Oleh : Nasrizal
Tahun 1978
Sudah tiga tahun berturut ,musim paceklik berlangsung dan belum juga ada tanda-tanda berakhir. Sementara hasil panen masyarakat selalu gagal. Hama terus melanda di mana mana, sehingga kelaparan terus membelenggu yang membuat banyak anak menhalami kekurangan gizi . Beras begitu sulit didapat. Sagu, ubi, pisang dan ubi atau ketela sering menjadi pengganti nasi.
Hmm, setiap hari kita harus makan makanan yang begini, celetuk Top yang sejak subuh sudah merasa lapar dan ingin segera makan. Ya, sudah setiap pagi disuguhi dengan rendang sagu campur dengan kuah gulai keladi, atau singkong dan pisang. Hari- hari dilalui dengan mengonsumsi sajian non beras.
Jarang sekali penduduk di kampung ini bisa mengonsumsi beras, kecuali bila ada yang tinggal berdekatan dengan tetangga yang berpropesi sebagai tentara. Ya, bebetulan tentara ada beras jatah bulanan, beras catu. Bisalah sedikit dapat dibagikan pada tetangga dekat mereka. Bencana kelaparan begitu lama dan membuat masyarakat menderita.
Pagi itu, Top yang lelah dengan lapar dan sudah sejak tadi menunggu ayah, bertanya sesuatu pada ayahnya. Ayah, kapankah bencana ini akan berakhir? Tanya Top pada ayahnya. Ya, Kapan bencana hama ini berakhir ?.
Nak, kita sebagai hamba Allah belum tahu ke depan apa yang akan terjadi. Ayah tak dapat menjawab pertanyaanmu nak!
Jawab ayah. Yang penting kita sebagai hamba Nya, jangan pernah berhenti berdo’a dan bekerja, tambah ayahnya . Semoga saja segera akan berakhir ya ayah!
Ya, kita doakan saja. Semoga Allah menolong kita, mengakhiri bencana ini dan memberikan kita kemakmuran.
Top kemudian menyahuti dan mengaminkan doa sang ayah.
Sambil duduk di pelataran jambo (pondok), tempat tinggal Top dan keluarganya, Top menyampaikan hal yang ia rasa sangat penting dibicarakan. Top menghampiri Ayahnya, seraya memulai pembicaraan.
O iya Ayah! Saat yang tepat untuk bertanya pada ayah tentang sekolah. Ya, bagaimana dengan sekolahku, bila aku menamatkan sekolah SMP yang tinggal berapa saat lagi? Hanya dalam hitungan hari. Ke mana nanti aku lanjutkan sekolah?
Nak, jawab ayah dengan suara yang rendah. “ Untuk tahun ini, ayah tidak sanggup memikirkan tentang keinginanmu melanjutkan sekolah. Kondisi ekonomi yang semakin memburuk ini. Pekerjaan ayah sebagai buruh Kasar, menaikan barang dari satu bus dan bus-bus lain yang singgah di stasiun ini belum mampu untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari di rumah, bagaimana Ayah bisa membiayai sekolahmu Nak?Sungguh ayah tidak sanggup membiayai sekolahmu, apalagi hingga ke kota Banda Aceh.
Jawaban yang diberikan Ayah, benar-benar membuat semangat Top melemah. walau dengan nada jawaban ayah yang begitu lembut, Top terdiam sejenak. Pikirannya melayang-layang, menerawang dengan tetap menyimpan harapan untuk bisa melanjutkan sekolah. Bayangan itu membuat ia lupa akan jawaban sang ayah, yang membuat Top putus asa dan kehilangan semangat belajar. Ia tetap belajar dan belajar, menyiapkan diri untuk bisa lanjutkan sekolah. Kegigihannya belajar memang sudah terpupuk sejak SD, walau Ibunya hanya tamat Madrasah Ibtidaiyah Negeri, se tingkat Sekolah Dasar dan Ayahnya seorang buta huruf.
