Oleh : Nasrizal, S. Pd
Anak itu larinya kencang sekali,bagaikan seekor kuda yang sedang lomba berpacu. Dipertontonkannya pada sebuah acara pertandingan lari 100 meter antar Sekolah
Dasar se Kecamatan ketika merayakan HUT RI . Penampilannya membuat penonton terkesima dan bertanya, siapa gerangan anak tersebut? Penonton fokus melihat anak itu ikut lomba lari yang tak pernah memberikan kesempatan kepada anak yang lain untuk menyainginya. Bukan hanya cabang lari, semua cabang olah raga ia jagonya .
Namanya Iwan ,nama seorang anak yang masih duduk di bangku kelas enam Sekolah Dasar. Badannya kurus ramping. Kulitnya hitam pekat. Rambutnya kribo bagaikan seorang negro yang masuk kampung.
Iwan jarang hadir ke Sekolah yang membuat gurunya jadi bingung. Kalaulah ia datang ke sekolah,Iwan tak pernah bawa apa apa sebagai peralatan sekolah seperti buku ,pulpen ,pensil dan lain sebagainya.
Ia tak punya. Ketika sedang belajar, ia selalu minta pinjam pulpen dan selembar kertas pada temannya .
Iwan seorang anak pendiam. Ia tak pernah mengganggu temannya, tak pernah membuat semena – mena terhadap kawannya. Ia mempunyai sifat kesetiakawanan, tapi ia seorang yang tak bisa dipermainkan. Kalau ada anak – anak lain yang coba coba mempermainkannya ,bukan tangannya yang melayang ,tapi dengan gerak cepat, tamparan kaki kirinya yang melayang ke muka teman yang coba – coba mengganggunya.
Sifatnya yang pendiam dan tidak bisa dipermainnkan ,justru semua teman sekelas takut dan segan padanya. Maka, semua teman sekelas sangat baik padanya.
Kepala sekolah dan dewan guru di sekolah itu bingung melihat sifat Iwan yang aneh. Ia tak suka masuk kelas. Ia masuk hanya jam – jam tertentu saja. Ketika jam olah raga dan jam SBK saja
ia masuk. Iwan seorang anak yang pintar menggambar. Kala gurunya yang sedang menggambar di papan tulis belum selesai menggambar, Iwan lebih duluan selesai. Ia dapat menangkap apa tujuan akhir sebuah gambar yang sedang digambarkan oleh gurunya .
‘’Luar biasa anak ini “. Di bidang – bidang tertentu dia sangat menguasai ,’’ tutur seorang gurunya di hadapan gurunya yang lain. Iwan mengangkat nama sekolahnya ,karena kelebihannya yang
luar biasa di bidang olah raga dan seni. Berbagai piala dan penghargaan sudah berjejer di ruang kantor sekolahnya. Nama Iwan sangat dikenal, bukan hanya di sekolahnya bahkan di tingkat Kabupaten/ Nama Iwan tidak asing lagi.
Iwan adalah anak yang terakhir dari enam bersaudara ,Ayah dan ibunya sudah lama tiada. Abang – abang dan kakak – kakaknya tidak ada berdomisili di kampung.Semuanya sudah saling mengadu nasib di luar daerah yang sangat berjauhan dengan tempat
tinggal Iwan. Semuanya merantau dan Iwan tidak pernah tahu bagai mana nasib saudaranya di rantau. tidak ada kabar berita padanya . Iwan tinggal bersama saudara alm ibunya yang ketiga ,yang nasibnya juga tidak menentu. Tinggal di sebuah gubuk reot yang terbuat dari bekas bekas papan simpi, beratapkan seng – seng bekas.
Di kampung yang terpencil ,di sanalah Iwan bersama makciknya. Makciknya sangat sayang padanya. Ketika sore hari, Iwan selalau diingatkan untuk lebih cepat pulang.
‘’Iwan……! sapa makciknya ,’’Hari sudah sore ,sudah boleh hentikan bermain. Mandi ,pergi ngaji di surau !..’’ seru makciknya lagi.
