Oleh: Salsabilla Alfianti Salja
Mahasiswa Pascasarjana Ekonomi Syariah, Universitas Islam Ar-Raniry, Darussalam, Banda Aceh
Generasi Z, yang dalam berbagai literatur disebut sebagai generasi yang lahir antara tahun 1997-2012. Saat ini, menurut data BPS, Generasi Z di Indonesia jumlahnya mendominasi, dengan jumlah sekitar 74,93 juta jiwa, atau 27,94% populasi. Sebagai generasi Z, mereka masih berada dalam usia muda hingga remaja awal. Tentu saja dengan jumlah yang besar ini, mereka dipandang sebagai sebuah potensi beaar untuk kemajuan dan perubahan di masa depan.
Dalam perkembangan zaman, generasi ini, sering disebut sebagai Gen Z, dikenal sebagan generasi yang melek teknologi dan memiliki pemikiran yang kritis. Mereka adalah generasi yang lahir di era digital, sehingga pola hidup mereka sangat bergantung pada teknologi dan cenderung menyukai pekerjaan yang fleksibel. Wajar saja , jika tren di kalangan mereka menunjukkan kecenderungan akan pekerjaan yang berbasis teknologi, seperti
menjadi konten kreator atau sejenisnya.
Sejalan dengan hal ini, Generasi Z di Indonesia yang tinggal dan menjalani kehidupan di negara agraris, sebenarnya diharapkan dapat menjadi soko guru tang berkontribusi besar dalam mengembangkan potensi pertanian di Indonesia. Hal ini penting karena dengan jumlah mereka yang besar dan potensi alam yang sangat kaya untuk sektor pertanian, akan bisa membangun pertanian yang dapat mengantarkan Indonesia menjadi negara bangsa yang memiliki ketahanan dalam bidang pangan.
Sayangnya, kemampuan mereka dalam
menggunakan teknologi canggih tidak sejalan dengan motivasi mereka untuk
menjadi petani. Banyak anak muda yang menganggap profesi petani sebagai
pekerjaan yang kurang menarik dan tidak bergengsi, terutama di tengah kemajuan
teknologi dan gaya hidup modern. Padahal, jika dikelola secara modern, bertani
memiliki potensi ekonomi yang besar dan sangat menjanjikan.
Sebagaimana disebutkan di atas, Indonesia sebagai negara agraris, memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah serta kondisi cuaca yang mendukung sektor pertanian. Namun, sayangnya jumlah petani muda terus menurun. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019 menunjukkan bahwa dari total 33,4 juta petani, hanya 8% atau sekitar 2,7 juta orang yang berusia 20-39 tahun. Sementara itu, petani berusia di atas 40 tahun, dengan mayoritas mendekati usia 50-60 tahun. Tanpa regenerasi petani, Indonesia berisiko menghadapi masalah serius, terutama dalam ketahanan pangan.
Masalahnya, banyak dari kalangan Gen Z yang tidak berniat menjadi petani karena gengsi dan stigma masyarakat yang cenderung mengukur kesuksesan dari pekerjaan di bidang perkantoran atau sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Saat ini, mayoritas Gen Z lebih memilih profesi yang dianggap “keren,” seperti bekerja di perusahaan rintisan (start-up) atau menjadi konten kreator. Mereka beranggapan bahwa
bertani adalah pekerjaan berat dengan penghasilan yang tidak pasti.
Namun, bertani sebenarnya bisa menjadi sumber pendapatan yang besar jika dikelola dengan cara yang modern. Dengan perkembangan teknologi saat ini,
profesi petani memiliki peluang besar untuk meningkatkan kualitas hasil pertanian. Sebagai contoh, petani yang mengelola sayur atau buah organik berkualitas tinggi dapat meraup keuntungan puluhan juta rupiah setiap bulan.
Selain itu, teknologi modern membuat pekerjaan petani menjadi lebih mudah,
efisien, dan terstruktur. Teknologi juga dapat menjadi daya tarik bagi anak muda. Banyak inovasi yang membuat bertani lebih modern, seperti sistem irigasi pintar, drone untuk
memantau lahan, atau sensor yang memberikan informasi kondisi tanah secara
real-time. Selain itu, platform e-commerce kini memungkinkan petani menjual
hasil panen langsung kepada konsumen tanpa perantara, sehingga pendapatan
mereka bisa meningkat signifikan. Jadi sudah sangat mudah dan praktis. Oleh sebab itu, rendahnya minat atau menurunnya jumlah petani dari generasi Z harus disikapi dengan arif. Harus ada upaya dari semua pihak untuk mendorong para generasi Z turun mengelola potensi pertanian di Indonesia yang melimpah ini.