Jadi jawaban Ayah, memang tidak membuat Top sedih dan putus asa. Top sangat memahami kehidupan keluarganya, namun tekat dan niat Top untuk melanjutkan sekolah terus membara. Ia sangat yakin bahwa dengan bersekolah dengan sungguh-sungguh, akan bisa mewujudkan impian untuk mengenai nasir, untuk hijrah membangun kehidupan yang lebih baik di masa depan.
Masa pengambilan ijazah pun tiba. Top pulang dari sekolah dengan tergesa-gesa membawa satu buah map berwarna merah. Ia melihat ayah yang baru saja siap bekerja di sawah. Dengan hati yang senang dan girang ia berteriak memanggil ayah.
Ayah! Dengan hati penuh rasa gembira membawa berita gembira. Top memanggil ayah. “ Hari ini aku sudah menamatkan sekolah SMPku. Ya, selesailah sudah sekolah SMPku”. Terziai Top penuh dengan rasa bahagia. Tak hanya ingin membawa kabar baik buat sang ayah, Top pun berlari mencari ibu. Ia menuju dapur, dikiranya ibu sedang di dapur menanak nasi. Ternyata Ibu tidak berada di dapur, masih belum pulang dari membuang rumput di sawah. Ia pun teringat dengan celengannya yang sudah lama ia isi dengan hasil memungut daun cengkeh yang ia pungut dari kebun orang-orang di kebun cengkeh. Juga dari hasil memilih cengkeh yang luruh dari tangkai kala pagi hari.
Top bergegas mengambil celengannya. Dibukanya celengan dan dihitungnya berulang-ulang. Dengan penuh rasa syukur di mulutnya etrusco, Insya Allah, aku akan pergi melanjutkan sekolah. Ia pun meminta ayah untuk tidak perlu ragù dan gelisah dengan niat dan kemauan bersekolahnya, sebutnya lagi pada ayahnya. Ya ayah, jangan ragu dan bimbang padaku ,yang penting do’a ayah dan ibu selalu menyertaiku, tambah Top.
Karena tak sanggup dibendung keinginannya ,ayah dan ibunya pasrah. Hanya do’a yang dapat dipesembahkan pada anaknya, seraya memberikan sejumlah nasihat. Ya, dengan pasrah ibu melepaskan Top
“Bila itu keinginanmu, ayah dan ibumu selalu mendo’akanmu tutur ayahnya”. Semoga Allah memudahkan setiap usahamu.
Malam itu anak dari petani itu mempersiapkan pakaian dan bahan bahan lain yang menyangkut dengan keperluan sekolahnya. Tat kala pagi ia pamit pada kedua orang tuanya untuk pergi. Top berpikir bagaimana bisa dengan uang celengnya ia akan pergi ke ibu kota propinsi melanjutkan studinya. Ia bersalaman dengan ayah dan ibunya sembari mohon izin.
Top berjalan kaki dari kediamannya ke ibukota kecamatan sendirian, tanpa ditemani oleh ayah dan ibunya. Ia tiba di ibukota kecamatan, kebetulan mobil Puskesmas berdiri di depan Puskesmas ingin mengantar pasien sakit yang perlu di rujuk ke Rumah sakit ibukota Propinsi , ia dengan berani terus duduk di samping pasien yang sakit seolah olah ia adalah seorang keluarga pasien yang ingin mengantarkan keluarganya ke rumah sakit Provinsi,dengan diam diam ia membisikkan kepada keluarga pasien bahwa ia ingin menumpang ke ibu kota Propinsi,untuk melanjutkan studinya karena tidak ada biaya. Mohon izinkan aku menumpang mobil ini !, tuturnya kepada keluarga pasien. Keluarga pasien mengizinkannya dengan senang hati dan bertanya pada Top,sampai di kota propinsi ingin lanjut kesolah apa dek ? tanya kelurga pasien. Aku ingin sambung ke sekolah pertanian, SPMA,jawabnya pelan.
