Anak-anak Langit
Oleh Leni Marlina
Di bawah genting langit yang retak,
kisah itu lahir,
seperti debu yang tersangkut di celah fajar.
Tak ada nama yang memanggil,
tak ada suara yang menjawab,
hanya sunyi,
melingkar seperti kalung kesepian di leher mereka.
Mereka adalah tapak-tapak kecil
yang menghuni jalan berpasir,
mengejar bayang-bayang
yang terseret hujan,
menyulam mimpi dari karung goni waktu.
Apakah kau tahu?
bahwa langkah mereka adalah jeritan di tengah dunia yang semakin sempit?
Angin menjadi ibu,
memeluk mereka dengan gigil,
sementara malam menjahit selimut
dari bayang bulan yang rapuh.
Dalam mata mereka,
terlukis luka yang berusaha dilupakan,
namun terus berdenyut
di sela tawa palsu orang-orang dewasa.
“Ke mana harus kami pulang?”
tanya mereka pada tembok-tembok tua,
dan tembok itu tak menjawab,
hanya menelan gema suara mereka,
seperti kota yang lelah,
meremuk harapan tanpa ampun.
Tetapi, mereka tetap berdiri,
seperti pohon kecil
di tengah badai yang ganas.
akar mereka menggenggam tanah
yang ingin mengusirnya.
mereka bertahan—
sebab hidup bukanlah pilihan
melainkan perlawanan.
Suatu hari,
ketika matahari bangkit dari reruntuhan pagi,
anak-anak langit ini akan tersenyum,
dan dunia,
yang pernah menundukkan kepala mereka,
akan menatap kagum
pada kekuatan,
yang lahir dari kesabaran anak-anak langit,
yang gigih melawan hidup yang pahit.
Padang, Sumbar, 2009
Di Balik Hujan
Oleh Leni Marlina
Di bawah langit yang sobek,
kau melangkah tanpa payung.
tetesan air menjadi doa,
jatuh di dahimu seperti takdir
yang tak sempat diucapkan siapa pun.
Kau berbicara dengan angin,
meminjam bisiknya untuk bernyanyi.
“ke mana perginya senyuman?” tanya bibirmu.
hujan hanya menunduk,
menghapus jawaban di telapak tanganmu.
Kau lihat, pada pijakan kakimu,
tanah retak menumbuhkan sesuatu—
mungkin keberanian, mungkin luka,
tapi selalu ada kehidupan
yang tidak pernah berhenti.
Padang, Sumbar, 2009
/3/
Menulis Ulang Hidupmu
Oleh Leni Marlina
Ketika pagi melahirkan bayang-bayang,
kau memetik mimpi dari angin,
pasir waktu bergeser di bawah kakimu,
merekam jejak yang tidak pernah utuh,
seperti nama-nama yang telah hilang.
Kau tak pernah tahu
di mana ujung perjalanan ini,
tapi langkahmu bagaikan surat cinta
yang ditulis untuk masa depan,
meski tintanya hanya air mata.
Di pantai sunyi itu,
ombak menghapus cerita lama,
dan kau menulis ulang hidupmu
dengan kepercayaan,
meski lautan terus mencoba merampasnya.
Padang, Sumbar, 2009
/4/
Suara Dari Lorong Kota
Oleh Leni Marlina
Di lorong sempit,
di antara dinding yang penuh bayangan,
kau berdiri,
seperti lilin kecil di tengah malam yang rakus.
Kau tidak meminta cahaya,
hanya jalan,
untuk keluar dari labirin sepi
yang dibangun oleh kepergian ibu dan ayah.
Lorong ini berbicara dalam bisikan,
dan kau mendengarnya,
bukan sebagai ancaman,
tapi sebagai nada keberanian
yang berirama, dengan detak jantungmu.
Padang, Sumbar, 2009
/5/
Di Balik Tirai Senja
Oleh Leni Marlina
Di balik tirai senja,
kau menemukan dunia lain—
dunia di mana luka akan menjadi emas,
dan air mata akan menumbuhkan pohon doa.
Senja itu tidak pernah diam,
ia berbicara dengan warna,
mengajarkanmu bahwa hidup adalah kanvas,
yang harus kau lukis,
meski kuasnya adalah keperihan.
Kau melangkah ke dalam bayangan,
bukan untuk bersembunyi,
tetapi untuk belajar:
bagaimana menciptakan cahaya
dari kegelapan yang mengintai.
Padang, Sumbar, 2009
/6/
Pejuang di Pinggir Malam
Oleh Leni Marlina
Kau berjalan di pinggir malam,
di mana bintang-bintang lupa bernyala.
langit seperti cermin retak,
dan kau memandanginya,
melihat dirimu terpantul dalam serpihan.
Di tepi jalan,
kau mengumpulkan serpih mimpi,
menyatukannya dalam genggaman kecil
yang menggigil oleh dingin.
Setiap malam adalah medan perang,
dan kau adalah pejuang
tanpa pedang, tanpa perisai—
hanya hati yang penuh luka
dan harapan yang tidak pernah mati.
Padang, Sumbar, 2009
——————–
Puisi ini awalnya ditulis oleh Leni Marlina hanya sebagai hobi dan koleksi puisi pribadi tahun 2009. Puisi tersebut direvisi kembali serta dipublikasikan pertama kalinya melalui media digital tahun 2024.
Leni Marlina merupakan anggota aktif Asosiasi Penulis Indonesia, SATU PENA cabang Sumatera Barat. Ia juga merupakan anggota aktif Komunitas Penyair & Penulis Sastra Internasional ACC di Shanghai, serta dipercaya sebagai Duta Puisi Indonesia untuk ACC Shanghai Huifeng International Literary Association. Selain itu, Leni terlibat dalam Victoria’s Writer Association di Australia. Sejak tahun 2006, ia telah mengabdikan diri sebagai dosen di Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang.
Leni juga merupakan pendiri dan pemimpin sejumlahkomunitas digital yang berfokus pada sastra, pendidikan, dan sosial, di antaranya:, (1) Komunitas Sastra Anak Dunia (WCLC): https://rb.gy/5c1b02, (2) Komunitas Internasional POETRY-PEN; (3) Komunitas PPIPM (Pondok Puisi Inspirasi Masyarakat):
Komunitas PPIPM (Pondok Puisi Inspirasi Masyarakat): https://shorturl.at/2eTSB & https://shorturl.at/tHjRI;
(4) Komunitas Starcom Indonesia (Starmoonsun Edupreneur Community Indonesia): https://rb.gy/5c1b02.
