Oleh Nita Kasmidar
Mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi Bisnis Islam, UIN Ar-Raniry, Banda Aceh
Di tengah hiruk-pikuk Kota Banda Aceh, di area Pasar Aceh, terlihat seorang kakek berusia sekitar 70 tahun, berpakaian muslim dan rapi. Sehingga dari penampilannya itu, terlihat berbeda dari pengemis lain. Ia berjalan dengan tongkat, membawa botol plastik yang dipotong sebagai wadah untuk menerima uang dari orang yang lalu lalang.
Penulis yang sedang mendapat tugas melakukan observasi atau mengamati kehidupan para pengemis yang selama ini banyak ditemukan di kota Banda Aceh, langsungemsekati sang kakek.
Sambil duduk dengan sedikit santai, di dekat beliau, penulis mengajukan beberapa pertanyaan. Katakanlah wawancara. Dari wawancara itu, penulis menemukan ada banyak cerita. Sang kakek ini mengungkapkan bahwa ia hidup sebatang kara. Istri dan anak-anaknya telah tiada, dan ia tidak memiliki keluarga yang bisa membantu. Demi memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, ia memilih mengemis.
Setiap hari, ia berangkat dari tempat tinggalnya di Kampung Keudah dengan menumpang becak. Tempat mengemisnya pun berpindah-pindah, dari Pasar Aceh, Lampumerah, hingga masjid-masjid seperti Masjid Oman dan Masjid Baiturrahman.
Ada yang ingin penulis tanyakan lebih lanjut pada sang kakek, terkait motivasinya melakukan aktivitas mengemis itu. Berdasarkan wawancara penulis tersebut faktor yang membuat ia mengemis adalah ketidakmampuan ekonomi, tanpa sumber pendapatan yang pasti. Bukan hanya itu, ia juga menghadapi kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pengemis ini hanya mengandalkan hasil dari mengemis untuk kebutuhan sehari-harinya. Kemudian faktor lainnya yaitu keterbatasan fisik dan usia lanjut yang menyebabkan ia kesulitan dalam mencari kerja dan melakukan pekerjaan berat.
Pendapatan harian yang ia dapatkan dari mengemis berkisar antara Rp50.000 hingga Rp70.000, jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Namun, perjalanan hidupnya bukan tanpa tantangan. Sering kali ia harus menghadapi cuaca buruk, serta sikap acuh dari beberapa orang yang melewatinya. Meskipun begitu, ia tetap tegar dan percaya bahwa setiap lembar rupiah yang diterimanya adalah harapan untuk hari esok yang lebih baik.
Kehadiran banyak pengemis di tengah kesibukan kota selama ini banyak mengundang perhatian. Seperti halnya lelaki tua ini banyak orang yang penasaran, bertanya-tanya tentang bagaimana ia bisa
kisah hidupnya. Bagaimana di usianya yang sudah tua, masih harus hidup dengan hasil mengemas. Apalagi, di balik wajah yang keriput itu terlihat lelah, namun tersimpan semangat kuat untuk bertahan dan menjalani kehidupan meski di tengah keterbatasan.
Apa yang menyedihkan dari kehidupan pengemis-pengemis la sia, seperti sang kakek ini adalah munculnya orang-orang yang mencari kesempatan di tengah kesulitan. Para pengemis lansia ini banyak pula yang dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang mencari kehidupan di atas kesulitan hidup para pengemis lansia itu. Ada yang menggunakan jasa becak dan transportasi lain.
Semua ini mencerminkan kondisi pengemis-pengemis lansia di Banda Aceh yang juga hidup dalam keterbatasan dan keterasingan. Situasi ini menuntut perhatian dari pemerintah daerah. Kiranya, betapa pentingnya langkah konkret dari Pemerintah Aceh untuk menangani permasalahan sosial ini. Pemerintah daerah harus lebih peka dan siap menyediakan program bantuan sosial, pelatihan keterampilan, serta fasilitas tempat tinggal yang layak bagi pengemis-pengemis lanjut usia yang tidak memiliki keluarga.
Selain itu, penyediaan layanan kesehatan dan program pemberdayaan ekonomi melalui pelatihan kerja diharapkan dapat membuka peluang bagi mereka untuk mandiri. Dengan perhatian yang lebih besar, pengemis seperti kakek ini mungkin dapat hidup lebih baik, tidak hanya bergantung pada belas kasihan orang lain, tetapi memiliki kesempatan untukmemperbaiki taraf hidupnya.
Pengamatan ini menjadi pengingat bagi kita semua akan pentingnya solidaritas dan kepedulian sosial. Dalam masyarakat yang saling peduli. Kakek seperti beliau bisa mendapatkan dukungan finansial yang layak agar tidak perlu lagi menjalani masa tua di jalanan. Semoga