‘’ Ya … makcik… sebentar lagi ‘’ jawabnya.
Hari itu pertandingan bola antar Desa tingkat anak anak di subuah Kecamatan tempat Iwan tinggal. Penonton pun masih belum beranjak dari posisi lapangan ,karena hari itu semua pada tahu bahwa klub Iwan ikut bertanding ,dan Iwan sebagai idola penonton .
Iwan sudah menamatkan Sekolah Dasar. ijazah sudah ia miliki. Proses pembelajaran tahun ajaran baru sudah tiga bulan berlangsung, tapi Iwan belum melanjutkan. Ia santai saja .
Suatu hari Iwan ditemui oleh teman akrabnya .‘’Iwan…!! sapa kawannya ,’’ Kok kamu tidak melanjutkan sekolah ke SLTP ?
‘’ Ya .. jawab Iwan , tapi sekolah yang saya inginkan tidak ada di kampung kita, yang ada di Banda Aceh ‘’ sambung Iwan .
‘’ Yang kamu inginkan sekolah apa Iwan ,’’ tambah kawannya .
‘’ Yang saya ingin melanjutkan ke sekolah Tehnik (ST) ‘’jawab Iwan lagi.
Iwan ingin melanjutkan sekolahnya ke Sekolah Tehnik (ST),Sekolah Tehnik yang ada satu satunya yaitu di ibu kota Propinsi. Ia ingin melanjutkan ke sana ,tapi tidak ada daya upaya. Makciknya, satu satunya tempat ia bergantung hidup. Tidak ada daya untuk melanjutkan sekolah Iwan. Jangankan itu, untuk biaya kehidupan seharian saja jauh dari cukup. Makciknya seharian bekerja mengambil upah menumbuk padi dengan lesung jungkat. Ya, pada zaman itu belum ada mesin penumbuk padi. Padi – padi agen agen beras ,setelah padi dijemur kering ,diupahkan tumbuk pada janda – janda miskin yang ada di desa tempat Iwan tinggal.
Suatu hari, Iwan nekat ingin meninggalkan desanya. Ia ingin pergi tanpa memberi tahu pada makciknya. Ia meninggalkan rumah membawa sebuah map merah berisikan ijazah SD dan beberapa pakaian di dalam ranselnya. Dalam pikirannya ingin menumpang mobil apa saja yang dijumpainya. Uang sepeserpun tidak ia miliki.
Saat ia tiba di jalan raya, rute Medan- Banda Aceh ,terlihat olehnya mobil reo sedang parkir di pinggir jalan raya/ Badannya yang kecil dan lincah dengan tangkasnya ia melompat ke dalam mobil reo. Di genggaman tangan sebuah map berwarna merah. Bila ada yang bertanya padanya, di pikirannya ingin menampakkan sebuah map yang berisi ijazah SD.
Para prajurit yang ada dalam mobil pada terkejut dan kaget ‘’siapa gerangan anak ini berani naik dengan melompat ke dalam mobil. Mau kemama anak ini ?‘’ tanya beberapa prajurit.
‘’Hai ….anak kecil ,siapa namamu? Ke mana tujuanmu?’’ tanya seorang tentara pada Iwan. Iwan tidak menjawab,terdiam seribu bahasa. Ia menyodorkan map merah pada tentara yang menyapanya.
Seorang tentara membuka map merah milik Iwan. Setelah dibaca ijazah Iwan,beberapa tentara sudah tahu nama lengkap Iwan dan asalnya.Map langsung disodor ke komandan regu oleh tentara yang membaca ijazah Iwan. Komandan regu sudah paham ke mana tujuan anak ini.
Komandan regu bertanya pada Iwan,’’ Iwan..! sapa komandan. Kamu masih kecil!, apa kamu ingin melanjutkan sekolah ? ‘’
Iwan hanya menganggukkan kepalanya .