Tentu saja, pemerintah telah berupaya menarik minat Generasi Z ke sektor pertanian melalui berbagai program. Satu di antaranya adalag program Petani Milenial. Program yang menyediakan pelatihan, pendampingan, dan akses permodalan untuk mendorong anak muda terjun ke dunia pertanian. Konsiderannya, dengan pelatihan tersebut, Gen Z diharapkan menyadari bahwa bertani bukanlah pekerjaan kuno. Justru, di era modern ini, bertani dapat menjadi peluang usaha yang menjanjikan, keren, menguntungkan dan membanggakan. Namun, pertanyaan yang muncul adalah, mengapa Gen Z masih enggan terjun ke sektor ini?
Padahal, ini sudah di jelaskan oleh Allah dalam surah Quraisy ayat 1-4 yakni bagaimana kaum Quraisy berhasil memanfaatkan nikmat Allah untuk perdagangan, mencerminkan nilai keberanian, inovasi, dan tanggung jawab sosial yang relevan dengan prinsip-prinsip kewirausahaan Islam.
Surah Al-Quraisy (106: Ayat 1-4) :
لِاِيْلٰفِ قُرَيْشٍۙ ﴿١﴾
اٖلٰفِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاۤءِ وَالصَّيْفِۚ ﴿٢﴾
فَلْيَعْبُدُوْا رَبَّ هٰذَا الْبَيْتِۙ ﴿٣﴾
الَّذِيْٓ اَطْعَمَهُمْ مِّنْ جُوْعٍ ەۙ وَّاٰمَنَهُمْ مِّنْ خَوْفٍ ࣖ ﴿٤﴾
Artinya :
“Karena kebiasaan orang-orang Quraisy,”
“(Yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.”
“Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka’bah),”
“Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan.”
Dilihat dari fenomena modern seperti rendahnya minat Gen Z terhadap profesi petani dapat dijelaskan dalam perspektif ayat ini. Meski pertanian terlihat kurang bergengsi, pendekatan modern dengan inovasi teknologi dapat menciptakan keberkahan ekonomi yang besar, sebagaimana kaum Quraisy memanfaatkan perjalanan dagang mereka. Pesan Al-Qur’an mendorong generasi muda untuk memanfaatkan nikmat Allah dengan mengelola sumber daya alam secara kreatif dan inovatif, sehingga menghasilkan manfaat bagi masyarakat luas sambil tetap mematuhi syariat Islam.
Nah, melihat kondisi saat ini, selayaknya dicari atau digali apa sebenarnya akar permasalahan yang membuat mereka
tidak tertarik menjadi petani? Selayaknya hal ini diidentifikasi secara serius. Melihat dan mengidentifikasi berbagai hal sebagai faktor internal dan eksternal. Misalnya, secara internal terkait dengan gengsi Gen Z terhadap profesi petani, serta preferensi terhadap pekerjaan yang fleksibel. Hal yang menjadi sangat penting adalah rendahnya kemampuan literasi pertanian di kalangan generasi Z teraebut. Mindset yang menganggap bahwa pekerjaan di sektor pertanian dianggap berat dan tidak memberikan menjadi salah satu faktor internal yang harus bisa diubah.
Tak dapat dimungkiri pula bahwa secara eksternal, yang memengaruhi adalah
minimnya informasi dan edukasi tentang peluang di bidang pertanian, untuk
menarik minat Gen Z terjun ke sektor pertanian.
Oleh sebab itu, perlu dilakukan berbagai upaya, seperti pelatihan, edukasi, dan sosialisasi yang mengubah pandangan negatif tentang profesi ini. Selain itu, dukungan berupa akses teknologi dan modal yang memadai juga sangat penting
agar mereka dapat melihat bertani sebagai peluang karier yang menjanjikan.
Maka, untuk membuktikan bahwa petani bisa menjadi profesi yang menjanjikan bagi Gen Z, kita perlu melibatkan secara aktif kaum generasi Z serta memanfaatkan teknologi modern seperti pertanian hidroponik, penggunaan drone dalam pertanian, dan program-program pemerintah seperti Petani Milenial.
