Oleh : Nasrizal, S. Pd
Malam itu gelap sekali. Tidak ada bintang ,tidak ada bulan. Mungkin bulan dan bintang tidak ingin menampakkan diri, tetapi bersembunyi di balik balik awan yang hitam pekat. Anginpun bersembunyi di balik balik gunung, hutan rimba raya. Malam yang membentangkan selimut hitam di atas pemukaan bumi, di tengah-tengah kegelapan yang menghitam, di antara ladang- ladang dan hutan hutan yang terhampar di Negeri sang bayu ,terlihat bangunan sebuah pondok kecil yang dibangun dari bahan kayu beratap ijuk .
Malam itu hanya yang terdengar suara suara penghuni hutan rimba raya/ Suara yang bersahut – sahutan seperti ingin memanggil sahabat sahabatnya, bercanda tawa dan ria di tengah kegelapan malam .
Di dalam sebuah pondok yang kecil itu tampaklah secercah cahaya. Sepertinya sebuah lampu minyak yang terbuat dari kaleng bekas yang bersumbu dari bahan kain yang lembut. Seorang anak kecil yang masih beumur belasan tahun sedang duduk bersimpuh ditemani oleh seekor kura kura rimba dan suara jengkrik. Anak kecil itu sedang memperagakan sebuah pidato .
‘’Bayuuuu …….!! Terdengar suara seorang ibu memanggil anaknya . Ini sudah larut malam ,sudah boleh istirahat tidur, tidak boleh sendirian di bawah ! Ayo naik ke atas, seru ibunya . ‘’ Iya bu ,sambung anaknya. Seorang ayah tertidur pulas keletihan bekerja sebagai petani ladang .
Bayu yang putus sekolah tinggal bersama kedua orang tuanya di ladang. Setelah menamatkan SRIN ,Ia tak dapat melanjutkan ke tinkat SLTP. Pada waktu itu Bayu sangat berpeluang untuk melanjutkan ke tingkat SLTP, ke PGAN Meulaboh karena Bayu lulus di peringkat yang amat baik ( juara I ). Bagi yang memiliki nilai terbaik,diberikan kesempatan untuk masuk ke PGAN Meulaboh dengan mendapat tunjangan bea siswa. Sayangnya, nasib baik belum berpihak pada Bayu, karena tidak ada biaya transportasi ke sana.
Dalam setahun ini Bayu harus membantu orang tuanya di sebuah ladang Panton bayu. Atas keterbatasan kemapuan Ayahnya, Bayu tidak dapat melanjutkan sekolah .
Sebelum ayah Bayu minggat ke ladang rimba Panton Bayu ,pekerjaan seharian ayah Bayu adalah menjual ikan di pasar atau pajak ikan yang ada di ibukota Kecamatan. Ayahnya tidak berpikir panjang, pendapatan Ayahnya untuk menghidupkan keluarganya sangat jauh dari cukup .
Sejak itulah ayah Bayu memilih pekerjaan menguak rimba raya ,di sebuah peladangan hamparan Panton Bayu. Ada beberapa penduduk yang sudah duluan ke sana, yang dalam istilah Bahasa Aceh jak meurimba. Artinya pergi membuka ladang di sebuah hamparan rimba di ladang Panton Bayu. Panton Bayu adalah sebuah hamparan yang luas atau padang datar yang bisa digunakan untuk tempat berkebun. Bayu adalah nama pohon kayu hutan yang rindang ,makanya peladang menyebut namanya ladangnya Panton Bayu.
Tak terasa lamanya, hampir setahun Bayu bersama ayah dan ibunya tinggal di hutan ladang Panton bayu. Ia bekerja keras, membanting tulang dengan menguraskan keringat setiap hari membasahi tubuhnya demi membantu kedua orang tuanya untuk menyambung kehidupan yang panjang .
Sebenarnya, Bayu bukanlah nama asli dari anak peladang itu. Hanya karena tinggal di hutan Panton bayu ,ibunya senang dengan memanggil sebutan anaknya Bayu.
Selama Bayu putus sekolah ,ia sudah menyatu dengan alam sekitarnya. Semua yang menyangkut pekerjaan Ayahnya dapat diselesaikannya dengan baik,sehingga dapat menghasilkan hasil hasil ladang,seperti kopi ,lada ,pinang ,pala dan hasil tanaman muda lainnya .
