Oleh Tabrani Yunis
Judul buku yang ditulis oleh Salahuddin Al Ayyubi “‘Merajut Asa Bersama Anak Negeri” Peta literasi POLRI dari Sabang sampai Mereuke” sangat menarik untuk disimak dan dijadikan sebagai oase yang memercikkan berbagai aroma inspirasi untuk berbuat baik, menjadi sosok yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat, bahkan Bangsa,negara dan agama.
Berpikir positif, dalam bahasa Inggris sering kita dengar dengan sebutan positive thinking. Kata yang menjadi kata kunci atau key word yang diangkat oleh penulis buku ini. Ya, sebagaimana kita semua memahami bahwa berfikir positif merupakan cara pikir yang baik, aman, damai, dan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Dikatakan demikian, karena berfikir positif juga emergi positif yang cara dapat mendorong, mengakselerasi lahirnya sikap kritis, kreatif, innovator dan produktif, bijak serta banyak mendatangkan kebaikan.
Dalam banyak Literatur yang kita baca, baik yang bersumber dari buku-buku, maupun dari sumber online, Positive thinking’ dimaknai sebagai sebuah cara berfikir yang diproses secara positif yang menghasilkan “energi yang positif”.
Energi yang akan menghasilkan pemikiran-pemikiran dan sikap-sikap yang baik yang dapat membuat kita bersemangat, melakukan hal-hal yang benar dan menjadi bahagia. Tujuan akhirnya adalah kebahagiaan. Kebahagiaan yang hakiki, berupa kepuasan batin, pada tataran self-esteem.
Biasanya, orang yang berpikir positif memiliki sikap peka atau kepedulian terhadap masalah atau persoalan yang muncul dan terjadi di sekitar atau di lingkungan dalam konteks mikro dan makro. Sikap-sikap positif itu pula mendorong orang untuk berbuat atau melakukan sesuatu atas nama kebaikan. Kebaikan yang bisa mendorong perubahan ke arah yang lebih baik dan lebih bermanfaat. Orang yang selalu berfikir positif cenderung lebih produktif dan solution. Sebab, orang berpikir positif, tidak mau menjadikan dirinya bagian dari masalah, tetapi sebaliknya menjadi solusi terhadap masalah yang muncul.
Nah, buku Merajut Asa Bersama Bersama Anak Negeri “ PETA literasi POLRI Dari Sabang sampai Mereuke ini, merupakan buku yang dari sikap positif thinking- penulis yang melahirkan ide-ide bernas dan menjadi aksi yang inspiratif. Penulis yang memiliki pikiran dan aksi positif ini dalam buku ini memaparkan “ Best Practices “10 sosok Polisi yang berfikir Positif, dan berperilaku serta bertindak positif. Ke 10 sosok polisi yang berfikir dan bertindak positif ini adalah sosok polisi yang inspiratif dalam membantu Anak negeri. Paling kurang ada dua hal yang sangat menarik untuk diambil hikmah dari 10 sosok polisi inspiratif ini. Pertama, di tengah terjadinya degradasi apresiasi terhadap polisi yang disebabkan oleh oknum polisi yang berperilaku dan bertindak negatif, yang mencoreng nama baik institusi POLRI,
sepuluh sosok polisi inspiratif ini dengan pikiran positif mereka telah mendorong mereka melakukan sejumlah kegiatan yang positif dan sangat membantu serta bermanfaat, bukan saja masyarakat yang dibantu, tetapi juga membangun Citra positif institusi POLRI. Tentu masih banyak sosok polisi inspiratif seperti ini yang selama ini telah mempraktikan cara berpikir positif dan dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan inspiratif untuk berbuat baik. Kita bisa belajar pada Aipda Wahyu menyelesaikan berbagai persoalan masyarakat petani sayur di daerah Deli, Sumatera Utara yang bukan hanya itu, tetapi terlibat aktif membangun kemampuan literasi Anak negeri.
Kedua, tentu tak kalah menarik ketika menelusuri jejak para polisi inspiratif lainnya dalam buku ini. Nah, kita bisa membaca dan meyimpulkan bahwa sosok inspiratif ini melakukan kegiatan sebagai pegiat literasi anak negeri karena terpanggil jiwa mereka untuk berbuat sesuatu yang mendatangkan manfaat bagi masyarakat. Mereka membangun kemampuan literasi Anak negeri yang saat ini diklaim sedang dalam kondisi darurat literasi dan numerasi. Ya, negeri ini yang mendapat bonus demografi, namun diserang persoalan kemampuan literasi yang rendah, kesempatan emas ini bakal terancam. Selayaknya kita belajar banyak dari sosok-sosok inspiratif ini. Para generasi muda, yang kini kita sebut sebagai generasi milenial, selayaknya bisa belajar banyak pada Aipda Wahyu, Aipda Belmi yang telah melakukan berbagai program dan kegiatan literasi di berbagai daerah dari Aceh hingga ke Provinsi lain di Indonesia, seperti Kalimantan Barat.
