Oleh Tabrani Yunis
Bagian Pertama
Kata pepatah, jauh berjalan banyak dilihat, lama hidup banyak dirasa. Pepatah ini, tentu tidak berlaku bagi semua orang. Tidak semua orang akan bisa hidup lebih lama dan tidak semua orang bisa berjalan lebih jauh, karena syarat untuk bisa berjalan lebih banyak dan lebih jauh tersebut bukan ditentukan oleh satu faktor. Banyak faktor yang mungkin bisa membuat seseorang untuk bisa mewujudkan aktivias berjalan lebih banyak dan lebih jauh tersebut. karena untuk mendapatkan kesempatan banyak berjalan sangat ditentukan oleh kondisi ekonomi, sosial, kapasitas dan sebagainya.
Tak dapat dipungkiri bahwa uang selalu menjadi penggerak langkah kita, karena ketika kita ingin melangkah lebih jauh, kita harus perhitungan berapa banyak uang yang kita miliki. Apakah cukup untuk membayar uang transport kita, seperti tiket pesawat, tiket kereta api, tiket bus, Taxi bahkan ongkos becak. Bukan hanya untuk transportasi, kita juga membutuhkan uang untuk akomodasi. Ya kalau kita melakukan traveling, tidak mungkin kita akan bisa beristirahat di jalan atau bernaung di bawah pohon saja. Pasti kita akan membutuhkan tempat penginapan.Kalau tidak bisa hotel mewah, ya bisa menginap di losmen atau sejenisnya. Semua ini membutuhkan uang, sebagai biaya akomodasi.
Jadi, untuk biaya transportasi dan biaya akomodasi seperti hotel untuk menginap, selalu membutuhkan uang. Lalu, bagaimana kita bisa berjalan keliling dunia? Berjalan kaki? Eh, tentu bisa saja, namun berapa jauh kita bisa berjalan dan berapa lama kita bisa sanggup melakukannya? Tentu sangat terbatas. Namun, bukan tidak mungkin, tanpa menggunakan uang sendiri, kita bisa mengadakan dan menikmati perjalanan. Bagaimana mungkin?
Ya, bukankah seseorang bisa banyak berjalan, bahkan mengelilingi dunia, apabila punya uang yang banyak dan punya kemauan untuk melakukan perjalanan itu? Jawabannya ya, tapi dalam hidup ini, kita sering mendengar ungkapan, there is nothing impossible. Tidak ada yang tidak mungkin. Apalagi kalau kita yakin bahwa Allah selalu akan memberi jalan bagi orang-orang yang mau berusaha. Asal mau berusaha dan punya cita-cita atau kemauan, insya Allah selalu ada jalan. Seperti halnya para pebisnis atau pedagang yang sukses, apakah didukung atau tidak oleh kegemaran untuk berpetualang, karena kepentingan bisnis atau dagang, mereka harus berjalan hingga sampai ke tujuan. Dengan satu alasan bisnis yang mengharuskan dia melakukan perjalanan tersebut. Ini adalah salah satu prasyarat seseorang melanglang buana atau mengadakan perjalanan alias traveling.
Selain alasan tersebut di atas, ada banyak orang yang juga bisa membuat hidupnya penuh dengan aktivitas berjalan hingga melewati banyak batas negara. Memang uang menjadi alat yang membuat kita bisa berjalan jauh, namun tidak selamanya kita harus memiliki uang yang banyak untuk bisa berpergian hingga berkeliling dunia, melewati batas negara-negara serta benua.
Sekarang ini, ketika akses informasi dan komunikasi semakin berkembang, akses terhadap Informasi pendidikan semakin mudah didapat. Sejalan dengan mudahnya akses tersebut dan banyaknya pihak yang menyediakan program beasiswa, peogram itu membuat para mahasiswa yang memiliki kapasitas istimewa, bisa mendapatkan beasiswa yang membuat mimpi berjalan ke luar negeri menjadi kenyataan.