‘’Iwan ! tanya komandan lagi ,apa kedua orang tuamu masih ada ? ‘’ Iwan hanya menggelengkan kepalanya .
‘’Saudara – saudaramu atau abang abangmu di mana ? ‘’.Iwan juga menggelengkan kepalanya.
‘’Baikklah ,kalau begitu iwan boleh ikut kami ,kami ingin ke Banda Aceh. Apa Iwan ke Banda Aceh?‘’ Iwan menganggukkan kepalanya .
Iwan terus melaju bersama rombongan mobil reo tentara ,tujuan Banda Aceh. Iwan sangat lapar,sejak pagi ia belum makan.
Mobil terus melaju dengan kencangnya. Perjalanan yang memakan waktu enam jam dari kampungnya ke Banda Aceh. Iwan membisikkan kepada komandan regu ,ia mintak diturunkan di masjid raya Banda Aceh.
Setibanya Iwan di Masjid Raya Banda Aceh ,Iwan mohon pamit dan menyampaikan ucapan terima kasih pada tentara – tentara yang ada dalam mobil reo. Ada sedikit uang saku diberikan oleh komandan tentara pada Iwan dan uacapan selamat dari beberapa tentara yang ada dalam mobil pada iwan.
Satu bulan Iwan menumpang makan di sebuah warung nasi yang ada di pinggiran masjid raya Banda Aceh ,ia tak segan segan membantu pemilik warung untuk mencuci piring dan membersihkan lantai. Pemilik warung pun sudah begitu sayang pada Iwan
Proses pembelajaran sudah empat bulan berlangsung. Iwan belum juga ketemu sekolah yang dituju. Terlintas di pikirannya waktu itu, ia mendapat kabar bahwa Kantor wilayah pendidikan propinsi dikepalai oleh orang kampung Iwan, Bapak Drs Said Idrus namanya.
Suatu hari Iwan bersiap siap untuk mencari alamat kantor Departemen Penidikian Wilayah Aceh. Seorang anggota pekerja warung yang sudah menjadi teman akrab Iwan, menemaninya mencari kantor yang dituju . Alhamdulillah kantor yang dituju sangat mudah dan cepat ditemui oleh Iwan dan temannya. Iwan langsung menghadap Satpam kantor dengan mengucap salam dengan tunduk dan sopan,. ’’Pak…..saya minta tolong ingin ketemu kepala kantor ‘’tutur Iwan pada satpam
‘’Urusan apa kamu anak kecil ingin ketemu kepala kantor ?..pakaian kamu compang camping, pakai sandal jepit lagi ….maaf tidak bisa ‘’
Jawab Satpam .
‘’Pak …., saya koponakannya dari kampung. Ada hal yang sangat penting ingin saya sampaikan pada paman saya ‘’ tambah Iwan.
‘’ Ya … sebentar dek ,saya tanya dulu pada bapak apa benar ada keponakannya. Tolong catat identitas kamu dek ! seru satpam.
Setelah satpam memberi tahu pada Pak Kanwil ,Iwan diperintahkan untuk masuk ke ruangan Pak Kanwil. Beberapa saat pembicaraan Iwan dengan Pak Kanwil ,Iwan mendapat selembar memo dari Pak Kanwil/ Pak Kanwil memerintahkan Iwan membawa memo untuk menghadap Kepala Sekolah yang ingin dituju Iwan. Surat keramat atau memo yang diberikan oleh Kanwil pada Iwan membuat Iwan sangat mulus dan diterima pada sekolah yang dituju.
Iwan sudah mulai aktif sekolah sambil bekerja di sebuah warung nasi yang ada di kota Banda Aceh. Hari demi hari, bulan terus berlalu ,Iwan sudah menjadi perhatian dari teman teman se kelasnya .
‘’Kok bisa anak itu sudah empat bulan proses pembelajaran berlangsung, ia dapat duduk di sekolah ini. Kita saja lewat tes seleksi. Dia enak aja ‘’ celoteh beberapa temannya di kelas .
