Oleh Rival Sihab
Mahasiswa D3 sipil USK, Banda Aceh
Membaca berita di sebuah media online, CNBC Indonesia edisi 21 Oktober 2024 dengan judul “ Ramai-Ramai Perusahaan Pecat Pekerja Gen-Z, İni 10 Alasannya”, dan ditambah dengan sebuah list alasan Mengapa Perusahaan memecat Generasi Z. Berita itu begitu mengejutkan dan bahkan lebih mendebarkan dada, karena diikuti 10 alasan yang sangat tidak menggembirakan bagi kaum generasi Z, kala membaca hasıl identifikasi tersebut.
Sebagai bagian dari generasi Z, penulis merasa prihatin dan sekaligus menampik penilaian itu dan mendorong penulis memberikan komentar dalam tulisan ini. Ada beberapa hal yang membuat penulis harus menulis tulisan ini. Pertama, penulis tidak sependapat tentang penilaian yang menilai kepribadian individu seorang gen z atau millenial ataupun generasi x, yang umumnya dikelompokkan berdasarkan tahun lahir.
Kiranya harus difahami bahwa, karakteristik sifat dan sikap seorang lebih dipengaruhi oleh lingkungan kehidupannya, ketimbang perkembangan zaman, namun tidak bisa dipungkiri, perkembangan zaman dan lingkungan saling terikat dan berjalan seiringan. Yang penulis maksud, bisa saja ada dua atau lebih banyak faktör lain. Misalnya lingkungan hidup seseorang dalam satu perkembangan zaman yang sama. Contohnya, Gen Z, anak anak yang disebut lahir pada tahun maraknya perkembangan teknologi digital.
Mereka dikenal sebagai generasi digital-native pertama yang sudah akrab dengan teknologi canggih sejak kecil. Mereka tumbuh bersama perkembangan pesat internet, media sosial, dan perangkat pintar, namun, di sisi lain, tidak sedikit anak yang lahir di masa yang sama, namun lahir di lingkungan yang kurang beruntung atau dari keluarga yang miskin, atau dari daerah pedalaman atau daerah yang sedang dilanda konflik dan peperangan.
Di luar dari pada konteks pertama tadi, jika penulis menilai secara umum tentang persoalan generasi yang disebut Gen Z ini, berdasarkan sejumlah artikel yang sudah penulis baca, memang benar bahwa adanya seperti yang dikatakan, Gen-Z memiliki masalah dalam dunia kerja, termasuk kurangnya motivasi Gen Z dalam bekerja, tidak adanya profesionalisme dalam bekerja juga, keterampilan komunikasi yang masih kurang, namun kita tidak menyelidiki lebih jauh apa alasan di balık hal hal tersebut. Harusnya hal ini perlu diidentifikasi secara komprehensif lagi.
Secara asumsi saja, itu mungkin karena sifatnya Gen Z, hidup dengan gaya hidup yang serba praktis. Gen Z jadi menarik dunia kerjanya ke dalam dunia personalnya, membawa santai pekerjaan, menjalankan pekerjaan sejalan dengan gaya hidupnya. Nah, dengan Kondisi semacam ini, harusnya, secara garis besar, dunia pekerjaan dan dunia pribadi berjalan terpisah. Contohnya, jangan sampai stress pekerjaan menjadi beban pikiran di keseharian kita, atau jangan sampai masalah personal kita seperti percintaan atau masalah keluarga membuat performa dan profesionalisme kita dalam bekerja menjadi turun.
Kedua, bila kita simak lebih lanjut dari berita di laman CNBC Indonesia tersebut, ada beberapa poin yang menarik perhatian penulis. Berikut sedikit kutipannya.
” Untuk meningkatkan peluang diterima bekerja, perusahaan menekankan ada beberapa kualitas utama yang mereka, termasuk inisiatif dan sikap positif.
Kualitas terbaik yang dicari oleh para pemberi kerja dari fresh graduate termasuk, pertama,memiliki inisiatif. Kedua, memiliki sikap positif, memiliki etos kerja yang kuat,mudah beradaptasi,terbuka terhadap masukan. Lalu selalu tepat waktu dan dapat diandalkan. Bukan hanya itu, mereka juga harus memiliki keterampilan teknis yang solid. Selanjutnya, harus memiliki keterampilan interpersonal yang baik dan pengalaman magang. Tentu saja pengalaman kerja serta menggunakan media media, Mahir pula bermedia sosial yang sesuai dengan pekerjaan serta tidak berpolitik.
Itu semua adalah tuntutan zaman. Oleh sebab itu, dapat kita lihat poin – poin yang dilampirkan dalam artikel adalah poin poin yang umumnya diinginkan setiap perusahaan dalam mencari pekerja, namun, poin ke 12, “hindari politik”, menjadi pertanyaan di benak penulis. Kata – kata “Hindari politik” membuat kesan, politik menjadi hal yang negatif dalam dunia kerja, tetapi, di level seperti apa politik menjadi negatif dalam dunia kerja?
Nah, benar politik akan menjadi hal negatif dalam dunia kerja, jika skalanya besar. Jadi, poin hindari politik tidak perlu dimasukkan, karna memang pada dasarnya pekerjaan terkait politik punya tempatnya sendiri, dan pekerjaan yang tidak terikat dengan politik. Juga tidak perlu ambil pusing terhadap karyawannya yang buta atau melek terhadap politik. Yang harus dipersiapkan oleh generasi Z membuktikan bahwa generasi Z, bukanlah generasi yang lemah dan tidak mampu beradaptasi dengan tuntutan dunia kerja. Karena munculnya berbagai hasil penilaian seperti pada berita pemecatan pekerja darı Gen Z oleh perusahaan-perusahaan adalah ancaman yang serius dan harus disikapi dengan bijak.
M. Rival Sihab