Oleh Said Adli
Aku tidak tahu memulai kegelisahan ini dari mana
dari apa dari siapa
Kesemrawutan sudah lama terjadi
Reformasi yang digerakan dari bawah tanah
dalam organisasi tanpa bentuk
dengan peluh, darah dan kematian
—tanpa air mata
hanya berhasil menumbangkan raja besar
di sana
di Jakarta
Lalu ramai yang berebut warisan keserakahan
yang pada awalnya jadi punca persoalan
Atas nama demokrasi
Atas nama otonomi
Atas nama hak
telah lahir raja-raja kecil
di wilayah kecil
—dan yang kecil terus bermekaran
menjadi lebih kecil-lebih kecil
Raja kecil di negeri kecil
Kursinya tidak kecil
Mejanya tidak kecil
Lacinya tidak kecil
Brankasnya tidak kecil
Di pojok warung kopi di sebuah kampung
seorang petani bertanya kepada sahabatnya
sekarang eselon tiga tarifnya berapa
Kesemrawutan memang sudah lama membumi
meliliti dan mengakar di otak kami
Membeli jabatan menjadi benar
Membeli suara menjadi benar
Mutualisme murahan menjadi alam pikir
—kadangkala fit and proper test menjadi pasar
tempat negosiasi harga-harga
Seorang oportunis bertanya kepada rekannya
Sekarang satu kursi habis berapa?
Di kampung-kampung
rakyat menunggu pemilu
Kicau burung dan lenguh kerbau di sawah
berganti dengan dentingan botol-botol sirup
dan hiruk pikuk kardus-kardus mie instan
Desik dedaunan yang dihembus angin
jadi senyap di antara gemersikan berlembar-lembar rupiah
yang dihitung di pintu-pintu rumah
Di teras masjid seusai shalat Jumat
Seseorang lantang berkata
Kapan lagi, Saudara-saudara
Sekarang kita yang pasang harga
Toh, setelah mereka dipilih kita tak dapat apa-apa
Intelektualitas
Kapasitas
Kredibilitas
Integritas
Sudah dikalahkan oleh popularitas
dan isi tas
Partai sebagai dapur politik
di mana ide dan gagasan diracik
sekarang sepi perdebatan
Tak ada lagi pergulatan pemikiran
Kaderisasi sudah purba
Visi misi hanyalah barisan kata-kata
Pragmatisme sudah jadi landasan
Tujuan singkat merebut atau berbagi kekuasaan
Aku tidak tau semuanya akan berujung di mana
Kesemrawutan merajalela
Wasit dan hakim garis peluitnya hilang suara
atau sudah juga menjual kuasa?
Dari buritan sampan kayu seorang nelayan bertanya
kepada temannya
pemilu kali ini berapa harga satu suara?
Tiba-tiba aku juga ingin bertanya
Kepada diriku sendiri,
Akan terkatupkah tanganku
ketika rupiah-rupiah ditebarkan?
Kepada para perebut kuasa,
Beranikah mereka bersumpah atas nama Tuhannya
untuk tidak lagi membeli?
Kepada punggawa tentang tentang kejujuran dan keadilan
Kepada juri, hakim dan mata-mata
tentang ketegasan tentang penindakan
tentang penghukuman
Aku tidak tahu jawabannya apa
Sebab aku tidak juga berani bertanya
Hanya ada di niat saja
Kesemrawutan ini adalah malapetaka
——rumoh-teungeh-blang—————-
Said Adli, lahir di Nagan Raya, 7 September 1965. Pernah kuliah di prodi bahasa dan sastra Indonesia. Pernah berprofesi sebagai jurnalis di beberapa media cetak di Aceh dan Jakarta. Dulu juga aktif di Koalisi NGO HAM untuk Aceh di masa konflik.
Sekarang menetap menjadi petani di kampung halamannya di pedalaman, Aceh, Kabupaten Nagan Raya. Teman-teman dan sahabat menamai tempat tinggalnya “rumah teungeh blang” karena berada di tengah-tengah persawahan.
Bapak 4 anak dan satu cucu ini sekarang juga bergiat membuat Eco Enzyme dan pupuk organik utk keperluan sendiri dan teman-teman.
Puisinya pertama kali dimuat di harian Waspada tahun 1985 berjudul: saat ini aku sedang tertidur dan bermimpi tentang kamu. Puisi dan cerpen pernah dimuat di waspada, serambi Indonesia, Atjeh post dan lain-lain.
Cerpen berjudul “Canggang” dan ” Tam Galeng” yg dimuat Serambi tahun 1993 pernah mendapat banyak perhatian karena mengungkapkan kekejaman daerah DOM dan dimuat di masa DOM.
Lebih sering menulis untuk kepuasan diri dan tidak pernah menulis untuk antologi.
“Saya baru mau dimuat di antologi kalau editornya sendiri yang memilih dari karya yang sudsj pernah dimuat. Tidak mau setor karya. Apalagi karya dalam rangka….”
Sekarang juga aktif menulis “haiku” puisi khas Jepang (dalam bahasa Indonesia) dan bergabung dalam salah satu komunitas haiku Indonesia.
Puisi “Surat kepada Generasi Kelima “
dibacakan di hadapan pejabat dan penyelenggara pemilu PD acara peluncuran Pilkada di Alun-alun Suka Makmu, Nagan Raya, Kamis kemarin. Atas undangan pihak KIP Nagan Raya.