The meaning of the title of the poem to me is children’s hopes to be able to achieve their dreams
The line/stanza that I like very much is “air mata akan menumbuhkan pohon doa”
The things come to my mind after reading the poem is Struggle will not betray the results if we really mean it
1. “anak-anak langit” The title of the poem means to me like hopes that appear from the sky.
The title of the poem “Di Balik Hujan” for me means something that is after the rain. It could be a flood that hits or the beauty of the raindrops.
1.1. The title of the poem Anak Anak Langit is very interesting to me and its meaning for me is that patience is very
important.
“anak-anak langit” means that About children who are desperate but time keeps moving which makes them have to get back up again
2. The line I like is “mengerjar bayang-bayang” That means we are chasing something that is uncertain
3. After reading this poem I understand that the great hope comes from people who hope to have a beautiful future. Despite many limitations, they try to rise again.
“ketika matahari bangkit dari reruntuhan pagi”this is the stanza that i very like
From the poem, I really like this line;
Di bawah langit yang sobek,
kau melangkah tanpa payung.
From the poem, I really like this line;
“Di bawah langit yang sobek,
kau melangkah tanpa payung.”
after i read the poem I think poetry is very touching and gives a sad impression
For me, the title of the poem ” Anak- anak langit ” has a very deep and heart-touching meaning
After reading this poem, what crossed my mind was a very beautiful poem. This poem is about courage and fearless. Heavy rain represents suffering in life and breaking through the rain represents breaking through too many wounds that never stop.
The line that I like is
Di bawah genting langit yang retak,
kisah itu lahir,
seperti debu yang tersangkut di celah fajar.
After reading this poem I remembered the Palestinian children
The thought that came to me after reading this poem was about charity
The lines that are meaningful to me are:tetesan air menjadi doa
the thing I thought after reading this poem was restlessness, hurt, someone’s struggle
1. The title “anak anak langit” meaning for me is they are children who are loved and given courage
2. The line/stanza that I like very much is
Kau melangkah ke dalam bayangan,
bukan untuk bersembunyi,
tetapi untuk belajar:
Because this give a reminder to us to always learn.
3. The things that comes to my mind after read this poem is everything will be good for us if we are also good to other people
The meaning of the title of this poem is very touching for me, because of the suffering that must be endured by children who still need love from their parents.
The line I like from this video is :
Tetapi, mereka tetap berdiri,
seperti pohon kecil
di tengah badai yang ganas.
akar mereka menggenggam tanah
yang ingin mengusirnya.
mereka bertahan—
sebab hidup bukanlah pilihan
melainkan perlawanan.
This poem tells about the suffering experienced by Palestinian children. They don’t know what to do. Because their homeland has been destroyed by irresponsible people.
The line I like from this poem is :
Tetapi, mereka tetap berdiri,
seperti pohon kecil
di tengah badai yang ganas.
akar mereka menggenggam tanah
yang ingin mengusirnya.
mereka bertahan—
sebab hidup bukanlah pilihan
melainkan perlawanan.
This poem depicts the struggle of children living in hardship and suffering. They are portrayed as resilient figures, enduring despite the pressures of the world. Despite facing many challenges, they possess strength born from patience and perseverance. The poem emphasizes that although their lives are bitter, they stand firm, and one day, the world will recognize their strength.
This poem describes the struggle of life amidst adversity and adversity. The first part highlights the courage to move on despite being hurt, while the second part talks about self-reflection and the hope to rewrite life with confidence, even though the past is full of wounds. (Rahma Khalilah Najwa, 24 JD Writing NK2-24 SL7-8)
Meaning of the poem: we live of our own will and we are the ones who will paint our own lives.
My favorite line/stanza: mengajarkanmu bahwa hidup adalah kanvas,
Things come to my mind: we have to find our own purpose in life.
From the title I got the meaning of children who always try to achieve their dreams.
Muhammad Zikri Alfurqan (24019056) 24 JD Writing NK2-24 SL7-8 LM
“ Kau berbicara dengan angin,
meminjam bisiknya untuk bernyanyi.”
After I read the poem above I learned that to move on even though you are hurt (Rahma Khalilah Najwa, 24JD Writing NK2-24 SL7-8)
Favorite line : Tak ada nama yang memanggil,
tak ada suara yang menjawab,
hanya sunyi.
Muhammad Zikri Alfurqan (24019056) 24 JD Writing NK2-24 SL7-8 LM
The poem “Anak-anak Langit” captures the struggles of marginalized children living in harsh realities, often unnoticed by society.
Afifah Syaharani 24019001
24 JD Writing NK2-24 SL7-8 LM
What comes to my mind is that children continue to fight for their dreams regardless of age.
Muhammad Zikri Alfurqan (24019056) 24 JD Writing NK2-24 SL7-8 LM
My favorite line is “Kau tidak meminta cahaya,
hanya jalan,
untuk keluar dari labirin sepi
yang dibangun oleh kepergian ibu dan ayah.”
Afifah Syaharani 24019001
24 JD Writing NK2-24 SL7-8 LM
This poem feels deeply emotional and reflective, shining a light on the lives of children who are often forgotten by the world. It reminds me of the resilience and bravery of those who face unimaginable hardships yet continue to fight.
Afifah Syaharani 24019001
24 JD Writing NK2-24 SL7-8 LM
This poems title meaning is It can describe humans who possess a free spirit, big dreams, or a high ambition as vast as the sky.
Zuleyka Azzahra 24 JD Writing NK2-24 SL 7-8 LM
Title Meaning: The title might symbolize resilience and timelessness, much like a vessel weathering life’s storms
Favorite Line/Stanza: Select a line that resonates emotionally or aligns with your values (e.g., themes of hope, streng
Final Reflection: The poem might evoke thoughts of perseverance or finding beauty in struggle.
24 JD WRITING NK 2-24 SL7-8 LM
This poem describes the struggle of marginalized children who survive amidst life’s difficulties. Lonely, hurt, and uncertain, they continue to fight against a harsh fate. Even though the world often ignores them, hope and resilience are the strength to continue living and dreaming. (Rahma Khalilah Najwa, 24 JD Writing NK2-24 SL7-8 LM)
Meaning of the Title
The title “Children of the Sky” represents children who live under harsh conditions, struggling but still hopeful for a brighter future.
Favorite Line/Stanza
My favorite line is:
“They stand like small trees in the middle of a fierce storm.”
It shows their strength and determination to survive despite difficulties.
Thoughts After Reading
The poem makes me think of homeless children who fight hard to live and dream for a better life.
My favorite line is “Angin menjadi ibu,
memeluk mereka dengan gigil” and it means Children who dream big are painters of the future, drawing hope with boundless imagination.