Ini bisa menjadi salah satu solusi yang dapat diterapkan sengan peningkatan kemampuan literasi pertanian dan teknologi sebagai bagian darri program edukasi dan pelatihan, perubahan mindset Gen Z. Untuk katalisatornya lewat penyediaan akses modal dan teknologi, pembentukan komunitas petani muda, serta pembangunan infrastruktur pendukung, seperti platform khusus hasil pertanian.
Jadi dengan dukungan pemerintah, komunitas, dan influencer, informasi ini dapat tersebar luas membuat minat Gen Z terhadap profesi petani meningkat. Kiranya belumlah terlambat untuk berbuat, sudah saatnya kita ubah cara pandang para generasi Z tentang pertanian agar sektor ini terus berkembang dan memberikan manfaat bagi masyarakat, khususnya di Indonesia
Masya Allah terimakasih kak, artikel nya sangat membuka pandangan saya tentang profesi petani🤗
Masya Allah terimakasih kak sangat membuka pandangan saya tentang profesi petani
Benar!
sangat setuju! Profesi petani harus dihargai dan dikembangkan untuk masa depan yang lebih baik
Waah keren kalii, sangat bermanfaat informasinya
Artikel yang sangat inspiratif! Mari kita bangun generasi petani yang inovatif dan berkelanjutan.
Aku bangga menjadi petani! Terima kasih atas artikel ini🫡
sedih bgt lihat kondisi petani kita. Harus ada perubahan!
Semoga artikel ini bisa membuka mata masyarakat tentang profesi petani!
Sangat setuju! Profesi petani harus dihargai dan dikembangkan untuk masa depan yang lebih baik😁
Artikel yang sangat inspiratif! Mari kita bangun generasi petani yang inovatif dan berkelanjutan
Pemerintah harus lebih mendukung petani dengan infrastruktur dan teknologi yang memadai🙏
Perlu kerja sama dengan universitas untuk mengembangkan teknologi pertanian
Setuju, kemudian bisa juga melalui kampanye sosial media untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.
Setuju sih sekarang banyak banget anak muda yang menganggap rendah profesi petani padahal jika dikelola dengan baik ini suatu ladang usaha yang menguntungkan
Bener banget sekarang banyak banget anak muda yang menganggap rendah profesi petani padahal jika dikelola dengan baik ini suatu ladang usaha yang menguntungkan!
Saya setuju sekali bahwa profesi petani jangan dianggap profesi yang rendah oleh kalangan masyarakat atau pun gen Z, padahal dengan memanfaatkan media, teknologi, serta skill yang dimiliki gen Z , profesi ini akan berefek yang luar biasa sehingga menghasilan cuan yang banyak, oleh karna iti ayok gen Z bangkit dan manfaatkan sumber daya alam dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai orang luar yang merasakannya dan jangan sampai kita yang mempunyai sumber alam yang berlimpah harus beli dinegara lain.
Wahh, kerenn
Mantap, opini yang sangat bagus👍
Setuju banget dengan tulisan artikel ini. Sekarang yang perlu menjadi pusat perhatian pemerintah adalah bagaimana caranya mengedukasikan ke masyarakat terlebih khusus bagi generasi muda untuk ikut menjadi bagian petani muda yang sukses sesuai dengan perkembangan teknologi yang sekarang. Semoga artikel ini menjadi literasi yang mampu mengubah stigma masyarakat terlebih khusus kalangan generasi muda yang selama ini menganggap bahwa profesi petani bukanlah pekerjaan yang membanggakan.
Safrizal said that petani adalah “petarung gagah berani”
Salah satu perannya menjaga ketahanan pangan, jangan pernah anggap remeh petani!!
Semoga artikel ini bisa menambah wawasan dan dapat mengubah mindset salah yg sudah ada menjadi benar tentang petani serta dapat meningkatkan rasa menghargai terhadap profesi tersebut.🔥
Bagus Bel, smngat trus mnulisnya👏🏻
Berpikiran yang positif dan artikel nyabagus
Setuju…
Betapa banyak sekali sekarang anak muda yang gengsi dengan profesi menjadi petani, padahal dengan kecanggihan teknologi sekarang, anak muda bisa menjadi petani cerdas dengan hasil berkualitas
Semoga dengan adanya pengetahuan seperti ini bisa membuka pandangan mereka terhadap usaha bertani
semangttt teruss lakukan yang terbaik
Benar sudah seharusnya masyarakat terutama gen z tidak memandang remeh profesi ini
Menarik untuk penyemangat Pemuda/I untuk Bertani
masyaallah sangat bermanfaat sekali..👍👍
Otw jadi petani molenial
Menarikk