Oleh Tabrani Yunis
Pagi Minggu, usai salat Subuh, selama mendapat mainan baru yang bernama gadget, kegiatan yang sering dilakukan adalah membuka layar gadget, HP untuk membaca informasi yang masuk di WhatsApp atau juga membaca postingan warga Facebook dan juga menonton video – video singkat yang sesuai dengan selera. Selain itu, selagi masih pagi, tugas di rumah tidak elok diserahkan semua ke pundak isteri. Sebagai seorang suami harus mau mengambil alıh sedikit peran membersihkan rumah, seperti menyapu, menjemur kain yang sudah dibilas dan dikeringkan di mesin cuci dan lain-lain. Kegiatan yang sebenarnya menjadi alternatif olah raga pagi.
Usai melakukan aktivitas rumahan tersebut, maka bersiap-siap untuk ke POTRET Gallery, melakukan aktivitas bisnis dan sekaligus memanfaatkan waktu dan sikap produktif agar hari ini ada sesuatu atau karya yang bisa dibagikan kepada publik. Ya, karena memiliki kebutuhan dan kemampuan menulis, maka kegiatan menulis adalah kegiatan yang menjadi kebutuhan sehari-hari. Rasanya, tidak enak kalau tidak ada satu ide pun ditulis, walau hanya satu atau dua paragraf.
Lalu, ketika berada di POTRET Gallery, usai memasukan uang pecah ke dalam cash register, Penulis menjangkau sebuah buku dari beberapa buku yang diletakkan dekat meja kasir. Sebuah buku yang berjudul “ Generasi Produktif”, buku yang memaparkan tentang cara mengatur waktu agar hidup makin produktif. Buku itu ditulis oleh Ahmad Rifa’i Rif’an yang merupakan Penulis buku yang masuk kategori “Best Sellers “. Karena beliau sudah banyak menerbitkan buku yang menarik dan penting dibaca. Membaca, membantu seseorang menemukan ide, maka buku bagus itu Penulis rain dari sudut meja kasir di POTRET Gallery.
Karena merasa penting dan menarik, maka Penulis mulai membaca pengantar dan dilanjutkan dengan beberapa sub judul yang inspiratif. Dikatakan inspiratif karena dalam setiap ulasan dalam buku itu, memberikan kita ide-ide baru dan mendorong kita untuk menulis. Ya, saat membaca satu topik, pikiran penulis terbawa pada fenomena atau realitas di tengah masyarakat yang menegasikan kritik. Penulis nemakanai bahwa isi buku tersebut adalah berupang kritik-kritik sosial yang disajikan dengan apik, sehingga orang tidak merasa bahwa penulisnya sedang menyampaikan kritik terhadap kehidupan generasi Bangsa yang sedang berjalan. am kehidupan kita. Hanya saja, tidak dianggap sebagai sebuah kritik, karena lebih banyak disaji dalam bentuk motivasi untuk membangun kesadaran yang tidak menohok kebijakan atau menyudutkan orang, tetapi menyasar orang atau kebiasaan umum.
Berbicara soal kritik, mengingatkan penulis pada kebiasaan penulis yang sejak awal menulis opini di media cetak, seperti surat kabar dan majalah atau biletin, yang tulisan-tulisan tersebut umumnya sarat dengan kritik, terutama mengenai pendidikan. Ya, penulis melakukan kritik terhadap berbagai kondisi, dan kebijakan pendidikan di level daerah, maupun nasional. Banyak kritik tajam yang penulis lontarkan dalam tulisan-tulisan tersebut. Sehingga, penulis sering dicap sebagai tukang kritik. Ya, karena Setiap menulis, ısi atau content dari tulisan merupakan kritik terhadap pemerintah. Ya, menarik dan sangat menantang jadinya.
Nah, maka ketika kita menulis opini yang berisi kritik dan apalagi dicap sebagai tukang kritik, dalam kehidupan sosial, kita akan berhadapan dengan dua kondisi. Kondisi pertama yang suka dengan tindakan mengkritik, akan melihat apa yang kita tulis dan kita kritik itu mewakili aspirasi mereka, sehingga mereka pun terus memberikan dukungan dengan berkata, Ditunggu tulisan berikutnya. Selain kemungkinan sesuai dengan pikiran mereka, bisa jadi mereka sangat faham dengan apa yang dikatakan kritik tersebut, peran dan fungsi, serta tujuan mengkritik.
