Oleh Khaidir, SE. MPd
Guru SMPN2 SEUNUDDON dan Pengurus Pusat IGI
Bukan hal yang unik di era perkembangan teknologi komunikasi yang tak lagi berbatas ruang, waktu dan tempat untuk mendapatkan informasi atau isu atau berita viral mengenai berbagai dinamika sosial,ekonomi,politik dan agama. Perkembangan zaman sebagai sebuah keniscayaan yang tak dapat kita pungkiri dan tak tak pula kita menarik diri dari arus disrupsi, menjadikan kehidupan kita menjadi sangat dinamis. Ketika ada satu atau dua yang hilang, ada sepuluh, seratus bahkan seribu berganti dengan yang baru. Itulah disrupsi di era ini.
Konsekwensi dari perubahan dan hilangnya hal, benda dan bahkan profesi yang dahulunya dianggap canggih dan penting berubah mengikuti perkembangan yang ada di saat ini dan juga di masa mendatang. Profesi guru sebagai profesi yang vital, juga menghadapi berbagai tantangan tersendiri dalam menghadapi peserta didik yang juga telah banyak berubah.
Kini, di kala kita diajak oleh peserta didik untuk diskusi ,dengan mereka, banyak tantangan baru yang harus dihadapi oleh para guru. Ketika kemudahan akses informasi yang banyak beredar, membanjiri dunia maya, banyak peserta didik yang bergerak cepat merebut informasi tersebut, lalu dikaitkan dengan apa yang diajarkan oleh guru di ruang kelas. Banyak peserta didik yang kritis menggunakan pertanyaan kritis yang sering digunakan oleh guru sebagai pertanyaan pematik.
Banyaknya isu yang sedang hangat dan viral sekarang di Medsos tak sedikit dari peserta didik bertanya dengan mengaitkan materi yang sedang kita bahas. Sebagai contoh, penulis yang saat ini menjalankan peran sebagai guru Pkn, sering dihantam dengan pertanyaan-pertanyaan yang menurut mereka yang berlaku di negeri ini jauh dari apa yang sedang kita bahas di materi pelajaran. Salah satunya di saat pembahasan “Perumusan dan Penetapaan Pancasila Sebagai Dasar Negara”. Dalam materi bab ini dibahas tentang sejarah para pendiri negera dalam mengusulkan dasar negara dan penetapan Pancasila sebagai dasar negara. Satu persatu isi dari Pancasila kita bahas dengan cara diskusi belajar kelompok, mulai piagam Jakarta sampai pada isi pembukaan UUD NRI 1945 yang mereka baca pada setiap upacara Senin pagi dan umumnya perserta didik tahu dan mereka paham.
Lalu? Ya artinya mereka bukan lagi seperti kita dulu menjadi siswa yang kala itu hanya mendapat materi dari guru dan dari buku di perpustakaan, tapi mereka hari lebih dari itu dengan bermodalkan jari jemari dan android, akses mereka menjelajah informasi tentu tidak lagi berbatasa atau kadang di luar nalar kita, bahkan isu-isu terkini yang viral yang kadang kita sebagai guru gaptek dibuat bingung di saat negeri dikaitkan dengan isu-isu viral.
Sebagai sebuah fakta, penulis dalam minggu ini sering dihantam dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai Rempang. Para peserta didik itu menanyakan mengapa Negera bisa melakukan penggusuran hanya untuk kepentingan investor? Padahal nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indônèsia bagian dari dasar negara? Mereka juga menanyakan dimana yang disebut sebagai tanah airku?
Bukan hanya itu, mereka. Juga melemparkan pertanyaan yang cukup berat untuk dijawab. Mereka pun bertanya tentang apa yang disebut sebagai negeri yang demokrasi di kala dalam mengemukakan pendapat tak sedikit dari mereka yang terbentur dengan hukum? Apakah mengkritisi para elit dan wakil kita yang kita pilih setiap lima tahun sekali hanya sebagai legaslitas mereka duduk di singga sana?
Nah, bila para pembaca berada pada posisi guru saat ini, apa jawaban yang tepat untuk diberikan kepada mereka ? Bisakah pertanyaan-pertanyaan itu diabaikan saja atau harus ada jawaban walau harus berkelit, kala melihat fakta di tengah masyarakat kita atau dalam realitas sosial saat ini? Ahh, tak usahlah anda berada pada posisi itu, namun menjadi pertanyaan penting bagi kita yang mendapat amanah sebagai guru, pendidik yang membantu mengantarkan generasi bangsa ini ke gerbang dan masuk ke dunia yang lebih baik di masa depan.
Oleh sebab itu, kondisi perkembangan teknologi digital yang semakin pesat, serta pesatnya perkembangan sumber pembelajaran bagi peserta didik, menuntut guru mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman. Guru harus mampu berlari lebih cepat lagi, berpacu meningkatkan kualitas diri. Bukan hanya menguasai kemampuan pedagogis, tetapi juga kemampuan methodologis yang mampu memberikan solusi bagi proses pembelajaran di ruang kelas. Jangan sampai guru kehilangan akal sehat dalam menghadapi kontradiktif hal-hal yang aktual dengan persoalan normatif dalam pembelajaran.
Maka para guru harus menyadari bahwa perkembangan teknologi informasi menjadi tantangan tersendiri bagi guru di era ini tatkala arus disrupsi menghantam, guru harus terus mengupdate dan juga meng-upgrade diri agar kita tak tergilas dengan masa dan tak juga kita dikatakan oleh perserta didik sebagai guru yang gagal paham.
Wallahualam Bissawab.,