Terbaru

Meningkatkan Pemahaman Generasi Z tentang Zakat

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram

Oleh Muhammad Fitrah Insani

Mahasiswa Pascasarjana, UIN Ar-Raniry, Banda Aceh

 

Generasi Z, yang dalam berbagai literatur disebut sebagai generasi yang lahir antara tahun 1997-2012. Saat ini, menurut data BPS, Generasi Z di Indonesia jumlahnya mendominasi, dengan jumlah sekitar 74,93 juta jiwa, atau 27,94% populasi. Sebagai generasi muda, generasi usia produktif, mereka memiliki potensi besar untuk menjadi motor penggerak perubahan dan pembangunan di masa depan.

Namun, di balik potensinya yang besar itu, pemahaman Generasi Z terhadap kewajiban-kewajiban agama, khususnya zakat, masih  jurang dan perlu mendapat  perhatian lebih serius. Zakat, sebagai salah satu pilar dalam Rukun Islam, memiliki peran yang sangat penting dalam distribusi kekayaan, pengentasan kemiskinan, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Sayangnya, meskipun mereka adalah generasi yang lahir di era digital dengan akses informasi yang luas, kesadaran mereka tentang zakat sering kali tidak sejalan dengan kemampuan mereka dalam menggunakan teknologi modern.

Berdasarkan hasil survei dan penelitian yang penulis lakukan di Banda Aceh, yang melibatkan 105 response. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat pemahaman untuk masing-masing indikator adalah sebagai berikut: interpreting sebesar 66,98%, explaining sebesar 69,20%, exemplifying sebesar 68,25%, classifying sebesar 68,95%, summarizing sebesar 67,04%, comparing sebesar 68,06%, dan inferring sebesar 68,69%. Semua indikator berada dalam kategori “cukup paham,” dengan tingkat pemahaman tertinggi pada indikator explaining (69,20%) dan terendah pada indikator interpreting(66,98%).

Secara keseluruhan, Generasi Z Banda Aceh memiliki tingkat pemahaman yang baik terhadap ayat dan hadis mengenai zakat mal. Namun, mengingat Generasi Z adalah generasi penerus yang menjadi tulang punggung masa depan, generasi terbesar, dan mudah terpengaruh oleh globalisasi serta media sosial, edukasi lebih lanjut sangat diperlukan.

Hal ini penting untuk memperdalam pemahaman mereka terhadap konsep zakat mal dalam konteks ajaran Islam,  sehingga mereka dapat menjadi individu yang berperan aktif dalam mendukung pengelolaan zakat secara optimal di masa mendatang. Dengan meningkatkan pemahaman Generasi Z tentang Zakat, akan bisa berkontribusi besar dalam membangun kesejahteraan mereka dan umat di masa depan.

Kontribusi besar mereka diyakini juga akan sekaligus dapat mempercepat prose’s membangun pemahaman Generasi emas ini memperdalam pemahaman genzi dan Generasi berikutnya. Partisipasi dan kontribusi genzi semakin penting ditingkatkan karena perkembangan zaman yang secara faktual telah mengikis kemampuan literasi Generasi Z, yang tidak memhami Zakat secara mndalam dan sempurna.

Masih sangat banyak Generasi Z yang kurang memahami konsep zakat secara mendalam. Mereka cenderung hanya mengetahui zakat sebagai kewajiban agama,  tanpa memahami implikasi sosial, ekonomi, dan spiritual yang lebih luas. Padahal, zakat mal, sebagai salah satu bentuk zakat yang paling utama, memiliki potensi besar dalam membangun kesejahteraan umat jika dikelola dengan baik.

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar di dunia. Potensi zakat di Indonesia sangat besar, dengan nilai mencapai triliunan rupiah setiap tahunnya. Namun, sayangnya, realisasi penghimpunan zakat masih jauh di bawah potensi tersebut. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya pemahaman generasi muda, termasuk Generasi Z, terhadap pentingnya zakat.

Generasi Z sering kali lebih fokus pada pekerjaan fleksibel, gaya hidup modern, dan tren global. Dalam konteks ini, kewajiban zakat mungkin dianggap kurang relevan dengan kehidupan mereka sehari-hari, terutama jika mereka belum memiliki penghasilan tetap atau aset yang memenuhi nisab. Hal ini menjadi tantangan besar bagi para pemangku kepentingan, baik pemerintah, lembaga zakat, maupun komunitas Muslim, untuk meningkatkan literasi zakat di kalangan generasi muda.