Walaupun Bayu terus membantu ayahnya dalam pekerjaan di siang hari,pada malam harinya Bayu tetap belajar dengan terjadwal. Malam – malam tertentu ia belajar mengaji ,belajar Agama serta pengetahuan umum lainnya, khusus pada malam Juma’at ia belajar bela diri persilatan yang langsung diajar oleh Ayahnya .
Suatu hari ,ketika istirahat menjelang sore ,Bayu dipanggil oleh Ayahnya ,’’ Bayuu…!! sapa Ayahnya .Untuk beberapa bulan lagi ,kamu sudah bisa melanjutkan sekolah setingkat lebih tinggi dari SRIN . Cita citamu ingin jadi apa , Bayu? sambung ayahnya .
‘’ Ayah … jawab bayu dengan tunduk dan sopan .Saya ingin jadi se orang Guru, Ayah …! Saya ingin jadi orang pandai dan bercita cita harus bisa bertemu dengan orang nomor satu di Indonesia ,sambung pembicaraannya .
‘’Bagai mana bisa Bayu ? Cita – citamu setinggi itu ,kamu tidak lihat pekerjaan Ayah seharian? Tanya ayahnya. Ya Ayah …. jawab Bayu pelan. Siang dan malam lepas shalat, Bayu selalu berdo’a untuk Ayah dan ibu,semoga diberi kesehatan dan dimudahkan rezeki ,tambah Bayu.
Tahun ajaran baru sudah semakin mendekat .
‘’ Bayu …! sapa Ayahnya ….Siapkan barang barangmu !.. Pagi besok ba’da shubuh ,kita akan pulang ke kampung ,sambilan membawa hasil ladang untuk dijual untuk melanjutkan sekolahmu , sambung Ayahnya.
Ketika hari menjelang pagi ,setelah melaksanakan beberapa kewajiban,Bayu dan ayahnya mempersiapkan sebuah rakit yang terbuat dari susunan beberapa batang kayu ,dirangkai dan diikat dengan tali yang rapi, untuk dapat dinaikkan beberapa hasil ladang ,kopi ,pala ,pisang dan beberapa hasil tanaman muda lainnya .
Ketika sebuah rakit kayu diturunkan ke permukaan sungai,semua barang dinaikkan ,termasuk seekor kura – kura rimba kesayangan Bayu. Bayu terus duduk di ujung sebuah rakit bersama kura – kura rimba kesayangan.
Ayah Bayu menarik rakitnya dengan tali ke pemukaan air. Mereka tiga beranak ,ayah ,ibu dan Bayu. Ibunya membantu mengayuh rakit yang sedang melaju,mengikuti arah hilirnya air sungai yang berliku liku, melintasi lubuk – lubuk yang airnya jernih dan hijau ,melewati hutan – hutan bambu ,nampak dari kejauhan sawah sawah penduduk kampung .
Setelah lima jam merakit, tibalah di sebuah perkampungan, di pemukiman Ayah gadeng. Dari kejauhan tampak sebuah bangunan masjid yang berdiri di pinggiran sungai. Nama masjidnya, Masjid Ayah Gadeng, sebuah masjid tertua di sebuah Kecamatan tempat tinggal Bayu.
Para pedagang kecil atau pembeli yang ada di kampung itu ,terus merapat ke rakit untuk membeli barang – barang hasil ladang. Setelah transaksi selesai ,Bayu dan ibunya serta Ayahnya terus melaju ke rumah kediamannya yang melintasi Masjid .
Teman – teman Bayu yang ada di kampung itu berlarian mengejar Bayu. ‘’Bayu ,, sapa Abdurrahman ,salah seorang teman akrabnya setahun yang lalu,’’bagai mana dengan sekolahmu?”sambung temannya ,’’ ya mungkin senin saya sudah mendaftar,, jawab bayu singkat .
Tahun ajaran baru dimulai ,Bayu telah duduk di sebuah sekolah yang dibangun oleh organisasi Muhammadiyah ( PGAM) empat tahun ,setingkat SLTP.
Masa – masa sekolah di SLTP ,Bayu sudah mulai berperan dalam sebuah Persyarikatan ,kendatipun ia masih seorang anak kecil, jiwa keorganisasiannya sudah tinggi. Ia sudah mulai memimpin Organisasi Pelajar Muhammadiyah ( IPM ) di Cabang Muhammadiyah Manggeng,dan pernah mengikut Musyawarah Daerah IPM di Blang Pidie.
