Oleh : SHIFA DWI ARTASYA
Siswi Kelas XII Unggul-2 SMA Negeri 1 Tanah Jambo Aye, Aceh Utara
TIDAK terasa status sebagai siswa yang saya sandang sebentar lagi akan berganti menjadi Mahasiswa. Ya, Alhamdulillah saya lulus di Universitas Malikussaleh dengan jurusan Ilmu komunikasi.
Perkenalkan nama saya Shifa Dwi Artasya. Saya bersekolah di SMA Negeri 1 Tanah Jambo Aye, salah satu sekolah negeri yang berlokasi di Kecamatan Tanah Jambo Aye, Kota Panton Labu tepatnya di penghujung Aceh Utara bagian timur.
Saya menjalani lima semester di SMA seperti siswa-siswa lainnya. Bisa dikategorikan saya ini termasuk siswa yang biasa- biasa saja.
Selama lima semester saya hanya memperhatikan pelajaran yang saya minati, sampailah dimana ketika memasuki semester enam atau tepatnya awal bulan Januari 2023, saya sadar kalau masa SMA ini tinggal sebentar lagi.
Sedangkan saya butuh persiapan yang mantap untuk menghadapi ujian nasional (UN) serta tingginya tingkat persaingan masuk PTN nanti.
Akhirnya saya betul- menyadari bahwa perjuangan yang keras dalam belajar adalah salah satu cara untuk meraih kesuksesan. Setelah merenungkan tentang lemahnya semangat belajar saya selama ini, dan tidak memanfaatkan waktu dengan baik, maka hari ini saya mengakui begitu besar rahmat Allah yang telah diberikan kepada saya, yang tidak mungkin menyia-nyiakan kesempatan baik ini.
Saya harus berjuang sekuat tenaga untuk dapat meraih impian orang tua yang ingin menyaksikan anaknya menjadi orang yang sukses, berniat memperbaiki semuanya, harus belajar tiga kali lebih giat dari sebelumnya.
Karena selama ini saya merasa sangat ketinggalan dalam belajar. Kata orang di SMA adalah kesempatan untuk menebar segala rasa,mengukir hari-hari yang indah, belajar bersama, berbagi rasa dan cerita bersama teman, karena masa SMA itu masa yang paling indah.
Di usia kita beranjak dari anak- anak menjadi seorang remaja yang bergelora. Kalaulah bisa waktu ini berputar, saya akan mengisi hari-hari dengan mengukir berbagai prestasi agar bisa menjadi nostalgia yang bersejarah di masa yang akan datang.
Sungguh sangat menyesal, tapi apa boleh buat nasi sudah menjadi bubur, biarlah kenangan yang manis ini terkubur ditelan waktu,yang penting sekarang saya sudah terjaga dari tidur yang tidak terlalu lelap.
Meraih impian di masa depan adalah target terhebat di benak ini, semoga Allah mengabulkan cinta dan cita yang cemerlang.
Saat ini saya semakin yakin tidak ada yang mustahil di dunia ini, ketika kita berusaha dengan penuh semangat, tentu saja usaha dan do’a harus seiring, agar apa yang kita cita-citakan tercapai.
Awalnya pada hari pengumuman kelulusan SNBP, saya merasa begitu bahagia, namun di saat yang bersamaan pula ada begitu banyak keraguan yang terlintas di dalam benak saya.
Membayangkan kondisi keluarga yang mungkin tidak mampu membiayai saya untuk kuliah, kehidupan keluarga saya sangat sederhana, kedua orang tuaku harus bekerja keras untuk menghidupi anak- anaknya.
Pengalaman pahit dan getirnya kehidupan membuat saya kuat, harus berjuang untuk mendapat kesempatan menjadi orang sukses seperti mereka di luar sana.
Kemelut dalam keluarga ini harus berakhir, untuk itu saya harus semangat untuk meraih semua ini, tidak ada yang tidak mungkin kalau Allah berkehendak tidak ada yang bisa menghalangi, yakinlah itu.
Kesanggupan untuk menjalani ini semua adalah karena saya tidak ingin keterpurukan selalu membelenggu kehidupan keluarga saya.
Saya kan raih kesuksesan ini agar bisa mempersembahkan kepada kedua orang tuaku. Ya Allah kabulkanlah cita-cita mulia hambamu ini dengan penuh berkah dan kasih sayang-Mu. Saya hanya bisa mencucurkan air mata dalam setiap sujud dan do’a-do’aku.
Kesenangan yang tadi saya dapatkan pun perlahan kian berubah menjadi rasa cemas yang berlebihan kala setiap teringat biaya ke depannya.
Tapi demi mewujudkan cita-citaku berbekal keyakinan dan doa dari kedua orang tua, saya yakin untuk melanjutkannya.
Mengingat perjuangan mama yang hanya berkerja sebagai buruh cuci dan perjuangan ayah yang rela bekerja di kota orang demi membiayai pendidikan saya.
Jadi, saya harus semangat, berjuang sekuat tenaga demi meraih impian orang tua.
“Kak, kakak harus jadi orang yang sukses ya. Mamak dulu tidak kuliah kak, jadi mamak harap kakak bisa kuliah biar bisa angkat derajat keluarga,” ucap mama kala itu.
Saya tak dapat membendung air mata, bagaimana pun caranya aku harus menjadi orang yang sukses.
“Kak, cukup ayah saja yang putus kuliah karena terhalang biaya, kakak jangan, kakak belajar yang rajin, soal biaya Insya Allah apa aja ayah kerjakan di sini,”ucap ayah.
Sebagai anak, roboh sudah pertahanan saya,tak bisa terbendung lagi air mata ini, melihat perjuangan kedua orang tua saya untuk membiayai pendidikan saya,demi mencapai cita-cita.
Ya, saya harus menjadi seorang yang sukses, harus bisa mengangkat derajat orang tua, juga harus bisa menjadi contoh yang baik terhadap adik-adik.
Saya harus belajar yang giat demi mencapai itu semua dan akan mengecewakan mereka yang mengharapkan kesuksesan saya.
Nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan. Yakinlah kalau semuanya telah diatur oleh Yang Maha Pengatur.
Kita tinggal usaha semaksimal yang kita bisa ataupun lebih, lalu serahkan kepada-Nya.
Satu kalimat penutup cerita perjuangan saya ini adalah “usaha tidak pernah mengkhianati hasil, yakinlah, dan usahakan yang terbaik dari diri kamu.”
Untuk adik-adik yang saat ini menuju kelas XII, saran saya yaitu sadarlah secepatnya, tentukan targetmu dari awal, karena tantangan menuju kampus impianmu memang benar-benar berat.
Jangan mau menyesal di akhir, karena penyesalan di akhir gak ada gunanya. Inilah perjuangan saya masuk ke kampus impian ini, semoga mencerahkan.
Semoga perjuangan saya menuju kampus impian tidak akan sia-sia.(*)