Oleh Harie Khairiah
Pesona Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar tidak perlu diragukan lagi. Namun, pesona ini terancam oleh masalah yang serius, yaitu sampah. Masalah sampah ini menjadi salah satu polemik tersendiri yang belum terselesaikan dengan baik hingga kini. Pertanyaannya “ Mengapa Sampah Menjadi Tantangan Besar?
Pertumbuhan ekonomi, perubahan gaya hidup, serta pola konsumsi yang serba instant dan serba cepat, menimbulkan peningkatan sampah plastik, pertumbuhan populasi penduduk yang pesat telah menyebabkan peningkatan signifikan dalam produksi sampah. Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2022 hasil input dari 202 kabupaten/kota se Indonesia menyebut jumlah timbunan sampah nasional mencapai angka 21.1 juta ton. Dari total produksi sampah nasional tersebut, 65.71% (13.9 juta ton) dapat terkelola, sedangkan sisanya 34,29% (7,2 juta ton) belum terkelola dengan baik.
Berdasarkan sumbernya, sumber sampah yang paling dominan berasal dari rumah tangga (48%). 24% sampah berasal dari pasar tradisional dan 9% berasal dari kawasan komersial. Sisanya berasal dari fasilitas publik, sekolah, kantor, jalan dan sebagainya. Jenis sampah yang paling banyak dihasilkan adalah sampah organik (sisa makanan dan tumbuhan), kemudian plastik dan kertas.
Dilihat dari segi jenisnya, mayoritas timbunan sampah nasional pada 2022 berupa sampah sisa makanan dengan proporsi 40,7%, kemudian sampah plastik 18%, kayu/ranting 13%, kertas/karton 11,3%, logam 3%, kain 2,6%, kaca 2,2%, karet/kulit 2,1%, dan sampah jenis lainnya 7,1%.
Sampah yang tidak dikelola dengan baik tidak hanya menimbulkan permasalahan lingkungan seperti banjir, rusaknya ekosistem, tapi juga memiliki dampak serius terhadap ekonomi. Biaya penanganan sampah yang tinggi menguras anggaran pemerintah di sisi lain potensi kerugian sektor pariwisata dan perdagangan akibat pencemaran lingkungan tak dapat dihindari.
Diperlukan solusi yang holistik dan komprehensif dalam pengelolaan sampah di Indonesia. Pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan pengurangan sampah dari sumbernya harus menjadi fokus utama jika tidak ingin di masa depan negara kita menjadi negara darurat sampah.
Bagaimana Pengelolaan Sampah Di Indonesia Selama Ini?
Pengelolaan sampah di Indonesia saat ini masih mengandalkan pembuangan langsung ke TPA(Tempat Pembuangan Akhir) tanpa ada proses pengelolaan sampah yang berarti. Sampah yang kita buang hanya berpindah tempat saja menuju TPA layaknya kuburan untuk sampah. Lama-lama tumpukan sampah itu akan semakin menggunung hingga melebihi daya tampungnya, yang menyebabkan beberapa TPA harus ditututp sementara waktu.
Persoalannya tidak hanya ketika sampah abadi selamanya di TPA, tapi saat sampah terurai dalam keadaan lembap gas rumah kaca seperti metana dikeluarkan yang berkontribusi terhadap pemanasan global, berdasarkan Indeks Potensi Pemanasan Global atau Global Warming Potensial(GWP), emisi metana mempunyai efek 21 kali lipat dibandingkan emisi karbon dioksida.
Gas metana sendiri memiliki sifat mudah terbakar, mampu meledak jika bercampur dengan udara sehingga tak mengherankan jika di tempat pembuangan sampah kerap terjadi kebakaran yang tak jelas asal usulnya.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 14 kejadian kebakaran TPA yang terjadi sepanjang Juni hingga Oktober 2023 mulai dari Sabang sampai Merauke.
TPA juga menjadi tempat paling berbahaya karena sampah organik dan plastik bercampur sehingga menjadi sarang kuman dan bakteri yang merupakan penyebab utama penyakit, selain itu semua jenis sampah yang tercampur menghasilkan racun yang bocor ke udara dan tanah di sekitar TPA di sana racun tersebut bersifat permanen yang menyebar ke air tanah, ini merupakan ancaman yang tidak terlihat.
Peran Penting Penanganan Sampah Dari Diri Sendiri
Mendukung kampanye pendidikan dan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan sampah yang baik sangat penting, untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap lingkungan yang bersih. Kita dapat berperan sebagai duta lingkungan untuk memotivasi dan mengedukasi orang lain.
Mengadakan kegiatan pembersihan lingkungan di sekitar tempat tinggal secara rutin dan konsisten baik secara individu dengan membersihkan perkarangan rumah atau komunitasmembersihkan sarana dan prasarana penting di lingkungan tempat tinggal adalah langkah nyata dalam mengatasi masalah sampah.
Mendukung inisiatif lingkungan dan organisasi yang berfokus pada pengelolaan sampah adalah cara lain untuk berpartisipasi dalam perubahan positif.
Memisahkan antara Sampah Organik dan Sampah Non-Organik
Selain memudahkan pembuangan dan pengolahan kembali, memilah sampah adalah langkah penting dalam mengelola sampah secara efektif. Ini membantu dalam mendaur ulang dan mengurangi jumlah sampah yang akhirnya masuk ke tempat pembuangan akhir.
Ada banyak manfaat yang bisa dinikmati dengan melakukan pemilahan sampah berdasarkan jenisnya seperti terciptanya lingkungan dan air yang bersih. Kita dapat memisahkan sampah organik (berupa sisa makanan, kulit buah, dll) dan dijadikan kompos sebagai pupuk alami tanaman. Dari sampah non-organik (kertas, plastik, dll) kita dapat mendaur ulang menjadi barang yang bermanfaat.
Dukung praktik daur ulang dengan membeli produk yang terbuat dari bahan daur ulang. Misalnya, gunakan kertas daur ulang, kantong belanja kain, atau produk plastik daur ulang. Dengan membeli produk daur ulang, Anda memberikan dukungan kepada produsen yang berkomitmen untuk daur ulang dan membantu mendorong pasar untuk lebih berkelanjutan.
Masalah sampah di Indonesia adalah tantangan besar, tetapi kita memiliki peran penting dalam penanganan dari diri sendiri. Dengan kesadaran lingkungan, tindakan nyata, dan partisipasi aktif dalam mengelola sampah, kita dapat membantu menjaga keindahan alam Indonesia, mendukung ekonomi, dan memastikan masa depan yang lebih berkelanjutan bagi generasi mendatang. Semua perubahan dimulai dari diri sendiri, dan penanganan sampah adalah salah satu bidang di mana setiap individu dapat membuat perbedaan positif.
.”Jika kamu ingin dunia berubah, jadilah perubahan itu sendiri.” Mahatma Gandhi