Perjalanan yang dite mouth sangat melelahkan. Mobil ambulan lari bagaikan sebuah anak panah yang baru lepas dari busurnya, jalan berbatu batu, rakit rakit terus menanti, sopir ambulan tak peduli, membawa mobil terus dengan kencangnya, lupa makan lupa minum, demi tugas yang sudah menanti untuk menyelamatkan seorang pasien yang sedang kritis. Dengan waktu yang seperti tidak biasanya ,mobil ambulan sudah tiba di sebuah rumah sakit di ibu kota Propinsi.
Top terus membantu keluarga pasien dengan cepatnya ,memboyong terus pasien menaikkan ke atas tandu ,disambut oleh perawat rumah sakit, hingga diantarkan ke ruang yang sudah ditentukan petugas rumah sakit. Setelah usai, Top mohon pamit dan mengucapkan terima kasih pada keluarga pasien yang telah membantunya untuk perjalanan ke ibukota Provinsi. Ucapan selamat dari keluarga pasien, semoga cita-citamu tercapai ,sambut keluarga pasien.
Selepas salat dhuhur di sebuah masjid Raya Baiturrahman yang terletak di jantung kota Propinsi itu, ia ingin melangkah pergi ,tapi pergi entah kemana ,baru saja pertama kali Top menginjak kakinya di ibu kota Provinsi. Pikirannya menerawang, uang celengnya sudah mendekati habis untuk biaya makannya sehari hari di ibukota.
Di tahun itu ia tidak bisa melanjutkan sekolahnya sama sekali ,ia tidak memiliki uang ,jangankan uang untuk masuk mendaftar sekolah ,seharian saja Top menikmati antara lapar dan kenyang ,tapi ia tetap sabar dan terus berusaha dan menanti do’a dari ibu dan ayahnya tercinta. Di samping ia terus berdo’a untuk kedua orang tuanya agar dimudahkan rezeki dan dan sehat selalu, mulus dalam menjankan ibadah, Top terus berpikir kencang ,dengan tidak tinggal diam ia ingin mencari sebuah pekerjaan. Sejak kecil Top hobbinya membaca dan menulis, tapi harus dengan cara apa ia dapat uang dengan hobbinya hanya membaca dan menulis. Maka terlintas di hatinya ia harus cari toko buku atau kios kios buku dan koran . Dengan berkenalan dengan pemilik toko buku dan Koran seperti Fonna Agency, ia bisa memulai kegiatan me jual majalah atau Koran.
Top coba mendekati kios, toko buku, kios koran ,komik dan buku lainnya yang berada di depannya. Ternyata pemilik toko buku itu butuh tenaga untuk penjual koran .Kesempatan bagi Top untuk bekerja walaupun sebagai penjual koran. Hari- hari terus dilaluinya sebagai penjual koran di ibu kota. hasil dari gaji menjual koran ia manfaatkan untuk biaya makan seharian, serta dapat membeli buku komik dan TTS untuk dibaca – baca dan mengisi TTS sebagai bagian untuk belajar mengasah otak.
Tahun ajaran baru sudah semakin dekat, Top terus bergelut dengan pekerjaan pekerjaan seharian. Ia bahkan mendapat kepercayaan dari orang-orang yang seharian menjadi agen koran dan majalah di kota tempat ia merantau. Dengan terus berjualan majalah ia bisa melanjutkan sekolah. Ia tidak bisa melanjutkan sekolah ke sekolah idamannya SPMA, karena ketika ia mendaftar di sekolah Pendidikan Guru (SPG N) di ibu kota Provinsi itu, ijazahnya tidak dikembalikan. Sehingga tidak bisa mendaftar ke SPMA. Untunglah ia lulus di SPG Negeri itu.
Ia menerima takdir untuk disiapkan menjadi calon guru SD. Tiga tahun lamanya di sekolah ini, dan Top memang orang yang sadar diri dan harus belajar untuk mengubah nasibnya. Ia berikrar kepada Allah, Ya Allah, aku ingin hidup lebih baik dari orang tuaku”. Itulah permohonan dan doa yang ia ikrarkan. Aku harus hijrah ya Allah, aku harus hijrah dari kehidupan yang miskin menuju kehidupan yang lebih baik dan beruntung.
