Oleh Dr. Azharsyah Ibrahim
Academic Visit
Selama di Bangkok, saya dan kolega dosen dari berbagai PTKIN di seluruh Indonesia, mengunjungi tiga universitas besar dengan tujuan utama adalah membangun relasi riset, baik pada tataran individu dalam rangka penguatan kapasitas pribadi, maupun institusi dalam rangka membuka jaringan bagi kerjasama internasional antar institusi.
1. King Mongkut’s University of Technology Thonburi (KMUTT)
KMUTT merupakan salah satu universitas besar di Thailand. Menurut QS World Ranking, KMUTT berada di urutan 7 di tahun 2019, sedangkan menurut THE berada di urutan ke 4 dan No. 1 dalam Engineering dan Technology di Thailand.
Pertama kali ke sini, saya terkesan dengan keramah-tamahan orang-orang di universitas ini. Satpamnya ramah, mereka ibarat penyambut yang berada di garda terdepan sehingga jauh kesan seram. Front officer-nya juga demikian, walaupun kami datang 1 jam lebih awal, tetapi disambut untuk memastikan bahwa mereka pastinya akan menerima kami pada waktu yang dijanjikan yaitu jam 9. Waktu satu jam ini kemudian kami gunakan untuk mengambil dokumentasi dan menikmati alam di seputar kampus.
Kampus ini sangat bersih, dikelilingi oleh sebuah danau buatan yang tertata dengan bagus. Landscape universitas ini juga ditata dengan rapi. Tulisan universitas berada di bagian depan sekali berdekatan dengan jalan. Lokasi ini menjadi tempat favorit kami untuk mengambil foto. Sasaran selanjutnya adalah sekitar danau buatan yang dilengkapi dengan tempat duduk yang sangat representatif untuk menikmati keindahan alam di sekitar universitas ini.
Sekitar 10 menit sebelum jam 9, kami sudah dipersilakan untuk memasuki ruang rapat di lantai 8 yang kami capai dengan menggunakan lift. Gedung tempat kami melakukan pertemuan merupakan rektorat tempat di mana Presiden universitas berkantor. Sebelum memasuki ruang, kami sempatkan diri berfoto di tempat yang tersedia.
Kesan saya pertama sekali adalah bahwa KMUTT telah mempersiapkan acara ini dengan serius. Tiba di ruang rapat, kami dipersilakan untuk duduk di ruang rapat yang lumayan canggih. Di depan kami tersedia layar monitor untuk melihat dengan jelas presentasi yang disampaikan oleh presenter. Kami disuguhkan sajian dalam sebuah piring lengkap dengan kopi, kemudian air mineral dalam botol kaca dengan tulisan tergantung di tutup botolnya “Convenience comes at a price, thus, we say no to plastic bottle”.
Rapat dipimpin oleh Dekan Faculty of Science, yang dimulai dengan memperkenalkan seluruh dosen yang hadir, yang kemudian diikuti dengan penayangan video profil KMUTT. Setelah tanya jawab beberapa, Dekan meninggalkan ruangan. Pertemuan kemudian dilanjutkan dengan penjelasan dari Direktur Riset. Acara selanjutnya adalah perkenalan dari kami yang diwakili oleh ketua tim. Tahapan selanjutnya adalah tanya jawab dan penjajakan kolaborasi dalam berbagai hal yang dimungkinkan.
Pihak KMUTT secara umum menyambut baik tawaran ini, tetapi perlu dilakukan tahapan lebih lanjut yang serius seperti adanya MoU untuk kemudian ditindaklanjuti. Kemudian kami diajak untuk melihat-lihat koleksi perpustakaan yang dipandu dengan ramah oleh seseorang dari pustaka. Dengan bahasa Inggris yang lumayan bagus, pemandu menjelaskan segala kegiatan yang memungkinkan dilakukan di perpustakaan tersebut
Menjelang siang, kami bergerak ke kampus II yang letaknya sekitar setengah jam perjalanan dengan mobil dari kampus utamanya. Di sini, kami disambut Assistant Dean dari School of Biodiversity atau semacam itulah dan langsung diarahkan untuk menuju ruang pertemuan untuk makan siang terlebih dahulu yang dilanjutkan dengan perkenalan. Setelah itu kami diajak berkeliling untuk berbagai laboratorium yang dipunyai kampus ini.