Waktu itu Pimpinan Pusat Muhammadiyah dipimpin oleh Pak AR Fachruddin ,pernah turun ke Cabang Muhammadiyah Manggeng ,sebuah Konfrensi Muhammadiyah tingkat Wilayah yang diadakan di Manggeng, Bayu sangat berperan aktif dalam dalam penyambutan Bapak Ar Fachruddin. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Manggeng waktu itu Bapak Nyak Idin Wali , seorang pensiunan militer,jebolan pejuang pertempuran Medan Area. Tokoh yang berhasil dan sukses mengadakan Konferensi Muhammadiyah Tingkat Wilayah ,dengan menurunkan Bapak Ar Fachruddin Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Empat tahun Bayu menamatkan sekolah PGAM ( tingkat SLTP ). Bayu melanjutkan ke sekolah pendidikan guru di Tapak Tuan, ibu kota Kabupaten. Bayu cepat dikenal oleh kawan – kawannya ,serta seluruh guru senang padanya ,karena prestasinya yang sangat luar biasa. Bayu salah seorang siswa yang serba bisa ,seni,olah rag a ,pengetahuan Agama dan umum .
Pada akhir- akhir ia duduk di bangku kelas tiga SPG ,guru dan Kepala sekolah sering memberi saran padanya ,agar setelah ia menamatkan di sini dapat melanjutkan ke jenjang Perguruan tinggi. Suatu hari secara khusus ,Bayu dipanggil oleh Kepala Sekolahnya ,masuk langsung ke ruang Kepala Sekolah.
Bayu, .. kamu hampir berakhir di sekolah ini ,Bapak sangat kagum padamu,kesempatan baik ini jangan disia – siakan. Setelah tamat SPG kamu harus melanjutkan ke perguruan tinggi, tambah pembicaraan Kepala Sekolahnya .
‘’Ya … Pak , Insya Allah ,do’akan saya Pak ! Saya minta do’a restu dari kedua orang tua saya ,semoga cita cita saya terwujut, jawab Bayu dengan lembut dan penuh sopan .
Bayu pulang dari Kota Naga ( Tapak Tuan ) dengan keberhasilannya menamatkan Sekolah Pendidikan Guru. Semua rencana dan pesan dari gurunya disampaikan pada kedua orang tuanya . Segala rencana dan cita citanya sangat didukung oleh kedua orang tuanya ,kendatipun dalam kehidupan yang masih serba kekurangan .
Kedua orang tuanya masih meladang di tempat biasa (Panton Bayu). Selama tiga tahun Bayu di Tapak Tuan ,tanaman keras ,seperti pala, jengkol, pinang ,kopi ,hasilnya sedikit sudah nampak dan dapat membantu untuk kebutuhan hari hari.
Bayu meninggalkan Kota Manggeng dan ladang yang pernah digelutinya. Ia pergi melanjutkan sekolah demi menggapai cita – citanya sejak kecil,apakah impiannya tersampaikan .
Bayu sudah mulai duduk di bangku kuliah. Ia kuliah sambil bekerja. Pada semester pertama nilainya sangat memprihatinkan ,karena jam kerja berbenturan dengan kuliahnya. Ia bekerja di sebuah kantin yang ada di Kampus tempat ia kuliah. Pukul tujuh pagi sampai jam sepuluh ,ia tiap hari harus ada di kantin melayani si pembeli yang umumnya mahasiswa makan pagi ,minum kopi,teh di tempat ia bekerja .
Akibat nilainya yang anjlok pada semester pertama , Bayu pindah bekerja ke sebuah tukang jahit yang ada di kota Banda Aceh. Bayu punya skil untuk menjahit pakaian ,akhirnya juga pada semester kedua nilai Bayu juga sanagat pas – pasan. Menjelang semester tiga Bayu mendapat angin segar dari dosennya. Ia diusulkan untuk mendapat beasiswa Supersemar. Ia meninggalkan pekerjaan sehariannya sebagai tukang jahit ,ia fokus kuliah dan belajar. Ia sudah mulai aktif di kampus. Prestasinya melonjak da dosen – dosen sudah mulai mengenalnya aktif di berbagai bidang keorganisasian di kampus. Ia terpilih sebagai ketua Senat dan sering tampil di even – even tertentu.