Selain itu, faktor gengsi dan stigma juga turut memengaruhi. Banyak Generasi Z yang merasa bahwa pembicaraan tentang zakat adalah topik yang kuno dan tidak menarik. Mereka cenderung lebih tertarik pada isu-isu sosial yang bersifat global, seperti lingkungan, teknologi, atau hak asasi manusia. Padahal, zakat memiliki dimensi sosial yang sangat relevan dengan upaya mengatasi ketimpangan dan kemiskinan.

Di era modern ini, pemanfaatan teknologi seharusnya menjadi solusi untuk meningkatkan pemahaman Generasi Z tentang zakat. Platform digital, aplikasi zakat, dan media sosial dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan informasi yang menarik dan relevan bagi mereka. Misalnya, membuat konten edukatif tentang zakat dalam bentuk video pendek, infografis, atau kampanye media sosial yang interaktif.

Pemerintah dan lembaga zakat juga telah berupaya menarik minat Generasi Z melalui berbagai program inovatif. Salah satunya adalah aplikasi pembayaran zakat online yang memungkinkan mereka membayar zakat dengan mudah dan transparan. Namun, pertanyaannya adalah, apakah upaya ini sudah cukup untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang pentingnya zakat?

Selayaknya dicari atau digali apa sebenarnya akar permasalahan yang membuat Generasi Z kurang memahami dan melaksanakan kewajiban zakat. Hal ini perlu diidentifikasi secara serius dengan melihat faktor internal dan eksternal. Maka, bila kita identifikasi factor-faktor teraebut, Kuta bisa menemukannyq.

Nah, secara internal, rendahnya literasi keagamaan menjadi salah satu penyebab utama. Banyak dari mereka yang hanya memahami zakat secara dangkal tanpa mengetahui ketentuan nisab, mustahik, atau hikmah zakat. Sementara itu, secara eksternal, minimnya informasi yang relevan dan menarik tentang zakat untuk kalangan muda menjadi tantangan. Edukasi yang disampaikan sering kali menggunakan pendekatan konvensional yang kurang menarik bagi Generasi Z.

Padahal, dengan pendekatan yang kreatif dan modern, zakat dapat dipahami sebagai salah satu solusi untuk menciptakan keadilan sosial dan kesejahteraan umat.

Oleh sebab itu, perlu dilakukan berbagai upaya, seperti pelatihan, edukasi, dan sosialisasi yang mengubah pandangan Generasi Z tentang zakat. Literasi zakat harus diperkuat melalui pendekatan berbasis teknologi, seperti webinar, aplikasi edukasi, dan konten kreatif di media sosial.

Selain itu, dukungan berupa akses informasi yang transparan dan mudah diakses juga sangat penting agar mereka memahami bahwa zakat adalah ibadah yang memiliki dampak besar bagi masyarakat. Dengan melibatkan Generasi Z secara aktif dan memanfaatkan teknologi modern, pemahaman mereka tentang zakat dapat ditingkatkan. Program-program seperti kampanye zakat digital, kolaborasi dengan influencer Muslim, dan pembentukan komunitas generasi muda peduli zakat dapat menjadi katalisator yang efektif. Dengan demikian, Generasi Z tidak hanya memahami zakat sebagai kewajiban agama, tetapi juga sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial dan pemberdayaan ekonomi umat.

Redaksi hanya melakukan penyuntingan teknis, seperti: - Mengoreksi kesalahan ejaan, tanda baca, dan struktur kalimat. - Mengatur format dan tata letak teks. - Memastikan konsistensi gaya penulisan. Namun, redaksi tidak melakukan perubahan pada: - Isi dan substansi teks. - Pendapat dan opini penulis. - Data dan fakta yang disajikan. Dengan demikian, penulis tetap bertanggung jawab atas isi dan substansi teks yang ditulis.

Pertarungan di Sebuah Gedung Tua
Ilustrasi
Revitalisasi Nilai Dasar HMI: Membangun Kader Berbasis Teologi, Kosmologi, dan Antropologi
Oleh: Amilda Risky, Peserta LK3 HMI...
Cinta di Era Modern; Solusi Atau Masalah?
Oleh M. Rival Sihab Cinta selalu...
Perempuan Sebagai Inspirator
Reza pernah menulis langsung puisi di...
Gerimis
“Rintik hujan kecil yang membawaku kembali...

SELAKSA

Welcome Back!

Login to your account below

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Add New Playlist