Cinta*

Puisi *Zulkifli Abdy*

[Komunitas Pondok Puisi Pemikiran Masyarakat: PPIPM-Indonesia, Poetry -Pen IC; Kreator Era AI; Satu Pena Aceh]

 

Cinta berkelana di relung-relung hati
Sunyi..,
Cinta itu memberi berarti menerima
Indah..,
Manakala hidup damai dengan cinta
Bahagia..,
Cinta pada Allah yang paling utama
Niscaya.

Relung Pagi, Aceh
2 Januari 2025

——————
*Zulkifli* lahir di Jambi dan berdomisili di Aceh sejak tahun 1970. Ia seorang Sarjana Ilmu Komunikasi; menekuni dunia kepenulisan secara otodidak sejak remaja; menghasilkan artikel dan menulis puisi dengan semangat sastra yang kuat. Menulis baginya bukan sekadar aktivitas, tetapi juga cara menuangkan perasaan dan menggantikan catatan harian.

/5/

*Ketika Teguh dan Kalut Bergumul*

Oleh *Yusuf Achmad*

[Komunitas Pondok Puisi Inspirasi Pemikiran Masyarakat: PPIPM-Indonesia; Satu Pena Jatim; Poetry-Pen IC; Kreator Era AI)

di dalam kekalutan yang tak bertepi,
jiwa bertanya kepada langit:
kapan badai ini kan reda?
detak pikiran melukis jalan yang berliku,
sementara hati merintih dalam sunyi
yang menjelma jurang tanpa dasar.

bukan karena cinta yang layu
atau harta yang menggoda,
bukan pula urusan remeh
yang mengikat jiwa pada bayang-bayang fana.

ini adalah jerit nurani
kepada keteguhan yang abadi,
doa yang melesat menembus batas langit,
kepada Sang Maha Perkasa,
agar hati ini diberi kekuatan
untuk menundukkan diri:
bebas dari iri,
lepas dari dengki,
dan jauh dari bisikan ular berbisa
yang merayap di lorong-lorong jiwa.

belenggu itu melilitku bagai baja,
erat dan tak terlepaskan.
aku berlari, namun ia semakin kuat;
aku melawan, namun ia terus menjerat.
perasaan iri, dengki, dan benci
berakar dalam palung batin yang rapuh.

wahai jiwa yang terombang-ambing,
mungkinkah keteguhan itu akan datang sendiri?
atau inikah kelemahan manusia,
tersesat di simpang jalan tak bertepi?

wahai kekuatan yang tak bertepi,
Engkaulah pelindung yang kupanggil,
penawar luka dalam doa tak bersuara.
Engkaulah cahaya yang memecah gulita,
penunjuk jalan yang tersembunyi.
kapan Engkau menjelma
menjadi keberanian yang tak tergoyahkan,
menjadi kekuatan yang menghapus keraguan,
dan menjadi ilmu
yang menuntun langkah kepada kebenaran?

kepada-Mu, ya Rabb,
aku titipkan segala gelisah
dan harapan akan damai.
bimbinglah jiwa ini,
bukan hanya untuk melawan dunia,
tetapi untuk mengalahkan diri sendiri,
dan menemukan jalan pulang
ke dalam rahmat-Mu
yang tak bertepi.

Surabaya, 30 Desember 2024
————————————-
*Yusuf Achmad* saat ini merupakan Kepala SMK SAINTREN Al-Hasan Surabaya; dan Ketua MKKS SMK Swasta Surabaya. Penulis juga dikenal dengan salah satu buku himpunan puisinya “Belanggur di Nyamplungan”.

 

/6/

*Berbenahlah Sebelum Mentari Tenggelam*

Puisi *Zaleka HG*

[Pondok Puisi Inspirasi Pemikiran Masyarakat: PPIPM Indonesia; Satu Pena Sumbar; Poetry-Pen IC, FSM]

Pagi tiba, seperti biasa—
matahari membalut harapan
dan segudang masalah.
Langkah-langkahku terjerat
di lorong hati yang gelap,
bergema bisikan:
“Cari kesenangan, cari kekayaan, raih jabatan.”

Namun di sisi lorong yang lain,
ada suara halus mengingatkan:
“Semua ini untuk siapa?
Akan kau bawa ke mana?
Apakah ini abadi, atau hanya fatamorgana?”

Tiba-tiba, seperti kilat yang menyambar,
aku membaca firman-Nya:
“Kehidupan dunia hanya sebentar,
yang abadi adalah akhirat.”

Aku terpaku.
Mengapa aku terus memburu dunia
yang akan terjungkal pada akhirnya?
Mengapa jabatan, kesenangan,
masih menjadi takhta di hati ini?
Mengapa aku begitu lengah
menyiapkan perjalanan menuju
kehidupan yang lebih mulia?

Matahari belum tenggelam,
masih ada waktu, meski sebentar.
Mari berbenah,
menyulam tobat dalam doa,
menyatukan langkah untuk-Nya,
sebelum senja datang,
sebelum gelap memeluk segalanya.