Zuleyka Azzahra 24 JD Writing NK2-24 SL 7-8 LM
The title “Children of the Sky” represents children who live under harsh conditions, struggling but still hopeful for a brighter future.
Favorite Line/Stanza
My favorite line is:
“They stand like small trees in the middle of a fierce storm.”
It shows their strength and determination to survive despite difficulties.
Thoughts After Reading
The poem makes me think of homeless children who fight hard to live and dream for a better life.
Rahayu Febriani 24 JD WRITING NK-2 24 SL7-8 LM
The title “Di Balik Hujan” (“Behind the Rain”) suggests that beyond the rain lies something deeper—perhaps hidden emotions, unspoken truths, or quiet resilience. It implies that rain, often seen as a symbol of sadness or struggle, also holds meaning and growth. The title invites the reader to look beyond the surface of difficulties and see the life, courage, and transformation that emerge from them.
Sanza : “Kau lihat, pada pijakan kakimu,
tanah retak menumbuhkan sesuatu—
mungkin keberanian, mungkin luka,
tapi selalu ada kehidupan
yang tidak pernah berhenti.”
The poem reflects facing challenges without protection, finding meaning in life’s uncertainties. The rain symbolizes fate, and though answers are elusive, life continues to grow from hardship, like something sprouting from cracked earth. It speaks to resilience, introspection, and the unspoken connection with nature.
Trisna Filius Adi 24019113 — 24 JD Writing NK 2-24 SL 7-8 LM
1. Meaning of the Title:
To me, “Anak-anak Langit” describe children who live in vulnerability, under the vast, indifferent sky, representing both their freedom and struggles in an unforgiving world.
2. Favorite Line/Stanza:
“Tetapi, mereka tetap berdiri, seperti pohon kecil di tengah badai yang ganas. akar mereka menggenggam tanah yang ingin mengusirnya.”
This line beautifully portrays their resilience and determination to survive despite relentless hardships.
3. Reflection in One Sentence:
The poem evokes thoughts of the silent strength and resilience of children living in harsh realities, and their fight to find light in a world that often overlooks them.
Syasya (24019030)
24 JD Writing NK2-24 SL7-8 LM
“ Tak ada nama yang memanggil,
tak ada suara yang menjawab,
hanya sunyi,
melingkar seperti kalung kesepian di leher mereka.”
Even though the world often ignores them, hope and resilience are the strength to continue living and dreaming. (Rahma Khalilah Najwa, 24JD Writing NK2-24 SL7-8 LM)
What is the meaning of the title of the poem to you :
interpreted as a young generation full of hope and potential to achieve big dreams, or perhaps those who fight for freedom and equality.
Which line / stanza you Like very much : 1
What things come to your mind after reading the poem : This poem vividly and emotionally depicts struggle, hope, and resilience, with an emphasis on the inner strength of the children who continue to fight for a better future, despite the burden of their difficult circumstances.
1.The title “Children of the Sky” carries a poetic and metaphorical meaning, referring to individuals closely connected to freedom, hope, or lofty dreams.
2.The Stanza i like most Stanza is 4
3.After reading Overall, Children of the Sky can be interpreted as a group of individuals who live with a spirit of freedom, great dreams, or a perspective that transcends worldly boundaries, directing their gaze toward higher and broader ideals.
Quiz 2
1. What is the meaning of the title (Anak anak langit) of the poem is symbolizes the innocence and vulnerability of marginalized children while highlighting the stark contrast between their idealistic aspirations and the harsh realities they face in a neglectful world.
2. Which line/stanza you like:
“Tetapi, mereka tetap berdiri, / seperti pohon kecil / di tengah badai yang ganas.”
3. Which things come to your mind:
1. Resilience of Childhood
2. Social Injustice
Ridel Decastro 24019082
24 JD Writing NK2-24 SL7-8 LM
QUIZ II ONLINE WEEK 16:
•What’s the meaning of the poem?
➡️ the poem told us the innocent and strength of the people who suffered the life.
•Stanza you like very much:
➡️ Di tepi jalan kau mengumpulkan serpih mimpi.
•what things come to your mind:
➡️the strength of people
M.Ridho Riszi S.c
JD WRITING NK2-24 SL 7-8 LM
Quiz 2 Week 16
what is the meaning of the title of the poem to you. “pejuang di pinggir malam” This poem describes the struggle of someone who keeps trying even at night.
which line/stanza you like very much.
Di tepi jalan,
kau mengumpulkan serpih mimpi,
menyatukannya dalam genggaman kecil
yang menggigil oleh dingin
*what things come to your mind after reading the poem is It is so difficult for those who continue to struggle to find sustenance day and night.
Meaning of the poem: the meaning of life.
My favorite line/stanza: seperti nama-nama yang telah hilang.
The meaning of the title that I got is children who tirelessly and never stop trying to achieve their dreams.
Muhammad Zikri Alfurqan (24019056) 24 JD Writing NK2-24 SL7-8 LM
Things come to my mind: live according to your will because you are the one who writes your own life story
Favorite line: Tak ada nama yang memanggil,
tak ada suara yang menjawab,
hanya sunyi,
melingkar seperti kalung kesepian di leher mereka.
Muhammad Zikri Alfurqan (24019056) 24 JD Writing NK2-24 SL7-8 LM
What I think is that children from an early age continue to try to achieve their dreams until they reach adulthood without tiring or giving up.
Muhammad Zikri Alfurqan (24019056) 24 JD Writing NK2-24 SL7-8 LM
The title “Children of the Sky” carries a poetic and metaphorical meaning, referring to individuals closely connected to freedom, hope, or lofty dreams.
2.The Stanza i like most Stanza is 4
3.After reading Overall, Children of the Sky can be interpreted as a group of individuals who live with a spirit of freedom, great dreams, or a perspective that transcends worldly boundaries, directing their gaze toward higher and broader ideals.
1. The title “Children of the Sky” holds a poetic and symbolic meaning, representing individuals deeply tied to freedom, aspirations, and elevated dreams.
2. The stanza I appreciate the most is stanza 4.
3. In essence, Children of the Sky symbolizes a group of people who embody the spirit of liberty, ambition, and a vision that surpasses earthly limitations, focusing on greater and more expansive aspirations.
1. Meaning : The poem’s meaning is a somber reflection on neglect and abandonment. It draws attention to the plight of homeless or displaced children, whose lives are marked by pain, resilience, and unanswered cries for help.
2. My favorite line: Dalam mata mereka,
terlukis luka yang berusaha dilupakan,
namun terus berdenyut
di sela tawa palsu orang-orang dewasa.
3. The poem Anak-anak Langit (“Children of the Sky”) explores the fragile existence of children who live on the margins of society, forgotten and unprotected under a fractured sky.