Niat itu membuat Top sangat rajin belajar dan setiap jam istirahat digunakannya untuk membaca ke perpustakaan sekolahnya. Ia pun meraih prestasi sangat lumayan selama di SPG. Tiga tahun lamanya, ia pun tamat dari sekolah itu dengan berbekal sejumlah uang yang diberikan pihak sekolah. Katanya itu uang ikatan dinas.
Tekat bulat melanjutkan pendidikan tidak hanya bisa selesai di jenjang Sekolah Pendidikan Guru tersebut, berbekal uang yang ia dapatkan di SPG, ia gunakan untuk mendaftar masuk perguruan tinggi. Ia tidak memilih S1, karena takut tidak mampu membiayai kuliahnya. Maka ia memilih masuk ke program Diploma 2 tahun, jurusan bahasa Inggris. Ia lulus dan membuat ia semakin rajin belajar, terutama di bidang bahasa Inggris.
Dua tahun lamanya ia mengucapkan pendidikan di program Diploma 2 tahun tersebut kemampuan berbahasa Inggrisnya semakin meningkat. Ketrampilan berbahasa Inggris itu mendorongnya untuk melanjutkan lagi ke jenjang S1. Top yang hanya bermodal kemauan dan ketrampilan berbahasa Inggris itu, memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1. Di Program Diploma pun ia mendapat beasiswa dan memuluskan tekatnya ikut test UMPTN saat itu. Ia lulus diterima di FKIP bahasa Inggris, hingga meraih gelar sarjana.
Perjalanan pendidikannya, semakin mulus karena hibbinya mengisi TTS dan Menulis. ia sudah mulai menulis di koran koran harian kota. Mengisi TTS sudah menjadi makanannya sehari-hari. Setiap bulan ia mendapat hadiah lumayan dari TTS yang ia kirim. Ia juga suka menulis cerita cerita pendek di sebuah majalah anak anak terbitan kota. Bahkan ia sudah mulai dikenal dengan tulisan – tulisannya yang menarik di koran koran harian. Bakatnya sebagai seorang penulis sudah mulai tampak, walaupun masih dalam usia belasan tahun. Sikap kritisnya semakin tajam.
Doa bundanya dikabulkan oleh Allah dan Top masih ingat akan pesan dari ibunya. “bila nanti kamu lanjut sekolah , ibu do’akan kamu supaya menjadi seorang guru. Do’a ibunya akan kesampaian, ketika Top mengalihkan cita citanya dari ingin jadi seorang penyuluh pertanian menjadi calon guru. Setamat SPG Ia mulai mengajar di SD sebagai guru pengganti dengan mendapat honor.
Sambil mengajar, ia menjalankan kegiatan kuliah di program Diploma 2 tahun. Lalu, ketika selesai 2 tahun, ia pun langsung diangkat menjadi guru. ia ditempatkan mengajar ke sebuah sekolah SMP yang ada di ibu kota, di SMP swasta Teuku Cut Ali. ia terus mengajar dan bekerja menjual majalah dan koran untuk membiayai kelangsungan hidupnya. Top memang gigih dan punya kemauan keras untuk belajar. Ia punya keinginan kuat untuk melanjutkan studinya. Ia memutuskan untuk meneruskan pendidikannya ke fakultas keguruan jurusan bahasa inggris. Ia pun dalam beberapa tahun dapat menyelesaikan kuliah di S1 dengan mulus ,hingga menyandang gelar sarjana bahasa inggris.
Jadi guru adalah sebuah profesi yang tak pernah dilalaikannya ,sedang pekerjaan tambahan selalu digelutinya untuk menambah penghasilan . Sejak Top meraih gelar kesejarnaanya ,ia tak henti hentinya menulis di berbagai media ,baik media cetak maupun media online,luar dan dalam negeri .
