Oleh; Zulkifli Abdy
Gadis itu menangis tersedu-sedu,
di tengah hiruk-pikuk pesta
kaum elite
Sekujur tubuhnya terus digerayang
tangan-tangan jail sehingga
tak berdaya
Diperkosa tanpa belas kasihan
di hadapan ibunya sendiri,
ibu Pertiwi
Rambutnya lebat terurai pelindung
jiwa meronta, telah dijamah para
penyamun
Gadis itu tak henti-henti menangis,
sementara tubuh moleknya
penuh luka
Akibat perlakuan orang-orang yang semestinya mengasihi dan
merawatnya
Kini gadis malang itu benar-benar
nyaris tenggelam dalam nyanyian
nestapa
Ada rasa cemas bahwa kelak semua
orang akan lupa, dan tak dapat lagi mengenali
Gadis itu kini di persimpangan jalan,
akan kulukis kisahnya di kanvas
ingatan dengan rasa cinta
Agar semua orang dapat melihat
gurat-gurat kecantikan pada raut
wajahnya
Dan menobatkan sebagai putri
nusantara nan elok, laksana ratna
mutu manikam
Gadis itu bernama Indonesia.
(Banda Aceh, medio Agustus 2020)
KILOMETER NOL
Oleh; Zulkifli Abdy
Senja itu bukan senja biasa
Saat kujelang kilometer nol
Mentari merekah merona
Bumi persada terbentang
dari Sabang hingga Merauke
Bagai untaian mutu-manikam
Indonesia dimulai di sini
Jiwa bangsa kita separuh ada
di sini
Senja itu bukan senja biasa
Ketika kuberdiri di kilometer nol
Memandang lautan lepas dengan
lidah-lidah ombak yang menjulur
di bibir pantai
Tiada apa-apa lagi di depanku
selain Samudera Hindia
Senja itu bukan senja biasa
Tatkala mentari terbenam di ufuk
Semilir angin lembut membelai
lamunanku
Aku senang berada di sini
Aku bangga dengan Aceh dan
keIndonesiaan kita.
(Sabang, Medio September 2009)