Luar biasa prestasinya. Ia dapat menyelesaikan mata kuliah semester ke depan. Dosen – dosen semakin kaget dan kagum padanya. Pada semester tiga ,Bayu mendapat tawaran dari seorang Dosen ,untuk menjadi asisten Dosen. ia sambut dengan senang hati dan ia jalani sehingga dapat menambah sedikit penghasilan untuk biaya hidup masa masa perkuliahannya.
Bayu sekarang sudah duduk pada semester tujuh ,masa – masa perkuliahannya dari semester tiga ke semester selanjutnya berjalan dengan lancar. Beasiswa yang diterimanya dapat membantu kelancaran perkuliannya.
Suatu hari ia dipanggil oleh Dekan Fakultas Ilimu Pendidikan. Sebelumnya semua Dekan Fakultas dipanggil oleh Rektor Universitas untuk mengadakan rapat tertutup menyangkut dengan pemilihan mahasiswa teladan .
Bayu datang atas panggilan Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan ke sebuah ruangan atau aula, terlihat olehnya ada Rektor dan Dekan Fakultas lainnya, serta beberapa Mahasiswa mewakili Fakultas masing – masing. Beberapa pembicaraan sudah dimulai. Terakhir pembicaraan oleh Rektor Universitas Syiahkuala.
Hasil pembicaraan Rektor dan Dekan – dekan yang ada di Universitas,atas panggilan beberapa Mahasiswa yang mewakili Fakultas,adalah beberapa hari lagi akan diadakan uji kompetensi untuk ikut seleksi Mahasiswa teladan kampus Universitas Syiahkuala .
Bayu merasa terharu dan bangga ,ia terpilih salah seorang ikut uji kompetensi seleksi Mahasiswa teladan .Ia terus mempersiapkan diri, menyangkut dengan segala persyaratan Bayu untuk ikut seleksi sudah diterima oleh panitia di biro Universitas ,tinggal menunggu waktu seleksi .
Uji kompetensi telah berlangsung di sebuah ruangan tertutup. Beberapa hari lagi akan diadakan pengumuman siapa yang berhak meraih gelar Mahasiswa teladan kampus Universitas Syiahkuala .
Sa’at – sa’at yang sangat mendebarkan ketika menunggu pengumuman tiba .Terlintas di ingatan Bayu ketika ia kecil ,ia mengimpikan ingin menjadi Mahasiswa teladan dan ingin bertemu dengan orang nomor satu di Indonesia apakah impian tersampaikan?
Lima belas orang Mahasiswa yang ikut bersaing dalam uji kompetensi seleksi Mahasiswa teladan ,sa’at pengumuman tiba ditempelkan di masing masing Fakultas,berbondong bondong Mahasiswa ingin menyaksikan siapa gerangan terpilih sebagai Mahasiswa teladan .
Ternyata Bayu atau Ridwan meraih nilai yang paling tertinggi di antara lima belas Mahasiswa. Bayu sujud syukur sa’at mendengar namanya meraih nilai tertinggi .Bayu resmi menjadi mahasiswa teladan dan kedua orang kawannya meraih urutan dua dan tiga.
Besoknya ketiga Mahasiswa terpilih sebagai Mahasiswa teladan diundang bersama orang tua atau wali untuk hadir ke Auditorium kampus untuk mengikuti acara penyerahan piala dan berbagai penghargaan lainnya.
Bayu hadir dengan penampilan prima didampingi oleh kedua orang tuanya ,terharu yang sangat mendalam. Deraian air mata Ayah dan ibunya tak menyangka impian Bayu tersampaikan berkat usaha dan do’a. DI tengah – tengah acara juga diumumkan yang meraih nilai tertinggi atau peringkat satu akan diundang ke Istana Negara oleh Bapak Presiden Republik Indonesia ( Suharto ). Bayu mewakili Mahasiswa teladan Propinsi Aceh dan juga dihadiri oleh Mahasiswa teladan dari berbagai Propinsi di Indonesia.
Tiga hari berselang Bayu berangkat ke Jakarta, didampingi oleh Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan menemui orang Nomor satu di Indonesia. Bayu besalaman mesra dengan Bapak Presiden Republik Indonesia ( Suharto ) dan meraih beberapa penghargaan dari Bapak Presiden dan Menteri Pendidikan Indonesia .
