Bunga Belimbing
Delia Rawanita
Bunga belimbing bergelantungan di tiap cabang
Putik mekar dilindung daun muda
Tidak terlihat jelas di permukaan
Bunga malai yang terlepas dari tangkai berserakan di tanah
Putik belimbing yang bertahan di tangkai kita bungkus bersama
” Biar tidak busuk dan buahnya besar” katamu
Akupun sangat telaten membungkus dengan gembira
Buah buah itu akan kita panen pada saatnya.
Dulu, hampir setiap hari kita menunggu buah yang terbungkus plastik itu membesar dan ranum
Kita siapkan wadah dan galah bertangkai kayu dengan botol air mineral dipotong dua untuk diikat diujungnya.
” Jangan lupa bagikan ke tetangga ” pesanmu selalu
Kini bunga belimbing berbuh lebat
Sayang , tidak ada yang memanennya lagi
Belimbing berguguran jatuh ke bumi.
Bna, 050923
Maghrib ini
Delia Rawanita
Dalam rintihanmu magrib ini
Bulan muncul perlahan di balik daun
Gemulai sinarnya terbawa awan
Angin meniupnya
Seperti senja kala temaram langit redup
Begitu haus dirimu begitu dahaganya kita
Terasa waktu mengalir demikian lambat
Tidak ada yang mampu merubahnya
Redup bulan perlahan lahan akan menghilang
Meninggalkan kenangan
Bna 020923
Merdeka
Delia Rawanita
” merdeka itu apa, mak”
Merdeka itu bisa makan tiap hari bisa mamak sekolahin kalian . Kalo penerangan masih lampu teplok ya sudahlah, paling lubang hidung hitam dan bisa dibersihkan,
yang jangan kita bikin sejarah hitam , tipu tipu.
” apa itu sejarah hitam, mak”
Susah mak menerangkan soalnya tinggi kali penjelasannya. Belajarlah sungguh sungguh biar pintar. Jangan sekolah pura pura atau pura pura sekolah kalian.
“Kalau begitu dimana merdeka itu, mak”.
Bawalah pulang ke Rempang kampung kita .
Bna, 140923