Padang, Sumbar, 2024

——————–
*Zaleska HG* merupakan anggota aktif dari: 1) Forum Siti Manggopoh; asosiasi Penulis Indonesia, 2) SATU PENA cabang Sumatera Barat; 3) Komunitas PPIPM (Pondok Puisi Inspirasi Masyarakat):
Komunitas PPIPM (Pondok Puisi Inspirasi Masyarakat): https://shorturl.at/2eTSB & https://shorturl.at/tHjRI

Penulis merupakan salah seorang praktisi hukum, lulusan Fakultas Hukum Universitas Andalas (1986) dan Magister Hukum Universitas Bung Hatta (2016). Pernah menjabat sebagai Komisioner Komnas HAM Sumatera Barat (2006–2009) dan Hakim Tindak Pidana Korupsi (2011–2021). Ia juga pernah aktif sebagai pembela kaum perempuan (Ketua Lembaga Bantuan Hukum Perempuan APIK Sumbar dan juga pernah mengajar di perguruan tinggi. Saat ini, ia berperan sebagai konsultan hukum dan mengelola layanan haji serta umroh di sebuah PT Farhana Mulia Wisata.

/7/

*Di Antara Cahaya-Nya*

Oleh *Leni Marlina*

[Pondok Puisi Inspirasi Pemikiran Masyarakat: PPIPM Indonesia; Satu Pena Sumbar; Kreator Era AI; Poetry-Pen IC, ACC SHILA]

di antara cahaya-Nya,
tersembunyi ayat-ayat tanpa huruf,
mengalir seperti zikir angin
yang merayap di kesunyian alam,
mengisi celah-celah jiwa
dengan kasih tak bertepi.

Allah,
Tuhan Sang Pencipta alam semesta,
mencipta malam agar kita mengenal terang,
menebar rahmat di balik gelap,
mengajarkan bahwa hanya yang rendah hati
dapat melihat kebesaran-Nya
di setiap debu kehidupan.

engkau mencari-Nya
di puncak gunung kesombongan,
di dalam gemerlap dunia fana;
namun Allah lebih dekat dari urat nadimu,
menyatu dengan denyut jantung,
bisikan-Nya melintas di sela napasmu.

jangan kau tanyakan Dia
di luar batas pandangan,
sebab Allah hadir di setiap sujud yang khusyuk,
di setiap air mata yang jatuh dalam doa,
di setiap alunan takbir
yang memenuhi semesta.

ketika kau tunduk dalam keikhlasan,
ketika dirimu luruh menjadi tiada,
kau akan temukan Allah
di titik terdalam keberadaanmu,
menghidupkan cinta yang abadi,
menghapus segala keraguan.

Allah,
bukan hanya pencipta langit dan bumi,
tapi juga penuntun langkah yang tersesat,
pelipur lara yang tertahan di dada,
dan cahaya yang mengantarkan kita pulang
ke rumah-Nya.

Clayton, Monash,
Australia, 2013

———————————-
Puisi ini awalnya ditulis oleh *Leni Marlina* tahun 2013. Puisi tersebut direvisi kembali serta dipublikasikan pertama kalinya melalui media digital tahun 2025.

Leni Marlina juga merupakan anggota aktif Asosiasi Penulis Indonesia, SATU PENA cabang Sumatera Barat sejak berdiri tahun 2022. Selain itu, ia juga merupakan anggota aktif Komunitas Penyair dan Penulis Sastra Internasional ACC di Shanghai, serta dipercaya sebagai Duta Puisi Indonesia untuk ACC Shanghai Huifeng International Literary Association. Leni pernah terlibat dalam Victoria’s Writer Association di Australia. Sejak tahun 2006, ia telah mengabdikan diri sebagai dosen di Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang.

Leni juga mendirikan dan memimpin komunitas digital / kegiatan lainnya yang berfokus pada bahasa, sastra, literasi, dan sosial, diantaranya:

1. World Children’s Literature Community (WCLC): https://shorturl.at/acFv1
2. Poetry-Pen International Community
3. PPIPM (Pondok Puisi Inspirasi Masyarakat), the Poetry Community of Indonesian Society’s Inspirations: https://shorturl.at/2eTSB; https://shorturl.at/tHjRI
4. Starcom Indonesia Community (Starmoonsun Edupreneur Community Indonesia):
https://rb.gy/5c1b02
5. Linguistic Talk Community
6. Literature Talk Community
7. Translation Practice Community
8. English Languange Learning, Literacy, Literary Community (EL4C)

Redaksi hanya melakukan penyuntingan teknis, seperti: - Mengoreksi kesalahan ejaan, tanda baca, dan struktur kalimat. - Mengatur format dan tata letak teks. - Memastikan konsistensi gaya penulisan. Namun, redaksi tidak melakukan perubahan pada: - Isi dan substansi teks. - Pendapat dan opini penulis. - Data dan fakta yang disajikan. Dengan demikian, penulis tetap bertanggung jawab atas isi dan substansi teks yang ditulis.

Pertarungan di Sebuah Gedung Tua
Ilustrasi
Revitalisasi Nilai Dasar HMI: Membangun Kader Berbasis Teologi, Kosmologi, dan Antropologi
Oleh: Amilda Risky, Peserta LK3 HMI...
Cinta di Era Modern; Solusi Atau Masalah?
Oleh M. Rival Sihab Cinta selalu...
Perempuan Sebagai Inspirator
Reza pernah menulis langsung puisi di...
Gerimis
“Rintik hujan kecil yang membawaku kembali...

SELAKSA

Welcome Back!

Login to your account below

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Add New Playlist