Oleh Faizul
Siswa Kelas XII IPS, Madrasah Aliyah Darul Ulum Banda Aceh
Menjadi seorang penulis mengantar kita pada petualangan tak terduga, membenamkan diri dalam dunia yang penuh warna dan keajaiban. Setiap kata yang tercipta, seperti langkah kecil, membuka pintu menuju realitas imajinatif yang tak terbatas. Menjadi seorang penulis bukanlah sekadar memegang pena dan mencoret-coret kertas, melainkan sebuah perjalanan yang memunculkan jejak-jejak kehidupan yang tak terlupakan di balik setiap kata yang tertulis. Esai ini akan mengupas tuntas mengenai pengalaman dan tantangan di balik pena, merinci jejak-jejak awal dalam perjalanan menjadi seorang penulis.
Sebagai seorang pelajar Madrasah Aliyah (MA) yang tengah meniti perjalanan pendidikan, saya, Faizul, menemukan kecintaan saya pada dunia tulis-menulis di tengah kesibukan mengejar ilmu agama. Perjalanan ini bermula dari suatu hari di pondok pesantren yang tentram, di mana pandangan saya tertuju pada brosur lomba tingkat MA. Ironisnya, meskipun tertarik, saya tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang esai.
Pada saat itu, hidup saya penuh dengan rutinitas keagamaan, dan dunia tulisan sepertinya merupakan sesuatu yang jauh dari pemahaman saya. Namun, semuanya berubah ketika seorang guru di sekolah, Bu Siti Aminah, meminta saya untuk membuat opini dengan judul “Indahnya Menjadi Seorang Santri.”
Awalnya, saya merasa bingung dan kurang percaya diri. Saya bahkan tidak tahu bagaimana membuat tulisan dengan baik. Tapi Bu Aminah memberikan dorongan, “Yang penting kamu harus berusaha dan percaya diri, Faizul. Kamu bisa menjadi penulis yang hebat. Ayo, setiap ada waktu luang, datanglah ke perpustakaan, nanti saya bimbing kamu.”
Meskipun awalnya berat, tanggung jawab ini membuat saya merasa bersemangat. Setiap jam istirahat, saya menuju perpustakaan untuk menulis opini. Meski sulit, dengan waktu dan usaha yang saya berikan, akhirnya saya berhasil menyelesaikannya, bahkan kadang-kadang di luar pondok pesantren, di warnet.
Dua bulan kemudian, opini yang saya tulis dikirimkan melalui email perpustakaan. Bu Aminah memberikan pujian, “Makasih ya, Faizul. Udah masuk kirimanmu. Ibu lihat bagus ceritanya, banyak kesan kehidupan sehari-hari di pondok pesantren. Pokoknya, ibu sebarkan opini kamu di sosial media.”
Semangat saya tidak surut. Saya terus menulis berbagai jenis tulisan, mengikuti berbagai lomba, meskipun beberapa kali mengalami kegagalan. Namun, saya tetap berjuang, menyadari bahwa pencapaian memerlukan proses yang panjang.
Alhamdulillah, di tahun 2021, saya meraih juara esai tentang CCDE Lembaga Peduli Anak Fakir Miskin. Pada 2022, artikel saya “Cyber Bullying Digital Dukungan AI: Tantangan Perlindungan Anak di Era Media Sosial” berhasil menjadi juara 1 di Riab Fair. Cerpennya, berjudul “Laki-laki Sejati,” juga berhasil dibukukan.
Bersama teman-teman di pondok pesantren, saya terus mengejar mimpi literasi. Pada tahun 2023, saya meraih juara 1 dalam lomba esai dengan judul “Pengembangan Pariwisata Berbasis Sumber Daya Maritim yang Berkelanjutan di Aceh.”
Melalui perjalanan ini, saya belajar bahwa tidak perlu takut pada lembaran kosong atau ragu terhadap kemampuan kita. Setiap penulis memulai dari titik ini, dengan langkah-langkah kecil yang mengubah mimpi menjadi kenyataan. Literasi adalah kunci untuk menginspirasi generasi mendatang, dan melalui tulisan ini, saya berharap dapat menjadi bagian dari peningkatan literasi sejak usia muda.
Motivasi saya dalam melangkah ke dunia tulisan bermula dari kecintaan yang mendalam pada kata-kata dan keinginan untuk berbagi cerita. Setiap langkah kecil saya sebagai penulis adalah dorongan untuk menggali lebih dalam, meresapi nuansa kehidupan, dan menyampaikan makna melalui kata-kata.
Tantangan awal membuat saya ragu, namun dengan dukungan dan bimbingan guru, saya menyadari bahwa menulis adalah tentang mengungkapkan diri dan berbagi pengalaman. Melalui proses menulis opini pertama saya, saya merasakan kepuasan yang luar biasa ketika kata-kata terhubung dengan pembaca.
Setiap kegagalan menjadi batu loncatan untuk lebih baik. Saya belajar bahwa kesuksesan tidak datang dengan mudah, tetapi melalui kesabaran, ketekunan, dan tekat untuk terus belajar. Pujian dari Bu Aminah dan pengalaman meraih juara pertama dalam lomba esai memberi saya motivasi tambahan untuk terus berkembang sebagai penulis.
Hobi menulis saya menjadi lebih dari sekadar kegiatan. Itu adalah bentuk ekspresi diri, cara untuk menyuarakan pandangan dan perasaan saya. Melalui tulisan, saya menemukan kekuatan untuk mempengaruhi dan menginspirasi orang lain. Saya ingin menjadi suara yang mendorong perubahan positif dan meningkatkan kesadaran literasi di masyarakat.
Prestasi demi prestasi yang saya raih bukanlah akhir dari perjalanan ini, melainkan pemicu untuk terus berkembang. Harapan saya adalah agar setiap kata yang saya tulis dapat memberikan nilai positif bagi pembaca, menginspirasi generasi muda untuk mengejar mimpi mereka, dan meningkatkan apresiasi terhadap seni tulis-menulis.
Dalam setiap lembaran kosong, saya melihat potensi untuk menciptakan sesuatu yang bermakna. Melalui jejak awal saya sebagai penulis, saya ingin memotivasi orang lain untuk melangkah ke dunia tulisan mereka sendiri, menemukan suara mereka, dan berbagi kisah yang berharga. Semoga tulisan ini menjadi sumber inspirasi bagi mereka yang memiliki mimpi untuk menapaki jejak serupa.
BIODATA PENULIS:
Nama: Faizul
Sekolah: Madrasah Aliyah Darul Ulum Banda Aceh
Kelas: XII IPS 1
Hobi: Menulis dan Bermain Musik
Harapan: Semoga karya saya dapat menggerakkan literasi melalui menulis dan memberikan inspirasi kepada banyak orang.
*Penulis adalah Santri Madrasah Aliyah Darul Ulum Banda Aceh dan juga Anggota MADU Literacy Club angkatan 2022.