Oleh : HALIMATUN SAKDIAH
Siswi Kelas XII Unggul-2
SMAN 1 Tanah Jambo Aye, Aceh Utara
SOSOK ayah yang katanya sebagai cinta pertama anak perempuannya tidak sepenuhnya benar, tidak sedikit anak perempuan yang tidak merasakan cinta seorang ayah dari kecil.
Mungkin memang karena ayahnya sudah tiada sejak kecil atau memang tidak mengetahui siapa sosok ayahnya, tetapi sebagai anak perempuan yang memang kehilangan sosok ayah dari kecil, aku menuliskan ini.
Mungkin kurang lebih dirasakan oleh para anak perempuan lainnya yang tidak mendapatkan sosok ayah di dalam hidupnya atau di sebagian hidupnya.
Hidup ini adalah sebuah hal yang sangat penting dan berguna bagi setiap manusia. Salah satunya adalah ketika mempunyai kehidupan yang sederhana, akan tetapi sangat bermakna untuk dijalani.
Memiliki keluarga yang lengkap dan sempurna adalah impian dan keinginan terbesarku hingga saat ini.
Aku selalu bermimpi mempunyai keluarga yang lengkap dan bahagia, berharap semua itu menjadi sebuah kenyataan.
Huh…,ternyata aku salah. Semua itu hanya mimpi yang mustahil menjadi sebuah kenyataan. Aku hanya seorang anak perempuan biasa yang sejak kecil tinggal bersama ibu di rumah yang sangat sederhana dan jauh dari kata sempurna.
Seiring berjalannya waktu aku mulai tumbuh menjadi seorang gadis kecil yang menyebalkan bagi ibu. Walaupun menyebalkan, tetapi ibu tetap menyayangiku dan menjagaku di setiap waktu.
Terkadang aku melihat anak perempuan lain yang selalu bersama ayahnya. Mengapa aku tidak seperti itu ibu?
Ibu menjawab, nak…! ayahmu itu disayang sama Allah, makanya Allah panggil ayah cepat dibanding kita.
Dengan wajah sedih dan menangis ibu tidak menjawab lagi dan aku menatap wajah ibu yang dipenuhi dengan kesedihan.
Setelah itu, aku tidak bertanya lagi kepada ibu karena akan sangat menyakiti perasaan ibu.
Setelah mendengar Jawaban dari ibu, aku mengambil sebuah kesimpulan bahwa aku harus membahagiakan ibu tanpa membuatnya mengeluarkan air mata kesedihan. Aku ingin menjadi wanita yang mandiri, kuat, berkarakter, dan bertanggung jawab seperti ibuku.
“Ku jalani hari dengan kesendirian, tanpa seorang ayah yang mengisi ruang dan waktu.”
Rasanya kutertanam menahan luka yang dalam, hampir saja ku ingin putus asa, melihat keadaanku saat ini.Namun aku harus tetap tegar demi masa depan.”
Hari demi haripun berlalu, kini aku sudah melewati masa-masa kecilku dan berganti dengan masa remaja yang akan menjadi tumbuh dewasa.
Ternyata berat yah. Melewati semua fase sendirian, berjuang melawan keadaan. Kataku dalam hati.
Tetapi aku harus bisa karena ini semua demi masa depan dan keinginan terbesar ibuku agar aku bisa selalu berusaha untuk menggapai cita-cita yang selama ini aku mimpikan.
Pada suatu hari, aku sedang duduk di taman masjid Pasee untuk menghilangkan sedikit beban dan ingin menikmati suasana sejenak.
Di situ aku melihat ada seorang perempuan seusiaku bersama dengan ayah dan ibunya. Betapa bahagianya wanita itu bisa mendapatkan cinta dan kasih sayang seorang ayah, dukungan dari seorang ayah untuk anaknya yang selama ini aku harapkan.
Ketika itu aku sedang duduk sambil memandang ke langit, langsung air mataku jatuh. ingin rasanya aku teriak mengeluarkan semua yang aku pendam.
Ingin rasanya aku memeluk sosok ayah dan berkata aku tak sanggup melewati semua ini sendirian, sampai kapan aku mampu bertahan.
Ya Allah bagaimana rasanya dekat dengan ayah, mendapatkan kasih sayangnya dan di dukung olehnya.
Terkadang, aku selalu berfikir mengapa aku tidak seperti mereka yang mempunyai segalanya untuk seorang ayah. Ibu adalah segalanya bagiku. Ia ayah sekaligus ibu dari dulu hingga saat ini.
Semandiri apapun aku, pasti ada waktu dimana aku ingin menjadi wanita manja seperti wanita lainnya. Bisa bersandar dan menangis dalam pelukan seorang ayah.
Tetapi keadaan memaksaku harus menjadi wanita kuat dan mandiri, harus tersenyum pada dunia setelah apapun masalah
yang menimpa dan rintangan yang menghadang, harus bisa mengusap air matanya ku sendiri.
Begitulah seterusnya, aku menjalani hari-hariku sebagai wanita yang harus mandiri dan mampu melewati setiap kesulitan yang terkadang menghampiri, hingga saat ini aku sudah tumbuh dewasa tanpa seorang ayah.
Terkadang orang bertanya, mengapa kamu bisa sekuat ini menghadapi semua yang kamu alami?
Aku menjawab, ini tidak seberapa dan tidak sebanding dengan perjuangan ibuku membesarkanku sendirian, berjuang mati-matian agar aku bisa seperti sekarang ini.
Ini saatnya aku ingin membahagiakan ibuku dengan menjadi wanita mandiri demi menggapai impianku dan mengangkat derajat ibu yang sudah merawatku dari kecil tanpa melibatkan orang lain dalam memikul beban dan bekerja keras menafkahiku.
Di sini aku selalu bersyukur dengan semua yang ada, karena belum tentu anak perempuan lain sekuat diriku. Tanpa aku sadari sebenarnya aku adalah sosok yang kuat. Mengapa demikian?
Karena ketika anak perempuan lain bisa merasakan pelukan seorang ayah, tapi aku dengan begitu kuatnya dapat menghadapi semuanya tanpa pelukan dari seorang ayah.
Banyak sekali hal yang pengen banget untuk kugapai akan tetapi dipatahkan oleh keadaan ekonomi dan lainnya.seperti yang sekarang lagi kurasakan, ingin sekali menjadi seorang mahasiswa, dengan begitu mungkin bisa untuk membahagiakan ibu dirumah.
Akan tetapi Allah mungkin memberikan jalan yang lain untuk kutempuh. Aku percaya bahwa skenario Allah lebih bagus dari apa yang aku rencanakan.
Aku memetik pesan moral dari kisah hiduku ini adalah, kita harus bersyukur karena aku masih memiliki seorang ibu.
Sosok yang begitu amat sangat mulia, yang seharusnya menjadikan ibu sebagai sosok cinta pertamaku yang begitu aku muliakan.
Sebagai anak perempuan yang harus tetap sabar dan kuat menjalani lika-liku kehidupan tanpa seorang ayah.
Selalu berusaha dan berdo’a agar bisa tetap mandiri dan penuh semangat untuk menggapai sebuah mimpi yang belum terwujud.
Senantiasa tetap tersenyum selalu dalam kondisi dan situasi apapun itu, agar dunia bisa melihat bahwa wanita kuat seperti aku bisa sukses dan berkarakter walau tanpa seorang ayah.(*)