Nama Top semakin dikenal sebagai penulis yang kritis, karena ia aktif menulis di media masa. Tulisan-tulisannya di media masa membuat banyak yang meradang. Di dunia aktivis ia juga aktif di menggeluti kegiatan atau aksi sosial, karena ia mulai bergiat dan belajar di Lembaga Swadaya Masyarakat sejak tahun 1990. Rupanya, Top memang tipe pembelajar. Ia belajar bagaimana menjadi seorang aktivis yang bekerja untuk masyarakat miskin, terutama perempuan dan anak-anak yang kurang beruntung.
Aksinya di bidang pendidikan dan kemanusiaan telah dijalani sejak lama, selain menjalani profesi guru. ia sangat aktif melaksanakan pendidikan masyarakat seperti memotivasi anak-anak membaca dan membangun Taman bacaan, mengajar lam perempuan dan anak menulis dan memuatnya di media yang ia kelola. Ya, Top telah banyak melakukan kegiatan untuk menumbuh kembangkan minat baca anak ,dengan berbagai cara. Ia sedang aktif ‘’Membumikan literasi “.
Jalan hidup Top memang begitu berliku. Ia melewati banyak rintangan dan tantangan. Ia tetap saja ingat dengan doa ibunya yang selalu menyertai Setiap usaha yang Ia lakukan. Ibunya juga sangat bahagia mendengar kabar anaknya yang juga semakin aktif bekerja di ruang sosial. Top ingin melakukan sesuatu yang bisa membantu orang-orang miskin dan marginal seperti perempuan dan -anak. Pekerjaan itu dilakukannya setelah ia bergabung dengan sebuah LSM dan belajar bet-LSM dari teman-teman yang sudah punya pengalaman, hingga Top memimpin sebuah LSM yang bekerja untuk perempuan dan anak.
Sudah bertahun -tahun lamanya ia bekerja di LSM hingga ia lewat LSM itu juga menerbitkan Majalah perempuan dan majalah anak-anak. Ia menjadi
Pemimpin media perempuan yang diterbitkannya dua puluh tahun lalu dan juga sebagai editor di majalah Anak Cerdas.
Top yang berangkat meninggalkan kampung halamannya di tahun 1979 telah berhasil membangun kehidupannya yang lebih baik. Ia sudah bisa keluar dari belenggu kemiskinan yang ia Alami di masa kecil. Niatnya untuk hijrah dari kehidupan yang sangat miskin itu sudah ia nikmati dengan penuh rasa syukur. Namun, ia selalu sadar serta mengingatlan anak-anaknya bahwa Allah selalu mengangkat derajat orang-orang yang berilmu. Allah akan selalu memberikan kemudahan bagi orang-orang yang mau belajar.
Mungkin dari latarbelakang kehidupan yang sangat miskin di masa kecilnya, Top banyak melakukan kegiatan sosial. Sebuah kegiatan sosial yang sangat membantu masyarakat miskin, khusus Ya anak-anak yang sedang bersekolah adalah program 1000 sepeda dan kursi roda yang ia bagikan kepada anak-Anak yatim, piatu, miskin dan disabilitas yang tinggal di daerah pedalaman.
Rasa syukur Top semakin besar kepada Allah, karena ia juga sudah banyak menikmati perjalanan di negerinya sendiri, juga ke luar negeri berlari-kali, tanpa harus membiayai sendiri. Ia sangat sadar bahwa nikmat yang ia dapatkan dari Allah adalah bantuan Allah dan berkat doa dari ibunya. Doa ibu yang menyertainya hingga bisa hidup lebih baik dan berguna.
Selesai
CATATAN PENULIS
Kisah Top dalam Cerpen ini adalah sebuah kisah nyata. Top adalah nama kecil Tabrani Yunis yang lahir di Manggeng Aceh Barat Daya ,10 Oktober 1962 . Seorang pemberani nekat dan sukses dalam mengguluti kehidupan ,terangkat dari keluarga miskin, terdorong dari banyak kegiatan seperti menulis dan membaca. Ia jadi seorang yang sukses dalam hidupnya. Semoga cerita ini menjadi motivasi bagi generasi muda.