Oleh: Indra Mardiani
Guru MIN 11 Banda Aceh
Jalan setapak makam Teuku Nyak Arief
Diantara ruang terangnya mentari
Dulunya tenang nyaman
Kini terpapar panas tak peduli
Dahan rindang ditebang tak kenal ampun
Kini hilang
Ditelan bumi di bringas mereka
Yang seakan tak salah dengan tindakannya
Dahan rindang paru-paru dunia
Kata-kata itu terus terngiang dalam pikiranku
Namun aku tak punya nyali bahkan tak bisa berkutik
Ketika paru-paru itu hancur di depanku
Jalan setapak menjadi saksi
Ketidakpeduliaan mereka akan nasib pejalan kaki
Di bawah teriknya matahari
Tak ada lagi tempat berteduh karena semuanya dibasmi
Jalan setapak yang dulunya dilalui
Penuh kenangan kenyamanan pejalan kaki
Kini dihiasi teriknya matahari
Karena dahan rindang tak lagi terpatri
Pejalan kaki tak lagi dianggap oleh negeri
Ketika hak mereka dikebiri
Dengan alasan penataan agar rapi
Pada dasarnya pembenaran yang tak bisa diterima oleh hati
Kini jalan setapak tak lagi kudapati
Pejalan kaki pun tak lagi diminati
Dihiasi mereka para mobil mersi
Yang tak memihak pada rakyat jelata ini
Kini Jalan setapakpun mati suri
Banda Aceh, 20 Oktober 2023
BIONARASI
|
Indra Mardiani, M, Pd, 40 tahun yang lalu lahir di tanah Aceh.Kini tertarik mengikuti event yang menantang untukpengembangan diri, membimbing siswa aktivitas yang ia lakonisehari-hari pada salah satu Madrasah yang ada di kota Banda Aceh.
|