Sifat Iwan yang sejak dulu tidak pernah berubah, ia anak pendiam dan tidak mengganggu teman lain. Beberapa bulan terakhir, geng – geng kelas coba- coba mengganggunya, selalu merendahkan
Iwan dengan kata kata mengejek. Iwan masih menjaga kesabarannya, masih bepikir jernih. Ia tidak ingin membuat onar ,karena masih mempertahankan. Ia adalah anak baru di sekolahnya. Terpikir juga oleh Iwan ,setiap anak baru sudah pasti dikerajai oleh teman teman geng kelas .
Pada akhir semester Iwan sudah banyak teman akrabnya.Teman- temannya sangat senang pada Iwan. Iwan adalah siswa serba bisa. Suatu hari ketika gurunya sedang menggambar PAK ,atau gambar mesin di papan tulis, gurunya melihat contoh gambar di meja. Iwan juga minta lihat contoh gambar. Ternyata yang digambar Iwan lebih cepat selesai dari gurunya yang sedang menggambar di papan tulis. Akhirnya anak anak lain tidak dapat menyelesaikan gambar PAK. Pelajaran berakhir dijadikan PR oleh gurunya. Iwan sendiri yang selesai menggambar .
Pada jam pulang sekolah, Iwan didatangi oleh teman sekelasnya ,minta diajari menggambar. Beberapa geng kelas semakin tidak senang pada Iwan. Terus coba mengganggu Iwan. Iwan tak sabar lagi, dengan terpaksa Iwan membalikkan badannya seketika kaki kirinya melayang dengan cepatnya di kepala geng kelas yang mengganggunya. Geng itu tersungkur dan jatuh ke lantai. Saat itu juga tangan kirinya melayang dengan cepatnya. Begitu pula tangan kirinya melayang ke teman yang satu lagi yang mengganggunya. Teman yang lain tidak menduga secepat kilat Iwan bertindak.
Iwan dibawa ke ruang kantor oleh guru yang mengajar hari itu. Iwan disidangkan di ruang Kepala Sekolah,didampingi oleh ketua Kelas dan guru yang mengajar hari itu. Ternyata Iwan lolos dari beberapa pengakuan temannya sebagai saksi yang menyatakan Iwan tidak pernah mengganggu teman,tapi teman yang sering menganggu Iwan. Batas kesabaran Iwan habis ,laporan dari pada saksi se kelas.
Iwan kembali belajar seperti biasa. Saat di kelas Iwan tak seorangpun berani coba coba mengganggunya. Geng – geng kelas sudah pada diam semua. Sekarang Iwan sudah menjadi idola kelas.
Ketika jam pelajaran menggambar PAK ,kawan kannya mulai mendekatinya. Iwan ahlinya menggambar. Akhir – akhir ini Iwan banyak mengangkat nama baik sekolah lewat seni menggambar dan olah raga. Ketika ada pertandingan olah raga atletik, bola dan bulu tangkis ,nama Iwan tak asing lagi. Iwan bagaikan seorang raja di tempat ia sekolah.
Setelah Iwan menamatkan sekolah tehnik, Iwan melanjutkan ke STM, sesuai dengan cita citanya ingin menjadi seorang arsitek.
Sifatnya yang aneh dari sejak duduk di bangku sekolah dasar sampai sekarang tak pernah berubah. Ketika jam belajar ia tak prnah membawa peralatan belajar ,tapi ketika guru memberikan pertanyaan ,ia dengan mudah menjawabnya .
Iwan yang ahlinya menggambar, membuat guru dan kepala sekolah sangat senang padanya . Di STM lebih banyak lagi geng geng kelas,tapi di STM sudah tahu siapa itu Iwan. Iwan masih sekolah dengan biaya sendiri, belajar sambil bekerja dan di sekolah Iwan juga ada rezeki ,ketika ada jam pelajaran menggambar. Teman sekolahnya memberikan uang karena ahlinya
ia menggambar mengajari kawan kawannya. Iwan belajar sambil bekerja,cukup untuk biaya makan dan menutupi biaya kos . Wali kelas dan kepala sekolah sering mendekati Iwan,karena
Iwan punya kelebihan dam hal hal tertentu. Saat ia menduduki kelas tiga STM ,Kepala sekolah menawarkan Iwan untuk sesuatu.