Afifah Syaharani 24019001
24 JD Writing NK2-24 SL7-8 LM
The title “Anak-anak Langit” (Children of the Sky) symbolizes marginalized children who endure hardship with resilience, representing their silent struggle and eventual strength.
Sanza : “Suatu hari, ketika matahari bangkit dari reruntuhan pagi, anak-anak langit ini akan tersenyum,”
The poem portrays marginalized children as resilient survivors, enduring hardship with silent strength. Despite their struggles and society’s indifference, their perseverance will eventually lead to recognition and respect.
Trisna Filius Adi 24019113 — 24 JD Writing NK 2-24 SL 7-8 LM
From the poems of Leni Marlina, it gives lessons on strength, aspiration, and life’s fights more through the experience of people who have to deal with hard circumstances. “Anak-anak Langit,” in this regard, is about children so immensely in bondage but make it in their resolve to live. “Di Balik hujan” indicates that storms are usually broken quietly – actual and figurative. In “Menulis Ulang Hidupmu,” it speaks toward writing the life history among conflicts. Meanwhile, “Suara dari Lorong Kota” talks about the bravery of going through dingy, quiet routes of life. “Di Balik Tirai Senja” and “Pejuang di Pinggir Malam”, considers both beauty and strength of living in adversity, that the pain becomes strength and hope. In a dramatic way, it captures the strength that is born inside in the moment of struggle.
This poem describes the struggle of children who live in hardship and loss amidst the uncertainty of the world. Despite being injured and alone, they persevere and fight adversity with fortitude. This poem depicts the hope that one day they will find freedom and peace after going through their suffering and perseverance.
“ Tak ada nama yang memanggil,
tak ada suara yang menjawab,
hanya sunyi,
melingkar seperti kalung kesepian di leher mereka.”
Rahma Khalilah Najwa 24 JD Writing NK2-24 SL7-8 LM)
Meaning title of the poem : contains a meaning full of emotion and hope.
Line/stanza : 4
Mind after reading : This poem describes the hardships of life for children who are in conditions full of injustice, such as refugees, victims of war, or those living in extreme poverty.
Muhammad Aqeel Jasomandez 24 JD Writing NK 2-24 SL 7-8 LM.
Meaning of the Title
The title “Children of the Sky” symbolizes innocence and resilience, portraying children who, despite their hardships and the broken world around them, continue to dream and resist, much like the sky which is vast and unyielding.
Favorite Line/Stanza
My favorite line is:
“Suatu hari, ketika matahari bangkit dari reruntuhan pagi, anak-anak langit ini akan tersenyum, dan dunia, yang pernah menundukkan kepala mereka, akan menatap kagum.”
This line beautifully conveys hope and the promise of resilience, where despite adversity, these children will rise and make the world recognize their strength.
Thoughts After Reading
The poem reflects the enduring strength of children who, despite facing overwhelming challenges, continue to fight for their place in the world and for a future full of hope.
Rahayu Febriani 24 JD WRITING NK-2 24 SL7-8 LM
In my opinion the most interesting stanza is
“Di bawah langit yang sobek,
kau melangkah tanpa payung.
tetesan air menjadi doa,
jatuh di dahimu seperti takdir
yang tak sempat diucapkan siapa pun”
The passage reflects the experience of walking through life’s struggles without protection, where even the difficult and painful moments (symbolized by rain) turn into a form of prayer or acceptance. The imagery of fate being unspoken and inevitable adds a sense of fatalism, where the path ahead is shaped by forces beyond our control.
24 JD I-E TRANS JM 9-10 LM
The translation from poetry 2 stanza 1
“Under the torn sky,
you walk without an umbrella.
The raindrops become prayers,
falling on your forehead like a fate
that no one had the chance to speak of.”
Dian Zelly.B – 21019007
24 JD I-E TRANS JM 9-10 LM
The translation strategy used in poetry 2 stanza 1:
Di bawah langit yang sobek,
kau melangkah tanpa payung.
tetesan air menjadi doa,
jatuh di dahimu seperti takdir
yang tak sempat diucapkan siapa pun,
The strategy used here is dynamic equivalence, which focuses on capturing the essence and emotional tone of the original text, rather than providing a literal word-for-word translation. The goal is to convey the meaning and emotional impact while making the translation sound natural and fluent in English.
Dian Zelly.b – 21019007
24 JD I-E TRANS JM 9-10 LM
Di bawah langit yang sobek,
kau melangkah tanpa payung.
tetesan air menjadi doa,
jatuh di dahimu seperti takdir
yang tak sempat diucapkan siapa pun.
I chose this stanza because it vividly depicts the vulnerability and strength found in moments of hardship. The imagery of walking under a “torn sky” and without an umbrella conveys a sense of exposure to life’s challenges. The rain, which turns into a prayer, symbolizes the beauty in embracing difficult moments, as it falls like destiny—an unspoken truth. The simplicity and depth of this imagery resonate with the idea that fate and struggles are often beyond our control, yet still have meaning.
Salsabilla Khairani (21019058) | 24 JD I-E TRANS JM9-10 LM
Interesting part from poem “Di balik Hujan” oleh Leni Marlina
Kau lihat, pada pijakan kakimu,
tanah retak menumbuhkan sesuatu—
mungkin keberanian, mungkin luka,
tapi selalu ada kehidupan
yang tidak pernah berhenti.
Muhammad Abdurrosyid Dzakhwan (21019015)
No. Urut : 26
24 JJ I-E TRANS JM-9-10 NK-All21 LM
Di Balik Hujan
Kau berbicara dengan angin,
meminjam bisiknya untuk bernyanyi.
“ke mana perginya senyuman?” tanya bibirmu.
hujan hanya menunduk,
menghapus jawaban di telapak tanganmu.
Muhammad Abi Dzar Ar-Rahman / 21019052
JD I-E TRANS JM 9-10 NKall 21 LM
Translation: Under the torn sky,
you walk without an umbrella.
The raindrops become prayers,
falling on your forehead like a destiny
that no one had the chance to speak.
Salsabilla Khairani (21019058) | 24 JD I-E TRANS JM9-10 LM.
Techniques used: This stanza uses imagery effectively to create a vivid scene of someone walking in the rain under a “torn sky,” emphasizing the raw and exposed nature of the situation. The metaphor of rain turning into a prayer gives depth to the struggle, suggesting that even in difficult moments, there is a form of unspoken hope or surrender. The line “jatuh di dahimu seperti takdir” (falling on your forehead like a destiny) employs simile, comparing the raindrops to fate, which adds a layer of inevitability and reflection to the experience. Finally, the phrase “tak sempat diucapkan siapa pun” (that no one had the chance to speak) introduces personification, implying that destiny is something unsaid and beyond human control.