Ya, sebab bila hal itu difahami sebagai sebuah kritik, maka kondisinya akan berbeda. Kritik yang berasal dari bahasa Yunani, kritikos yang berarti bisa atau dapat didiskusikan sebenarnya sangat diperlukan. Sebab, kata kritikos yang diambil dari kata krenein berarti memisahkan, mengamati, menimbang, dan membandingkan. Selanjutnya, sebagaiman sering kita ucap dan gunakan, sesungguhnya setiap manusia memiliki kebebasan untuk berpendapat. Dengan demikian kita memiliki hak untuk memberikan kritik atau penilaian.
Apalagi kritik yang dimaksud di sini adalah kritik yang bisa membangun untuk menjadikan seseorang atau suatu saran untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Bukan hanya itu, kritik juga sebagai bentuk atau tindakan penilaian terhadap suatu hal.
Idealnya, kritik itu tidak dinegasikan, namun dalam kehidupan kita sehari-hari, ketika seseorang mendapat kritik atau dikritik oleh seseorang, maka muncul banyak reaksi terhadap kritik, yang mungkin saja karena tidak memahami makna yang ada di balık kata kritik tersebut. Ya, banyak yang kebakaran jenggot, marah dan benci terhadap orang-orang yang melayangkan kritik tersebut. Anehnya, pula ketika kita melayangkan kritik terhadap kebijakan seorang pejabat, ya dalam hal ini, penulis sering mengkritik kebijakan pendidikan di daerah ini, yang menyorot perilaku atau gaya kepemimpinan pejabat Dinas Pendidikan, maka ada pihak loyalis atau penjilat yang ikut marah atau kebakaran jenggot dengan kritik yang ditulis
Penulis sendiri yang mulai menulis dan aktif melakukan kritik di media sejak 1989, telah sering menerima risiko darı aktivitas menulis dan mengkritik tersebut. Sejalan dengan profesi penulis sebagai guru bahasa Inggris, di mana Kanwil Pendidikan saat itu sebagai lembaga yang mengurus guru, Penulis pernah beberapa kali dipanggil oleh atasan dan ditegur bahkan disidang serta diancam mutasi ke daerah, juga pernah dipindah tugas ke sekolah lain, tanpa ada peringatan, serta pernah dibe tak-ben tak oleh kepala dinas, karena menulis opini yang mengkritik kebijakan atasan. Namun, semua itu penulis hadapi dengan tenang dan semakin menambah semangat menulis, hingga kini, sampai usai pensiun darı tugas sebagai guru.
Bagi penulis, menulis opini yang mengandung kritik tersebut adalah sebuah kegiatan yang menarik dan penting, karena sebagaimana kita ketahui melakukan kritik dan menulisnya dalam sebuah tulisan merupakan sebuah proses yang sangat bermanfaat. Sebab, kritik merupakan sebuah proses mengidentifikasi masalah-masalah, lalu menganalisis dan evaluasi terhadap sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki pekerjaan atau situasi di sustu tempat, bahkan negara.
Dengan demikian, harus difahami bahwa kritik tersebut sesungguhnya sangat perlu dan penting keberadaannya. Dikatakan demikian, karena eksistensi kritik merupakan respon yang wujudnya adalah penilaian yang objektif dan seimbang mengenai yang dikritisi. Kritik itu pun sebenarnya disampaikan untuk menanggapi sustu kebijakan, opini, pernyataan atau juga kinerja pemerintah dan sebagainya yang berfungsi sebagai warning atau peringatan, saran atau masukan, serta usulan-usulan untuk perbaikan, Sehingga terjadi sebuah perubahan ke arar yang lebih baik.
Oleh sebab itu, selayaknya kritik-kritik yang disampaikan oleh seseorang atau seorang penulis lewat tulisannya, tidak dianggap negatif, apalagi sebagai ancaman terhadap sebuah kebijakan dan jabatan atau posisi di sebuah instansi seperti halnya kepala Dinas dan sebagainya. Semua orang, pejabat Pemerintah harusnya terbuka terhadap kritik yang disampaikan oleh masyarakat, pemerhati atau Pengamat dan siapa pun yang Peduli dan mau menyampaikan kritik. Sehingga dengan kritik tersebut dapat mendorong terjadinya perubahan ke Arab yang lebih baik. Semoga
Tabrani Yunis
Pimpinan Redaksi Majalah POTRET, Pegiat Literasi dan Pensiunan Guru Bahasa Inggris