Suatu hari Iwan dipanggil oleh kepala sekolah di ruang kantor.
‘’Iwan…..kepala sekolah mengangkat bicara,kamu punya kelebihan ,
untuk kamu ! …bapak berikan kesempatan setelah tamat nanti ,Iwan boleh mengajar di sini sambil kuliah ‘’.
Satu jam pembicaraan kepala sekolah dengan Iwan,Iwan menyambutnya dengan baik atas tawaran kepala sekolah. Ujian terakhir sudah semakin dekat,tinggal bebedrapa minggu lagi. Wali kelas Iwan memberikan beberapa pengumuman .
Bagi anak anak kelas tiga semester dua,mohon siap siap dana untuk uang ujian terakhir dengan biaya lima belas ribu rupiah. Tahun 1977 uang lima belas ribu sangat banyak dibandingkan dengan uang sekarang. Batas pembayaran uang ujian tinggal hitung hari lagi. Diumumkan lagi oleh wali kelas ,bagi yang tidaki menyetor uang ujian tidak dibenarkan untuk mengikut ujian terakhir.
Iwan harus bekerja lebih keras lagi untuk mendapatkan uang lima belas ribu rupiah/ Pada malam hari Iwan bekerja di sebuah gedung bioskop. Iwan mulai mendapat kesulitan. Bekerja di malam hari membuatnya tidak dapat belajar untuk menghadapi ujian akhir. Di gedung bioskop banyak mendapat tantangan. Penonton – penonton malam banyak preman kota. Hampir tiap malam Iwan menghadapi preman preman kota yang banyak tingkah ,susah diatur tempat duduk ketika akan dimulai pemutaran flm. Ketika dilihat tiketnya ia harus duduk di lantai bawah, tapi preman tersebut duduk di balkon lantai atas. Hal itulah yang diatur Iwan setiap malam.
Suatu malam di bioskiop Iwan mendapat tantangan berat. Penonton pada malam itu luar biasa banyak. Gedung bioskop penuh.
Flm yang diputar banyak penggemarnya. Iwan begitu sibuk malam itu .
Saat flm sudah mulai diputar ,Iwan masih lalu lalang mengatur penonton dengan melihat tiket di mana posisi tempat duduk penonton sesuai nomor tiket . Saat itu ada seorang penonton terhalang pandangannya pada flm yang sedang diputar oleh Iwan yang lalu lalang ,seorang anak muda bertubuh kekar berambut pendek datang menghadapi Iwan.
‘’kurang hajar kamu ….’’ seru anak muda itu pada Iwan ,sambil menggenggam baju di posisi leher Iwan dengan kuat.’’Maaf bang…sabar sebentar, saya lagi mengatur penonton ‘’,jawab Iwan .
Anak muda itu marah benar pada Iwan ,karena terhalang oleh badan Iwan. Tangan kanan anak muda itu melayang ingin menampar
Iwan dan dengan sigap Iwan menyambut tangan anak muda itu,lalu anak muda itu melepaskan tangannya ,tamparan melayang lagi dengan tangan kiri anak muda itu,Iwan juga menyambut tangan anak mudaitu dengan tangan kanannya. Kedua tangan kiri dan tangan kanan
anak muda itu dihentakkan ke posisi bawah oleh Iwan ,dengan tidak membalas tamparan dari Iwan pada anak muda itu.
‘’Maaf bang ….jangan emosi ‘’ ! …seru Iwan ‘’jangan bikin keributan dalam gedung bang. Kalau abang ingin bikin perhitungan dengan saya ,tunggu saja di luar gedung !’’