Salsabilla Khairani (21019058) | 24 JD I-E TRANS JM9-10 LM.
Menulis Ulang Hidupmu
When the morning gives birth to shadows,
you pluck dreams from the wind,
the sands of time shift under your feet,
recording traces that are never whole,
like names that have been lost.
Muhammad Abi Dzar Ar-Rahman / 21019052
JD I-E TRANS JM 9-10 NKall 21 LM
Translating the part of poem “Di Balik Hujan” by Leni marlina
“You see, at the ground beneath your feet,
the cracked earth grows something—
perhaps courage, perhaps a wound,
but always there is life
that never stops.”
Muhammad Abdurrosyid Dzakhwan (21019015)
No. Urut : 26
24 JJ I-E TRANS JM-9-10 NK-All21 LM
Anak-anak Langit
Oleh Leni Marlina
Tak ada nama yang memanggil,
tak ada suara yang menjawab,
hanya sunyi,
melingkar seperti kalung kesepian di
Stanza ini menarik perhatian saya karena kekuatan simbolis dan kesunyian yang terpancar dari kata-kata yang digunakan. Penyair menggambarkan “tak ada nama yang memanggil, tak ada suara yang menjawab,” yang menciptakan suasana hampa dan kesepian yang sangat kuat. Gambarannya tentang “sunyi” yang “melingkar seperti kalung kesepian di leher mereka” memberikan kesan bahwa meskipun mereka hidup, mereka terabaikan dan tidak terdengar. Saya terkesan dengan betapa dalamnya rasa kesendirian ini digambarkan dalam metafora yang begitu sederhana namun penuh makna. Dengan hanya sedikit kata, penyair berhasil menyampaikan perasaan keterasingan yang dialami oleh individu-individu yang terpinggirkan, terutama anak-anak yang sering kali dilupakan dalam masyarakat.
Aula Fitria Zhahrah Group 1
No urut 5
24 JD I-E TRANS JM9-10 NKall21 LM
Menulis Ulang Hidupmu
Ketika pagi melahirkan bayang-bayang,
kau memetik mimpi dari angin,
pasir waktu bergeser di bawah kakimu,
merekam jejak yang tidak pernah utuh,
seperti nama-nama yang telah hilang.
Di bawah genting langit yang retak,
kisah itu lahir,
seperti debu yang tersangkut di celah fajar.
I chose this poem because of its evocative imagery and profound symbolism. The “cracked sky tiles” metaphor suggests imperfection and fragility, setting a poignant tone that resonates deeply with the human experience. The line “a story is born” conveys a sense of emergence and creation amidst adversity, while the comparison to “dust caught in the crevice of dawn” captures fleeting, delicate beauty. This poem masterfully combines brevity with depth, making it a powerful exploration of beginnings, vulnerability, and resilience.
Annisa Muhasyafira (24 JD I-E TRANS JM9-10 NKall21 LM)
In translating this stanza, I employed an equivalence strategy, aiming to preserve the meaning, emotional tone, and poetic essence of the original text while adapting it to the target language. For instance, “pijakan kakimu” was translated as “beneath your feet” to keep the physical and metaphorical grounding, while simplifying the expression slightly for natural flow in English. The phrase “tanah retak menumbuhkan sesuatu” became “the cracked earth grows something,” keeping the visual metaphor of cracks in the earth fostering something new, yet allowing for flexibility in interpretation (growth or decay). The choice of “perhaps courage, perhaps a wound” maintains the ambiguity of the original text, which reflects the dual possibilities of personal growth or pain. Finally, “tapi selalu ada kehidupan yang tidak pernah berhenti” was rendered as “but there is always life that never stops,” preserving the message of life’s resilience and persistence.
Muhammad Abdurrosyid Dzakhwan (21019015)
No. Urut : 26
24 JJ I-E TRANS JM-9-10 NK-All21 LM
Menulis Ulang Hidupmu
– Metaphor: The “morning gives birth to shadows” suggests the emergence of light and dark, symbolizing the complexity and duality of life or experience. “Plucking dreams from the wind” uses the wind as a metaphor for something elusive and intangible, suggesting that dreams are fleeting and difficult to capture. “Sands of time” symbolizes the continuous, unstoppable flow of time, shifting and changing constantly.
– Personification: The morning “gives birth to shadows,” attributing human-like qualities to time, implying that light and darkness are not just natural phenomena but are birthed or created by the passage of the day. Similarly, the “wind” is personified as a source from which dreams can be plucked, as if it holds tangible desires.
– Contrast: The poem contrasts the idea of “traces that are never whole” with the idea of “names that have been lost,” both of which speak to the incompleteness and impermanence of life, memory, and identity. This reflects the theme of elusive or fragmented existence—nothing is ever fully captured or preserved.
– Symbolism: The “sands of time” symbolize the passage of time, ever-moving and uncontrollable. The “lost names” represent forgotten identities or things lost to time. The “traces” symbolize memories or moments that, despite being recorded, are incomplete and fading.
– Tone: The tone is melancholic and contemplative, suggesting a quiet acceptance of the transience of life and the impermanence of all things. There is a sense of resignation in the fleeting nature of dreams, memories, and identity, as well as a recognition of the inevitable loss that comes with time.
Muhammad Abi Dzar Ar-Rahman / 21019052
JD I-E TRANS JM 9-10 NKall 21 LM
Tak ada nama yang memanggil,
tak ada suara yang menjawab,
hanya sunyi,
melingkar seperti kalung kesepian di leher mereka
Stanza ini menarik perhatian saya karena kekuatan simbolis dan kesunyian yang terpancar dari kata-kata yang digunakan. Penyair menggambarkan “tak ada nama yang memanggil, tak ada suara yang menjawab,” yang menciptakan suasana hampa dan kesepian yang sangat kuat. Gambarannya tentang “sunyi” yang “melingkar seperti kalung kesepian di leher mereka” memberikan kesan bahwa meskipun mereka hidup, mereka terabaikan dan tidak terdengar. Saya terkesan dengan betapa dalamnya rasa kesendirian ini digambarkan dalam metafora yang begitu sederhana namun penuh makna. Dengan hanya sedikit kata, penyair berhasil menyampaikan perasaan keterasingan yang dialami oleh individu-individu yang terpinggirkan, terutama anak-anak yang sering kali dilupakan dalam masyarakat.
Aula Fitria Zhahrah Group 1
No urut 5
24 JD I-E TRANS JM9-10 NKall21 LM
Terjemahan Bahasa Inggris dari Stanza Puisi
No name calls,
no voice answers,
only silence,
circling like a necklace of loneliness around their necks.