Pada masa kepemimpinan bapak Suharto jadi Presiden ,setia memperingati HUT Kemerdekaan RI. Para teladan setiap Propinsi ,diundang ke Istana Negara ,seperti dokter teladan,guru teladan,dan Mahasiswa teladan .Merasa sangat beruntung bagi Bayu pada sa’at itu HUT Kemerdekaan RI tahun 1979 diundang ke Istana Negara bersama mahasiswa teladan seluruh Indonesia.
Kesempatan yang sangat tinggi nilainya yang tidak mudah di raih oleh semua orang.
Kembali Bayu menjalani masa – masa kuliahnya, saat- saat semester terakhir dan juga masih aktif melaksanakan tugasnya sebagai asisten Dosen ,walaupun Bayu belum selesai dalam perkuliahannya .
Pada akhir bulan Agustus 1979, Bayu mengikuti sidang sarjana Pendidikan dan dinyatakan lulus diberikan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada tanggal 2 september, tepatnya pada waktu memperingati hari pendidikan Aceh dilaksanakan wisuda lulusan Sarjana Univetsitas Syiah Kuala yang termasuk Bayu di dalamnya ,juga dihadiri kedua orang tua masing – masing mahasiswa yang akan diwisuda.
Setelah Bayu dapat menyandang gelar Sarjana ,Bayu langsung dipanggil oleh Rektor. Bayu dapat tawaran untuk melanjutkan kuliah ke jenjang S.2 di kampus dengan meperoleh Beasiswa kampus.
‘’ Bayu..! sapa dekannya ,kamu tidak usah pulang kampung ,lanjut saja kuliahmu di sini ! Kelak kamu akan jadi Dosen tetap di sini ,, tambah Dekannya . ‘’ Ya .. pak , Insya Allah ,saya konsentrasi dulu Pak. Terima kasih atas tawaran Bapak yang baik pada saya ,, jawab Bayu.
Bayu berpikir dalam…, ia tak dapat menerima tawaran untuk melanjutkan kuliahnya ,sebuah sekolah swasta yang baru dibangun sudah menunggu kepulangannya. Bayu sangat mempertimbangkan masyarakatnya di kampung .
Bayu tetap memutuskan keputusannya untuk pulang kampung, membangun desanya yang masih sangat tertinggal di bidang pendidikan. Ia mengorbankan karirnya demi kampung halamannya .
Strategi pendidikan yang dijalani di sebuah sekolah swasta sangat tepat sekali ,sehingga dalam beberapa tahun saja sekolah yang dipimpinnya dapat dinegrikan.
Bayu terus bergelut memajukan dunia pendidikan di kampungnya ,tidak saja itu ,ia dipercayakan memimpin sebuah persyarikatan Muhammadiyah di tingkat Cabang dalam sebuah Kecamatan di wilayah tempat tinggalnya .Bayu memang seorang tokoh dan panutan .
Kepercayan publik semakin tinggi padanya. Dunia literasi yang digelutinya semakin membuat sebuah perubahan besar dalam dunia pendidikan. Dengan kinerjanya yang meningkat ia terus dipercayakan untuk memimpin sebuah instansi Pendidikan di tingkat Kabupaten.
Bukan setahun, dua tahun ia memegang kepercayaan di bidang pendidikan, bahkan puluhan tahun. Di samping ia sukses di bidang pengembangan dunia literasi ,ia sangat sukses di bidang mendidik dalam sebuah keluarga. Istri dan anak anaknya juga sangat berperan penting dalam bidangnya masing – masing,untuk memajukan daerahnya.
Pada akhir jabatannya ,pada prinsipnya tidak ada istilah pensiun. Ketika Allah telah memanggilnya mungkin baru bisa jadi. Ia juga memimpin Sekolah Tinggi Muhammadiyah di Aceh Barat Daya .Karena tertanam dalam sebuah prinsip hidupnya .HIDUP HARUS BERMANFAAT BAGI ORANG LAIN.
Penulis : Nasrizal, S.Pd. Manggeng Aceh Barat Daya.
Tulisan ini sebuah kisah nyata, Penulis bertujuan tulisan ini menjadi motivasi bagi generasi muda yang masih dalam dunia pendidikan. Bila ada kata – kata yang tidak sesuai dengan kisah sebenarnya ,penulis minta beribu maaf ,hanya menyesuaikan saja dengan sudut pandang sebuah cerita .