‘’Apa kata muuu …? saya tunggu kamu…! ‘’tambah geram anak muda itu.
Ketika pemutaran flm telah berakhir ,penonton pada keluar satu persatu lewat beberapa pintu . Saat Iwan telah selesai tugasnya malam itu,Iwan pun keluar. Ternyata di luar sudah ada yang menunggu iwan. Iwan melihatnya , ternyata yang menghadangnya yaitu anak muda yang terhalang oleh Iwan ketika sedang menonton flm .
Iwan lansung diserang beberapa kali tendangan dari anak muda itu ,tangan kiri dan kanan anak muda itu terus menghajar Iwan. Iwan tidak membalasnya ,ia layani saja ,Iwan tidak membalas cuma bertahan saja dengan pukulan bertubi tubi dari anak muda itu.
Tiba tiba dengan secepat kilat Iwan menjungkir balik badannya dengan posisi kedua kaki di batang leher anak muda itu. Seketika anak muda itu tersungkur dan jatuh ke tanah: Iwan memutar batang leher anak muda itu dengan kedua belah betisnya ,sehingga membuat anak muda itu tidak berdaya dengan posisi telungkup .
Anak muda itu sempat meraba kantong celananya ,sembari mengambil telepon genggam yang dimiliki anak muda itu.
Iwan tersentak ,ia tak menyangka ada telpon genggam di kantong celana anak muda itu. Zaman itu belum ada orang yang memiliki telepon genggam ,kecuali orang orang tertentu.
Beberapa saat Iwan sudah dikelilingi oleh beberapa orang yang berseragam brimob ,ternyata anak muda yang berhadapan dengan Iwan adalah salah satu anggota satuan brimob kota itu. Beberapa orang anggota brimob menyelamatkan anak muda itu dengan memboyong ke dalam sebuah mobil kepunyaan dari anggota brimob kota itu.
Iwan disergap oleh anggota satuan brimob dan langsung dihajar ,sehingga muka Iwan babak belur ,kena tamparan keras dari dua orang brimob. Iwan sama sekali tidak membalasnya. Secepat kilat Iwan mundur selangkah ,menjungkir balik badannya dengan posisi kedua ujung kakinya mengenai kedua kepala dari anggota satuan brimob dengan tendangan keras ,sehingga kedua anggota brimob sempat pusing dan terjatuh/ kesempatan Iwan untuk lari.
Iwan lari di tengah kegelapan malam disisir samar cahaya lampu malam. Semua anggota brimob yang ada malam itu sudah menyebar dan merayap mencari arah Iwan lari. Semua gerakan anggota brimob, Iwan melihatnya ,tapi anggota brimob tidak tahu dimana Iwan berada ,sama sekali tidak kelihatan .
Pukul tiga malam ,keadaan mulai sepi ,anggota brimob kembali ke satuannya di kota itu. Dengan tenang dan penuh kehati hatian Iwan turun dari sebatang kayu yang tingginya dua puluh meter. Iwan berjalan kaki menuju kosnya . Iwan berpikir ingin lari meninggalkan kosnya sebelum digeledah oleh satuan brimob. Malam itu juga Iwan menuju sebuah rumah temannya, berdekatan dengan terminal bus.
Jam tujuh pagi Iwan langsung ke terminal bus yang ditemani oleh temannya. Ucapan terimaksih Iwan pada temannya dan diiringi doa dari temannya semoga selamat sampai di kampung halamannya.
Iwan menuju kampung halamannya terutama ingin menjenguk Makciknya yang sudah lama ditinggalkannya.
Iwan minta mohon doa restu dari makciknya ,karena niatnya ingin merantau ke Jakarta,ingin mempertaruhkan hidupnya/ Niat hati yang keras ingin menaklukkan kota Jakarta untuk mencari sebuah kehidupan yang mandiri,dengan modal yang ia miliki ilmu di bangku sekolah, kendati tidak dapat memiliki selembar ijazah terakhir.
- NASRIZAL
Lembah Sabil Aceh Barat Daya