Aula Fitria Zhahrah Group 1
No urut 5
24 JD I-E TRANS JM9-10 NKall21 LM
Strategi dan Teknik Penerjemahan dari Terjemahan
Untuk terjemahan ini, saya menggunakan teknik literal translation pada sebagian besar kata-kata untuk menjaga kedekatan dengan teks asli, namun juga menerapkan dynamic equivalence pada beberapa bagian agar rasa dan makna tetap terjaga. Misalnya, “tak ada nama yang memanggil” diterjemahkan menjadi “no name calls,” yang langsung menggambarkan ketiadaan panggilan atau pengakuan terhadap mereka. Saya juga memilih untuk menerjemahkan “melingkar seperti kalung kesepian” menjadi “circling like a necklace of loneliness,” untuk menggambarkan bagaimana kesepian membelenggu mereka dengan cara yang metaforis, meskipun dalam bahasa Inggris ada kesan yang sedikit lebih dramatis. Teknik ini berfokus pada mempertahankan makna dan suasana hati yang terkandung dalam puisi, sambil membuatnya terasa alami bagi pembaca berbahasa Inggris.
Di Balik Hujan
Di bawah langit yang sobek,
kau melangkah tanpa payung.
tetesan air menjadi doa,
jatuh di dahimu seperti takdir
Stanza ini menarik perhatian saya karena kemampuan penyair untuk menghubungkan perasaan takdir dengan suasana alam yang melankolis. “Di bawah langit yang sobek” memberikan gambaran visual yang kuat, di mana langit yang rusak seolah mencerminkan ketidakpastian dan kekacauan dalam kehidupan. Kemudian, hujan yang “jatuh di dahimu seperti takdir” menjadi simbol dari perasaan yang tak terucapkan, takdir yang datang begitu saja, tanpa bisa ditolak atau direncanakan. Saya terkesan dengan cara penyair menggambarkan momen sederhana seperti berjalan di bawah hujan menjadi sebuah refleksi tentang takdir, serta bagaimana tetesan hujan menjadi doa, sebuah perasaan yang universal dan dalam.
Aula Fitria Zhahrah Group 1
No urut 5
24 JD I-E TRANS JM9-10 NKall21 LM
Di bawah genting langit yang retak,
kisah itu lahir,
seperti debu yang tersangkut di celah fajar.
Beneath the cracked tiles of the sky,
a story is born,
like dust caught in the crevice of dawn.
Annisa Muhasyafira (24 JD I-E TRANS JM9-10 NKall21 LM)
Nama: Christy yulianda putri
NIM: 21019033
“Ke mana harus kami pulang?”
tanya mereka pada tembok-tembok tua,
dan tembok itu tak menjawab,
hanya menelan gema suara mereka,
seperti kota yang lelah,
meremuk harapan tanpa ampun.
This stanza is interesting because it vividly portrays a sense of hopelessness and alienation. The question, “Ke mana harus kami pulang?” (Where should we return?), reflects a deep emotional search for belonging or home, but the response from the “old walls” is silence. The walls, which symbolize the unyielding nature of the environment or society, “swallow” their voices without offering solace. The comparison to a “tired city” that “crushes hope mercilessly” adds a layer of despair, suggesting that both the people and the place have lost vitality and compassion. The stanza explores themes of displacement, the emptiness of certain spaces, and the crushing weight of unfulfilled desires, highlighting the emotional and existential struggle of seeking a sense of purpose or home in a world that seems indifferent.
The translation employs a literal translation strategy, preserving the original imagery while ensuring the meaning remains intact. The metaphor of “cracked tiles of the sky” is kept close to the original Indonesian phrasing, maintaining the sense of fragility and imperfection in the sky. The phrase “a story is born” is translated directly to convey the emergence of something new, while “dust caught in the crevice of dawn” retains the delicate and fleeting imagery of the original. This approach ensures that both the emotional depth and symbolism of the poem are conveyed, allowing the imagery to remain powerful and evocative in English.
Annisa Muhasyafira (24 JD I-E TRANS JM9-10 NKall21 LM)
Nama: Christy yulianda putri
NIM: 21019033
“Where should we return?”
they ask the old walls,
and the walls do not answer,
only swallowing the echo of their voices,
like a tired city,
crushing hope mercilessly.”
Christy Yulianda Putri 24 JD I-E TRANS JM9-10 NKall21 LM
Literal Translation: The meaning of each line is translated directly to preserve the core message.
Imagery Preservation: The vivid metaphors like “old walls” and “a tired city crushing hope” are retained to maintain the emotional impact.
Fluidity and Adaptation: Some phrases are adjusted for natural flow in English, such as “the walls do not answer” to convey the silence effectively.
Cultural Sensitivity: The emotional weight of displacement and hopelessness is preserved, ensuring the tone of despair is evident in the translation.
The poems in this collection reflect resilience, struggle, and hope, often drawing vivid imagery from nature and life’s hardships. They explore themes like perseverance, the search for identity, and transformation.
A favorite line is:
“Di balik tirai senja, kau menemukan dunia lain—dunia di mana luka akan menjadi emas.”
This resonates with the idea of turning pain into growth.
A business idea could be a workshop or retreat blending poetry and therapy, helping participants process emotions through creative expression.
Name: Khoirunnisya Simbolon
NIM: 22018130
Class: K5 – 24 JD EPR ST4-6 NK?23 LM
Quiz 2 (Anak-anak Langit, Di Balik Hujan, Menulis Ulang Hujan, Suara dari Lorong Kota, Dibalik Tirai Senja, Pejuang di Pinggrir Malam)
1. What is the meaning of the poem to you?
The poem symbolizes the resilience and silent struggles of marginalized children—those who navigate life without a home or family to return to. It speaks of their pain, courage, and unyielding determination to survive in an unforgiving world. Despite being overlooked, they embody hope and strength, standing firm like fragile trees against relentless storms.
2. Which line/stanza do you like very much?
This stanza stands out to me:
“Tetapi, mereka tetap berdiri,
seperti pohon kecil
di tengah badai yang ganas.
akar mereka menggenggam tanah
yang ingin mengusirnya.
mereka bertahan—
sebab hidup bukanlah pilihan
melainkan perlawanan.”
It beautifully conveys the unyielding spirit of those who refuse to succumb to life’s challenges, emphasizing the profound strength in their fight for survival.
3. What is one of the business ideas that comes to your mind after reading the poem?
An idea inspired by the poem is a social enterprise focused on empowering street children through education and skills training. This initiative could include providing shelter, teaching them vocational skills (e.g., crafting, cooking, or coding), and selling their handmade products or services to support their livelihood. This would help transform their resilience into tangible opportunities, offering a brighter future for these “anak-anak langit.”