Pokoknya, seseorang bisa melakukan banyak perjalanan atau travelling, bisa dilakukan dengan banyak cara. Modalnya ilmu, pengalaman dan kemampuan membuat jaringan dengan banyak pihak. Betapa mudahnya bagi orang yang kaya ilmu, pengalaman dan banyak jaringan pertemanan. Orang-orang seperti ini bisa mematahkan alasan berjalan-jalan ke luar negeri karena memiliki banyak uang.
Buktinya, banyak orang kaya dan memiliki banyak uang, tetapi tidak pernah dapat menikmati hidup dengan melakukan banyak perjalanan untuk berwisata atau pelesiran ke berbagai sudut negeri. Alasannya banyak. Ya, bisa karena sibuk dengan pekerjaan mencari dan mengumpulkan uang sebagai upaya memperkaya diri dan lain sebagainya.
Sementara, bagi mereka berilmu dan berpengalaman, memilki prestasi walau tidak punya banyak uang tetapi bisa menikmati banyak perjalanan. begitu pula halnya dengan orang yang giat membangun jaringan kerja sama dan melakukan pekerjaan-pekerjaan sosial. Ia bisa bejalan jauh dan semakin jauh mengelilingi dunia, tanpa harus membiayai perjalanannya sendiri, untuk semua kebutuhan biaya perjalanan. Kalaupun dibutuhkan biaya, biasanya hanyalah untuk keperluan belanjaan yang sifatnya untuk membeli souvenir bagi orang- orang terdekat. Sementara untuk biaya tiket, hotel dan konsumsi, sudah ada yang membayarnya.
Banyak orang yang beruntung karena modal ilmu, pengalaman kerja dan buah dari kemauan dan kemampuan berjaringan secara nasional dan internasional. Penulis sendiri adalah salah satu dari sekian banyak orang itu. Alhamdulilah penulis telah diberikan kesempatan oleh Sang pencipta, untuk menelusuri jalan di beberapa belahan dunia.
Sebelum melangkahkan kaki ke mancanegara yang merupakan impian saat masih kuliah, Penulis ingat, ketika masih kuliah di Prodi Bahasa Inggris, FKIP Universitas Syiah Kuala (USK) di tahun 1980-an. Pernah mencoba ikut seleksi Pertukaran Pemuda. Saat itu memilih Canada, namun karena kemampuan bahasa Inggris dan kapasitas lain belum begitu cakap, hasilnya adalah gagal, tidak lulus. Harapan dan keinginan ke luar negeri tidak terwujud.
Kegagalan itu bukanlah hal yang membuat penulis down, karena kala itu, jangankan ke luar negeri, ke luar daerah yang ada di tanah air saja belum pernah. Untunglah ketika tahun 1986, setahun diangkat menjadi guru bahasa Inggris, penilis mendapat kesempatan ikut penataran guru bahasa Inggris di BPG Sunggal dan tahun 1987 di asrama Haji, Kampung Lalang, Medan, Sumatera utara. Itulah perjalanan paling jauh saat itu. Perjalanan ini sungguh sangat membahagiakan saat itu. Ya, biasalah sebagai sosok yang berasal dari kampung dan keluarga paling miskin, keinginan untuk bisa pergi atau berjalan ke kota besar, adalah harapan yang besar. Penulis ibarat seekor perkutut kampung, yang belum pernah keluar ke mana-mana, kecuali ke Banda Aceh. Itu pun karena merantau melanjutkan sekolah di SPG Negeri Banda Aceh kala itu.
Bersekolah ke Banda Aceh adalah langkah awal keluar dari lungkungan tanah kelahiran, kecamatan Manggeng. Langkah awal untuk mengubah nasib dengan belajar di sekolah yang mengantarkan penulis menjadi guru. Ya, guru yang mengajar di sekolah dasar. Namun, karena semangat belajar untuk mengubah nasib, penulis melanjutkan pendidikan ke program Diploma dua tahun. Namun, perjalanan keliling dunia, masih belum bermula. Karena perjalanan pertama keluar dari Aceh hanya baru terjadi di tahun 1986 dan 1987. Kendatipun dekat, perjalanan itu harus disyukuri.