Oleh Tabrani Yunis
Setiap penulis yang mengirimkan tulisan ke media massa atau publik, pasti ingin tulisannya dimuat, bahkan kalau bisa dimuat dengan cepat, tanpa harus menunggu berhari-hari, berminggu, atau malah berbulan. Para penulis pasti sangat bahagia bila tulisan itu dalam waktu singkat sudah dimuat. Bila di media cetak, seperti surat kabar atau koran, bisa dua hari atau lebih, tapi di media online bisa dimuat dengan sangat cepat. Hanya dalam hitungan detik, sudah dimuat atau diposting, apalagi kalau tulisannya singkat atau juga dalam bentuk puisi yang singkat. Sang Penulis akan sangat bahagia.
Artinya, setiap penulis ingin tulisannya bisa cepat dibaca oleh para pembaca di media yang memuat atau memosting tulisan tersebut. Bukan hanya itu, penulis juga sangat berharap ada pembaca yang mau membaca tulisan tersebut.
Semakin banyak yang membaca, maka akan semakin baik. Dikatakan baik, karena bisa memberikan banyak kebaikan, bila tulisan itu menebarkan banyak kebaikan.
Akan lebih membahagiakan lagi bila ada yang menanggapinya. Semakin banyak orang yang menanggapi, semakin baik dan bersemangat si penulis. Misalnya, kalau dahulu masih era edisi cetak, ada pembaca yang memberikan komentar di surat pembaca, atau bisa juga yang ditanggapi oleh penulis lain, sehingga tulisan itu menjadi sebuah polemik yang menarik. Polemik itu, di samping bisa menambah manfaat, juga memberikan motivasi yang besar terhadap penulisnya serta penanggap.
Penulis yang bersikap terbuka dan ingin terus mengembangkan kemampuan menulis tersebut akan sangat bahagia atau termotivasi dengan banyaknya orang yang membicarakan atau menanggapi tulisan itu. Dikatakan demikian karena, rqespon semacam ini, biasanya semakin mengasah dan mempertajam sikap kritis serta menguatkan rasa percaya diri (self-confidence) sang penulis.
Namun, dalam realitas dunia tulis-menulis, ada banyak pula penulis yang baru, atau sudah berprofesi sebagai penulis masih belum memiliki rasa percaya diri, masih takut kalau ada pembaca yang memberikan tanggapan berupa kritik atau tanggapan yang mempertajam atau mempertentangkan opini dengan penulis. Ada ketakutan, atau merasa takut dikritik, karena takut disalahkan, atau kalau memang salah dalam menulis tersebut, takut dihujat dan sebagainya yang sifatnya bisa memadamkan motivasi menulis.
Nah, di era digital ini, semua sudah berubah dengan begitu cepat. Media cetak yang dulunya menjadi media untuk menyampaikan kritik lewat berita dan surat pembaca, secara cepat mengalami disrupsi yang sekaligus, akan hilang dan ikut menghilangkan komentar di media cetak, lalu masuk ke berbagai ragam media digital, dalam berbagai platform media sosial, seperti Twitter, Facebook, dan Instagram yang memungkinkan pengguna untuk menyuarakan kritik dan pendapat mereka di platform itu. Platform yang memudahkan akses. Ya, bisa diakses dengan sangat mudah dan terdistribusi secara luas pula. Maka, di era digital ini, seorang penulis yang telah mengirimkan tulisan ke media online, tulisan itu dalam hitungan detik bisa dibaca atau diakses di mana saja dan kapan saja serta dapat juga langsung mendapat respon dari para pembaca. Apalagi setelah tulisan itu diposting di satu media, di lanjutkan dengan membagikannya (share) di berbagai platform, seperti WA dan WA Group, Facebook, twitter dan lainnya, respon berapa like, atau respon dengan kata-kata “mantap”, atau pula berupa imagi dan lain-lain. Respon semacam ini hanyalah respon spontan yang sifatnya sekadar memberikan apresiasi. Sayangnya, respon-respon seperti ini, bukan respon yang diberikan karena telah dibaca secara kritis, tetapi hanya sebagai respon yang menghibur.
Bagi seorang penulis yang kritis, akan sangat berharap tulisan yang sudah dipublikasikan dan didistribusikan kepada publik, dibaca secara kritis oleh para pembaca. Sayangnya, tidak semua pembaca memiliki sikap kritis dalam membaca. Jangankan berharap dibaca secara kritis, realitas saat ini banyak yang tidak membaca secara tuntas, lalu memberikan tanda like, atau ungkapan Mantap atau menarik, yang komentarnya tidak tergolong kritis.
idealnya banyak pembaca kritis. Namun, kini jangankan mendapat pembaca kritis, tulisan yang dishare saja tidak dibaca. Oleh sebab itu, penulis merasa beruntung, dua hari lalu, tepatnya tanggal 19 Mai 204 penulis posting sebuah tulisan berjudul “ Menggali Ilmu dan Pengalaman di Karang Asem”, di Potretonline.com, dan membagikannya ke beberapa grup WhatsApp dengan harapan ada yang memberikan respon, namun hanya beberapa yang memberikan apresiasi berupa like atau Mantap. Sementara komentar atau tulisan untuk menanggapi isi atau content,tidak ada.
Penulis merasa beruntung pada Senin 20 Mai 2024 saat ingin menikmati secangkir kopi Arabica Gayo, di Gerobak Coffee yang letaknya hanya 20 meter dari POTRET Gallery, Fajar İlham, Pengelola Gerobak coffee yang penulis kenal sebagai sosok pembaca kritis, karena ia adalah Sodom yang sangat rajin dan banyak membaca buku. Buku-buku yang ia baca adalah buku-buku yang tergolong berat. Maka, setelah ia membaca tulisan penulis di gadgetnya,, ia secara langsung memberikan komentar dan masukan terhadap tulisan penulis tersebut.
Apa yang membahagiakan penulis adalah karena penulis tahu bahwa ia telah membaca tulisan penulis secara tuntas dan ke dua, ia telah mengkritisi tulisan tersebut serta memberikan catatan-catatan yang diikuti dengan masukan terhadap tulisan tersebut. Salah satu hal yang menyenangkan penulis adalah tulisan penulis dibaca dan dikritisi dan mendapat masukan atau input dari pembaca. Kondisi semacam ini hanya bisa duraksan oleh seorang penulis yang terbuka pula terhadap kritik. Tentu sudah menjadi keharusan bağı seorang penulis untuk terbuka terhadap kritik, karena seorang penulis yang kritis adalah tukang kritik. Kemudian, sebuah tulisan yang menarik adalah tulisan yang ditulis secara kritis dan kreatif. Oleh sebab itu, kritik dan saran terhadap tulisan secara lisan atau tulisan sangat diperlukan, karena sesungguhnya itu adalah sebuah bentuk apresiasi terhadap sebuah tulisan dan penulisnya. Semoga semakin banyak muncul pembaca kritis di era digital ini yang secara kritis juga menuliskan kritik dan saran di media, sehingga segala pemikiran yang dikontribusikan, bisa secara berkesinambungan difahami oleh pembaca berikutnya. Semoga.