Oleh Tabrani Yunis
Bilik bilik kecil bersuara dan bercerita
Berdenting -denting membahana
Menggema menusuk asa
membakar ambisi berkuasa
Ada selaksa harapan menggelora
Di setiap lembaran penuh rahasia
Yang melahirkan sejuta kisah dan cerita
Begitu banyak wajah menggantung kata
Melantunkan sejuta doa
Tuk meraih kursi yang tersedia
Serasa kemenangan sudah di depan mata
Padahal impian tak selamanya nyata
Pucuk dicinta ulam tiba
Berharap suka penuh ceria
Namun lumuran air mata harus diseka
Hingga suara-suara itu menebar nestapa
Darah darah dusta berselimut nista
Menghilangkan asa dan rasa tuk meraih tahta
Karena suara -suara itu harapan bangsa
Makin tak ada yang bisa dipercaya
Tangan -tangan pendusta terus menoreh luka
Menari-nari di panggung sandiwara
Dihiasi selaksa cerita curang dan dusta
Apa yang dapat dijadikan punca menuju asa, kala dusta mengepung cita-cita merdeka
Yang ada hanya nafsu berkuasa yang mendera
Seperti gelegar menggetarkan dada
Mengguncang – guncang ambisi berkuasa
Kursi kekuasaan nan begitu menggoda
Menghitung angka-angka di bilik suara
Menayangkan tumbuh membawa makna
Pada suara nan begitu berharga
Namun bilik-bilik suara berdesah-desah
Dibalut helaan nafas resah
Kalut dihantui kekurangan pada jumlah
Bergelembung – gelembung bagaikan bah
Dan menyempit hingga ke lembah
Resah pun kian berkecambah
Suara- suara itu berubah murah
Cukup dibeli beberapa rupiah
Padahal tak bisa mengubah arah
Kala kecurangan menjadi wabah
Biduk ini pun kan kehilangan arah
Karena rakyat semakin susah
Yang dikalahkan semakin resah
Yang menang merasa kian meriah
Merawat kecurangan yang semakin parah