Sebagai orang sosial, kegiatan keliling lab kimia tentunya kurang menarik bagi sebagian besar kami. Penjelasan yang kami dapat pun kurang nyambung dengan latar belakang ilmu yang kami dapat, tetapi untuk menghormati tuan rumah yang begitu antusias menjelaskan berbagai hal terkait dengan kegiatan lab, kami senantiasa terus mengikuti dengan sesekali bertanya untuk menunjukkan antusiasme.
Gambar 15. Pertemuan dan presentasi di KMUTT
2. Chulalongkorn University
Universitas Chulalongkorn merupakan institusi pendidikan nomor 1 di Thailand. Menurut QS World Ranking, posisi ini dicapai oleh universitas ini selama 7 tahun berturut-turut. Universitas ini mempunyai 38 Fakultas, Institut, Center, dan College yang menawarkan 443 program akademik. Tidak heran, dengan jumlah program yang begitu banyak, jumlah mahasiswa universitas ini adalah 37.280 orang dengan dukungan 7.850 personalia, baik dosen maupun karyawan. Di antara sekian banyak Fakultas, Institut, Center, dan College dalam universitas ini, agenda kami adalah mengunjungi The Halal Science Center, yang merupakan salah center besar dengan skala internasional yang ada dalam universitas ini.
a. The Halal Science Center
Institusi kampus kedua yang kami kunjungi selama di Thailand adalah The Halal Science Center di Kampus Chulalongkorn University. Halal center ini berada di beberapa lantai yang terdiri dari ruang kantor, pertemuan, lab, shalat, dan pantry. Sampai di sana kami disambut oleh direkturnya yaitu Assoc. Prof. Dr. Winai Dahlan. Beliau merupakan cucu langsung dari pendiri muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan. Walaupun keturunan Indonesia, tetapi tidak bisa berbahasa Indonesia.
Kesan pertama saya terhadap beliau ini adalah orangnya sangat humble dengan deretan prestasi yang ditorehkan, baik secara nasional maupun internasional.
Di sini kami mendapatkan penjelasan mengenai sejarah berdirinya center ini sampai memperoleh banyak sekali penghargaan dari berbagai institusi terutama dari Malaysia. Prof Winai menjelaskan bahwa center didirikan dengan dukungan penuh pemerintah, baik dari sisi fasilitas maupun pendanaan, tetapi itu hanya berlangsung selama 3 tahun saja.
Tetapi center merupakan kepunyaan pemerintah melalui universitas, maka ada tidaknya pendanaan tidak menjadi persoalan bagi operasional. Menurut Prof. Winai, dukungan pemerintah Thailand terhadap center ini sama sekali bukan ditujukan untuk menyenangkan orang Islam di Thailand tetapi lebih kepada market/pasar yang besar dari produk halal, baik di Thailand maupun di dunia internasional.
Center ini telah mensertifikasi berbagai produk makanan dan kosmetik di Thailand yang kemudian dijadikan sebagai komoditas ekspor. Barang-barang dengan label umumnya lebih diterima oleh konsumen dibandingkan dengan yang tidak punya label. Center ini juga telah memproduksi sendiri beberapa kosmetik dan produk. Salah satu produk yang paling berkesan adalah produk penghilang najis. Semacam lotion yang dapat digunakan untuk shampoo dan juga sabun mandi. Bahan dasar yang dipakai adalah ekstrak tanah liat (clay) yang dalam agama Islam biasanya digunakan untuk membersihkan najis besar. Beberapa produk lainnya yang diproduksi adalah kosmetik untuk kulit dan muka dengan bahan dasar habbatussauda dan minyak zaitun.