“Dalam mata mereka,
terlukis luka yang berusaha dilupakan,
namun terus berdenyut
di sela tawa palsu orang-orang dewasa.”
This poem is interesting to me.
In my opinion, this poem is describing the children’s life which is too hard for them. I think the author wants to tell us about the children who are isolated and neglected by the adults around them.
I like how the author brought the topic and wrapped it in poetic words like this poem.
Sohibul Aminudin, 24JD IE Trans JM9-10 NKall21 LM
Here is the English version by me:
“In their eyes,
Painted wounds that are trying to be forgotten,
But still continues to throb,
In the midst of fake laugh of adults.”
Sohibul Aminudin, 24JD IE Trans JM9-10 NKall21 LM
The translation strategy that I used is literal translation
As a newbie, it’s hard to maintain the lyrics, so I focused on the readable and understandable for readers.
Sohibul Aminudin, 24JD IE Trans JM9-10 NKall21 LM
• hanya sunyi,melingkar seperti kalung kesepian di leher mereka. only silence,coiled like a lonely necklace around their necks.
: the silence that struck made emptiness in every corner of this empty space
Ke mana harus kami pulang? = Where should we go home?
” I don’t know where to go home, because my hause is no longer a comfortable place to return to “
menyulam mimpi dari karung goni waktu. = embroidering dreams from the burlap sack of time.
“children who string hopes on rough but meaningful fabric”
Di bawah genting langit yang retak, under the cracked tiles of the sky
: under the sky we are crying
Anak-anak Langit
.Dalam mata mereka,
terlukis luka yang berusaha dilupakan, In their eyes,
lies a wound they strive to forget.
Luka yang datang dari orang-orang yang kejam yang membuat mereka kehilangan milik mereka. The wounds that come from cruel people who make them lose their belongings.
dari semua puisi ini memiliki arti seseorang yang sedang kesusahan dan tetap tegar menjalankan kehidupan demi menemukan jalan yang cerah dalam artian jalan ini memiliki arti kehidupan. Fany Margareta 24 JD P.KWU96 SN 1-2 LM.
Kau lihat, pada pijakan kakimu,
tanah retak menumbuhkan sesuatu—
mungkin keberanian, mungkin luka,
tapi selalu ada kehidupan
yang tidak pernah berhenti.
Bait yang saya suka ini mengandung makna bahwa tindakan yang kita lakukan tidak akan ada yang tahu efek kedepannya seperti apa namun kehidupan akan terus berjalan walaupun tidak sesuai yang kita harapkan. Fany Margareta 24 JD P.KWU 96 SN 1-2 LM
Ide Kewirausahaan yang terpikirkan oleh saya yaitu membuat seminar untuk orang yang kehilangan arah dari kehidupan mereka. dengan adanya seminar itu bisa membuat orang tersebut memiliki motivasi kembali. Fany Margareta 24 JD P.KWU 96 SN 1-2 LM
Puisi ini mengisahkan tentang sebuah hubungan yang penuh dinamika. Diawali dengan semangat juang yang membara, kemudian berubah menjadi penderitaan yang mendalam, namun tetap diikat oleh kesetiaan dan cinta. Fany Margareta 24 JD P.KWU96 SN 1-2 LM
1. Puisi Pejuang di Pinggir Malam menggambarkan perjuangan seseorang melawan kesulitan hidup di tengah kegelapan dan keterasingan, dengan hanya bermodalkan harapan dan keteguhan hati. Meski tanpa senjata atau perlindungan, mereka terus bertahan, mengumpulkan serpihan mimpi yang tersisa dan menjadikannya kekuatan. Ini menceritakan tentang ketabahan manusia yang tetap berjuang meski dalam keadaan paling sulit.
2. Saya menyukai bait ini Kau berjalan di pinggir malam,
di mana bintang-bintang lupa bernyala.
langit seperti cermin retak,
dan kau memandanginya,
melihat dirimu terpantul dalam serpihan.
Bait ini menggambarkan suasana keterasingan dan kesedihan yang mendalam, di mana “berjalan di pinggir malam” melambangkan perjalanan seseorang dalam kesunyian dan kegelapan hidup. Ketiadaan bintang yang bernyala dan langit yang seperti cermin retak mencerminkan hilangnya harapan atau arah, sementara serpihan yang memantulkan diri menunjukkan refleksi atas luka-luka dan perasaan yang hancur. Ini adalah simbol perjuangan batin seseorang yang mencari makna di tengah kehancuran dan kehilangan.
3. Ide bisnis yang terbuka bagi saya adalah menciptakan layanan katering hemat khusus pekerja atau pejuang malam, dengan menu sederhana namun bergizi seperti nasi kotak, sup, atau makanan ringan sehat. Aiko Adhisty 24 JD P.KWU96 SN1-2 LM.
Ralat komentar: 1. Puisi Pejuang di Pinggir Malam menggambarkan perjuangan seseorang melawan kesulitan hidup di tengah kegelapan dan keterasingan, dengan hanya bermodalkan harapan dan keteguhan hati. Meski tidak ada perlindungan, mereka terus bertahan, mengumpulkan serpihan mimpi yang tersisa dan menjadikannya kekuatan. Ini menceritakan tentang ketabahan manusia yang tetap berjuang meski dalam keadaan paling sulit. 2. Saya menyukai bait ini Kau berjalan di pinggir malam, di mana bintang-bintang lupa bernyala. langit seperti cermin retak, dan kau memandanginya, melihat dirimu terpantul dalam serpihan. Bait ini menggambarkan suasana keterasingan dan kesedihan yang mendalam, di mana “berjalan di pinggir malam” melambangkan perjalanan seseorang dalam kesunyian dan kegelapan hidup. Ketiadaan bintang yang bernyala dan langit yang seperti cermin retak mencerminkan hilangnya harapan atau arah, sementara serpihan yang memantulkan diri menunjukkan refleksi atas luka-luka dan perasaan yang hancur. Ini adalah simbol perjuangan batin seseorang yang mencari makna di tengah kehancuran dan kehilangan. 3. Ide bisnis yang terbuka bagi saya adalah menciptakan layanan katering hemat khusus pekerja atau pejuang malam, dengan menu sederhana namun bergizi seperti nasi kotak, sup, atau makanan ringan sehat. Aiko Adhisty 24 JD P.KWU96 SN1-2 LM.