Tidak kalah pula sosok polisi inspiratif yang menjadi sahabat Anak ini. Tersebut lah nama Aipda Burhan yang bertugas di Bima. Sungguh luar biasa kekuatan buah dari cara berpikir positif yang beliau wujudkan dalam membangun kemampuan literasi Anak negeri ini. Banyak pelajaran yang sangat inspiratif diberikan kepada kita yang bisa kita simak dalam buku ini.
Hadi Hamonangan Sitanggang, merupakan sosok Polisi muda yang juga sangat menginspirasi dalam buku ini. Sosok polisi yang juga dipanggil sebagai Mister Hadi ini sangat menginspirasi. Apalagi kisah atau best practices yang diberikan diulas begitu dalam dan lugas oleh penulis buku ini. Kita memang patut memberikan apresiasi terhadap pengabdian masyarakat dalam upaya membangun mastarakat yang Cerdas.
Bripka Sandry Yusuf yang diceritakan dalam buku ini memberikan pengetahuan, pengalaman dan nilai-nilai positif yang memberikan banyak hikmah bagi pembaca. Berapa tidak, polisi kelahiran Jayapura ini begitu Sukses membangun desa yang damai, tenang dan harmonis dengan giat mengajarkan calistung kepada Anak-Anak. Ia tampaknya memang bangkit dari kesadaran akan buruknya kemampuan literasi dan numerasi Anak Bangsa.
Tentu tidak salah bila penulis buku imi kemudian mengangkat cerita tentang sosok-sosok polisi berpikir positif dan menjadi sumber inspirasi, seperti beberapa sosok yang sudah disebutkan di atas. Tidak pula keliru bila mama ini juga menjadi sosok yang inspiratif. Ya, Bripka Harianto yang mencerahkan segala kebaikan dengan Apa yang ia miliki. Sosok yang mempelopori 5 Komunitas baca sebagai wujud kepeduliannya terhadap persoalan rendahnya kemampuan literasi Anak negeri. Berapa cerdasnya generasi Bangsa Indonesia bila memiliki banyak sosok polisi inspiratif seperti Bripka Harianto ini.
Pelajaran lain yang diberikan oleh sosok polisi inspiratif dalam buku ini adalah Brigadir Mudiyanto di Natuna. Seperti yang ditulis dalam buku ini, adalah Penggerak revolusi mental dan pelopor terrible sosial di ruang publik, menghadirkan innovasi pada perpustakaan keliling untuk membangun gerakan cinta membaca di wilayah pengabdiannya, di kelurahan Ranai kota, Natuna.
Rasanya, belum puas hati bila tidak membaca sosok polisi inspiratif yang satu ini. Ya, Bripka Ilham Nur yang mampu menjalankan fungsi sebagai guru, pendidik, pegiat literasi di Sinau Barat. Ceritanya begitu menarik ditulis oleh penulis buku ini. Banyak pengalaman menarik yang bisa kita petik dan menjadi bahan literatur bagi pegiat literasi di tanah air. Oleh sebab itu, Jangan pernah lewat atau skip tulisan menarik tentang perjuangan seorang Ilham Nur selama ini.
Kisah inspiratif Bripka Indra Wahyudin, polisi kelahiran Pangkal Baru, 1986 juga membuat rasa ingin tahu menggebu-gebu untuk membuka tabir rahasia best practices yang telah diukir di tengah masyarakat yang semakin jauh dari aktivitas membaca ini. Sosok yang memanfaatkan aura sikap dan cara berpikir positif ini, begitu innovative dalam membangun kemampuan literasi Anak negeri ini. Wajar saja bila beliau banyak memetik buah kebaikannya dalam bentuk penghargaan.
Selanjutnya Brigpol Khairi memiliki cerita yang tidak boleh lupa untuk dipetik hikmahnya. Berbagai aktivitas yang Kreatif, Innovative, produktif lahir sebagai wujud dari kehebatan berpikir dan bersikap serta berbuat hal positif yang melahirkan banyak kebaikan. Ya kebaikan yang kemudian mewujudkan kebahagiaan batin, yang nilainya jauh lebih besar dari keuntungan finansial.
Nah, last but not least. Kekuatan berpikir positif telah menjadi kekuatan bagi banyak orang dan juga bagi 10 sosok inspiratif dalam buku ini. Para polisi inspiratif ini telah menyadarkan kita bahwa pikiran positif itu melahirkan rasa kepedulian, menggerak kemauan untuk bergerak dan berbuat baik. Hasilnya adalah kepuasaan batin, karena dianugerahi kemauan untuk berbuat baik demi kemajuan dan Kecerdasan Anak Bangsa ini. Oleh sebab itu, baca lah dan baca serta ambil hikmahnya. Semoga
Tabrani Yunis
Pemimpin Redaksi Majalah POTRET. Penulis buku “ Membumikan Literasi “
Berdomisili di Banda Aceh