Oleh Tabrani Yunis
Aku tengah mengarungi lautan waktu
Hijrah meniti titian -titian nadi yang berliku
landai, berbukit, terjal dan berbatu- batu
menelusuri jalan- jalan pengap berdebu
Ini perjalanan menguntit detak jarum jam berlari mengitari siklus waktu
Mengejar hitungan detik bertalu-talu
Melangkahi hitungan menit berlalu
Seperti hari berganti dari Sabtu ke Minggu
Menutupi hitungan hari kembali ke satu
Berkali-kali sudah tahun baru berlalu
dihiasi gemintang dan bulan bercumbu
Ditemani rembulan lalu lalang jelajahi malam nan membisu
Aku terus mengejar-ngejar waktu
Berlari dan berlari berkejaran saling buru
Tak ada seorang pun tahu
Seperti apa ruang waktu itu
Semua serba tak menentu
Namun harus digapai hingga ujung waktu
Hidup memang harus ada yang dituju
Walau kadang terasa tak mampu
Karena tidak ada satu pun yang tahu
Terlalu sedikit jangkauan ilmu
Tuk mengukur batas waktu
Tak pula bisa memutuskan kapan itu
Aku hanya bisa menunggu waktu
Pada keputusan yang punya kuasa mengatur dan pemilik waktu
Kini aku tengah berjalan menyisir waktu
Mengulik irama ketuk detik nadi yang saling berburu
Sampai batas waktu tak lagi ada getaran hati yang menggebu
Itulah batas akhir yang tak mungkin diburu
Pada perjalanan hijrah yang teduh dan haru
Aku terus dikalahkan waktu
Begitu rugi kala tak mampu mengatur waktu
Selamat datang tahun baru