Reply
Ralat komentar: 1. Puisi Pejuang di Pinggir Malam menggambarkan perjuangan seseorang melawan kesulitan hidup meski ditengah kegelapan dan kesepian, dengan hanya ada harapan dan keteguhan hati. Meski tidak ada perlindungan, ia terus bertahan, mengumpulkan serpihan mimpi yang tersisa dan merajutnya jadi satu. Ini menceritakan tentang ketabahan seseorang yang tetap berjuang meski dalam keadaan paling sulit. 2. Saya menyukai bait ini Kau berjalan di pinggir malam, di mana bintang-bintang lupa bernyala. langit seperti cermin retak, dan kau memandanginya, melihat dirimu terpantul dalam serpihan. Bait ini menggambarkan suasana kesedihan yang mendalam, di mana “berjalan di pinggir malam” melambangkan perjalanan seseorang dalam kesunyian dan kegelapan hidup. Ketiadaan bintang yang bernyala dan langit yang seperti cermin retak mencerminkan hilangnya harapan atau arah, sementara serpihan yang memantulkan diri menunjukkan luka-luka dan perasaan yang hancur. Ini adalah simbol perjuangan batin seseorang yang mencari makna di tengah kehancuran dan kehilangan. 3. Ide bisnis yang terbuka bagi saya adalah menciptakan layanan katering hemat khusus pekerja atau pejuang malam, dengan menu sederhana namun tetap bergizi seperti nasi kotak, sup, atau makanan ringan sehat. Aiko Adhisty 24 JD P.KWU96 SN1-2 LM.
Reply
1. Puisi Pejuang di Pinggir Malam menggambarkan perjuangan seseorang melawan kesulitan hidup di tengah kegelapan dan kesedihan, dengan hanya menyimpan harapan dan keteguhan hati, mereka terus bertahan, mengumpulkan serpihan mimpi yang tersisa dan merajutnya jadi 1. Ini menceritakan tentang ketabahan manusia yang tetap berjuang meski dalam keadaan paling sulit. 2. Saya menyukai bait ini Kau berjalan di pinggir malam, di mana bintang-bintang lupa bernyala. langit seperti cermin retak, dan kau memandanginya, melihat dirimu terpantul dalam serpihan. Bait ini menggambarkan suasana kesedihan yang mendalam, di mana “berjalan di pinggir malam” melambangkan perjalanan seseorang dalam kesunyian dan kegelapan hidup. Ketiadaan bintang yang bernyala dan langit yang seperti cermin retak mencerminkan hilangnya harapan atau arah, sementara serpihan yang memantulkan diri menunjukkan luka-luka dan perasaan yang hancur. Ini adalah simbol perjuangan batin seseorang yang mencari makna di tengah kehancuran dan kehilangan. 3. Ide bisnis yang terbuka bagi saya adalah menciptakan layanan katering hemat khusus pekerja atau pejuang malam, dengan menu sederhana namun bergizi seperti nasi kotak, sup, atau makanan ringan sehat. Aiko Adhisty 24 JD P.KWU96 SN1-2 LM.
Reply
Puisi “Anak-Anak Langit” menggambarkan anak-anak yang hidup dalam keterbatasan, terpinggirkan, dan terasing dari dunia yang penuh harapan. Mereka adalah simbol dari mereka yang berjuang melawan ketidakadilan dan penderitaan. “Anak-anak langit” ini melambangkan keteguhan hati, meskipun hidup mereka penuh kesulitan dan kesepian. Dalam puisi ini, mereka diibaratkan sebagai pohon kecil yang berdiri tegak di tengah badai, menunjukkan ketahanan dan harapan yang tak pernah padam, meskipun dunia mengancam untuk menundukkan mereka. Puisi ini juga menyiratkan bahwa perjuangan mereka adalah bentuk perlawanan terhadap ketidakberdayaan dan ketidakadilan yang ada.
Puisi “Di Balik Hujan” menggambarkan suasana kesendirian dan refleksi diri di tengah hujan. Hujan yang “jatuh di dahimu seperti takdir” mencerminkan perasaan yang tidak bisa diubah, dan tanah yang retak menunjukkan bahwa meskipun hidup penuh dengan luka, selalu ada kehidupan dan keberanian yang tumbuh dari situasi yang sulit. Meskipun hujan menghapus jawaban, tetap ada kehidupan yang berjalan meskipun penuh dengan tantangan. Ini mencerminkan keberanian untuk terus maju meskipun menghadapi rintangan, dan menerima takdir yang datang dengan segala ketidakpastian.
Puisi “Menulis ulang hidupmu” menggambarkan tentang perjalanan hidup yang tidak pernah utuh atau sempurna. “Menulis ulang hidupmu” adalah metafora untuk memulai kembali atau memperbaiki masa depan, meskipun pengalaman dan luka masa lalu tetap ada. Pencarian akan tujuan hidup digambarkan dengan cara yang puitis, seolah-olah kita menulis surat cinta untuk masa depan kita. Puisi ini mencerminkan semangat untuk terus berjuang dan berusaha, meskipun tidak ada kepastian tentang apa yang akan terjadi, dan meskipun kehidupan penuh dengan kehilangan dan tantangan.
Puisi “Suara Dari Lorong Kota” menggambarkan perjalanan seorang individu dalam mencari arah di tengah kesendirian dan keterasingan, terjebak dalam “lorong sempit” yang penuh bayangan. Lorong ini simbol dari keadaan hidup yang penuh kesulitan dan kepergian orang-orang yang kita cintai. Namun, ada keberanian dalam menghadapi kesunyian tersebut. Puisi ini mencerminkan keteguhan hati untuk menemukan jalan keluar meskipun berada dalam kondisi yang penuh ketidakpastian dan rasa kehilangan, serta kemampuan untuk mendengar “nada keberanian” meskipun berada dalam keterasingan.
Puisi “Di Balik Tirai Senja” menggambarkan sebuah pencarian akan makna hidup di balik kesulitan dan kegelapan. Selain itu, puisi ini mengajarkan bahwa meskipun hidup penuh dengan luka dan air mata, kita bisa menemukan keindahan dan harapan dalam kegelapan itu. Kehidupan diibaratkan sebagai kanvas yang harus kita lukis dengan keperihan, mengajarkan kita untuk menciptakan cahaya dan harapan meskipun dalam keadaan yang suram.
Puisi “Pejuang di Pinggir Malam” menggambarkan seseorang yang berjuang dalam kesendirian dan kegelapan malam, di mana harapan dan mimpi tampak remang-remang. Selain itu, puisi ini menggambarkan perjuangan untuk bertahan hidup dan terus mengejar impian meskipun segala sesuatunya tampak gelap dan tidak pasti. Ini mencerminkan semangat yang tak tergoyahkan meskipun menghadapi kesulitan besar dalam hidup.