Di akhir pertemuan, Prof Winai membuka peluang kolaborasi riset jika ingin dilakukan, bahkan beliau sempat menawarkan salah seorang dari kami untuk tinggal disitu selama setahun untuk melakukan kolaborasi riset. Setelah makan siang dan shalat di center ini, kami bergerak ke satu tempat berikutnya, yaitu Center of Muslim Studies di Institute of Asian Studies, Chulalongkorn University.
Gambar 16. Pertemuan dengan Pengurus Halal Science Center Universitas Chulalongkorn
b. Center of Muslim Studies, Institute of Asian Studies
Di tempat ini kami disambut oleh Director Center of Muslim Studies, Dr. Srawut Aree yang mempunyai nama Muslim, Daud. Bergabung bersama kami Prof. Altafur Rahman, seorang peneliti dari Thammasat University. Di sini kami mendapatkan penjelasan tentang berbagai hal yang dilakukan oleh center dan peluang kerjasama yang memungkinkan untuk dilakukan. Center ini telah berusia sekitar 10 tahun dan telah melakukan berbagai terutama yang berkaitan dengan area studies. Mereka juga telah menghasilkan beberapa buku, baik yang berbahasa Inggris maupun berbahasa Thailand. Kami juga memperkenalkan diri satu per satu dengan menyebutkan bidang kajian masing-masing untuk melihat kemungkinan konektivitas penelitian yang bisa dilakukan.
Setelah itu kami melakukan diskusi dengan berbagai isu yang terkait area studies. Beberapa pertanyaan dari teman-teman dijawab oleh Prof. Altafur Rahman dengan tidak lupa memuji Indonesia sebagai negara Muslim terbesar dan pertumbuhan ekonomi yang luar biasa. Pertemuan ditutup dengan saling berjanji akan menindaklanjuti dengan berbagai kolaborasi riset maupun presentasi di tingkat internasional.
Gambar 17. Membangun Kolaborasi dengan Muslim Studies Center Universitas Chulalongkorn
3. Thammasat University
Universitas Thammasat merupakan salah satu universitas tertua dan terkemuka di Thailand. Universitas ini diresmikan pada 27 Juni 1934 dengan nama aslinya adalah Universitas Ilmu Moral dan Ilmu Politik. Penggagasnya, Profesor Dr. Banomyong, ingin mendirikan sebuah universitas untuk mendidik orang-orang demokrasi Thailand yang diperkenalkan ke negara itu untuk pertama kalinya dua tahun sebelumnya. Motto Thammasat adalah: “I love Thammasat because Thammasat teaches me to love the people”. Tahun 1947, universitas ini berubah nama dengan Thammasat University seperti sekarang yang dipengaruhi oleh situasi politik saat itu. Universitas mempunyai 19 Fakultas, 7 College, dan 7 Institute dan Center. Dengan jumlah jumlah 33.506 mahasiswa, universitas ini didukung oleh 2,766 dosen dan pegawai.
Di universitas ini kami menuju ke Faculty of Liberal Arts, tempat di mana sebagian besar teman-teman punya latar belakang keilmuan terkait. Di tempat ini, kami disambut oleh Dr. Chaiwat Meesanthan, Wakil Dekan Bidang Hubungan Internasional. Dr. Chaiwat ini merupakan satu almamater dengan saya yaitu lulusan University of Malaya di Malaysia dan juga seorang Muslim yang fasih berbahasa Melayu. Latar belakang keilmuannya juga cocok dengan sebagian besar teman-teman. Di sini kami saling bereksplorasi untuk menjajaki kemungkinan kolaborasi riset dan publikasi internasional. Dr. Chaiwat ditemani oleh dua orang dosen dari fakultas yang berkaitan yang juga merupakan para peneliti yang sudah sering berwara-wiri ke Indonesia untuk urusan penelitian dan tentunya juga bisa berbahasa Indonesia. Salah satunya malah penelitiannya tentang pelaksanaan syariat Islam di Aceh. Kegiatan ini kemudian diakhiri dengan foto bersama di depan plakat fakultas.