Oleh Eridafithri, S.Pd.,M.A.(TESOL)
Baru baru ini Indonesia digemparkan dengan berita pencapaian seorang remaja Indonesia pada ajang pencarian bakat di Amerika bertajuk America’s Got Talent (AGT) yang bernama Putri Ariani. Ia adalah seorang remaja dengan disabilitas netra yang telah membuktikan bahwa meraih sukses adalah hak semua orang. Masyarakat Indonesia sangat kagum dengan pencapaian seorang Putri Ariani hingga berada di posisi ini. Apapun yang telah dilalui olehnya telah membuka mata sebagian besar masyarakat Indonesia,termasuk para pengambil kebijakan agar mengapresiasi dan memberi kesempatan mengembangkan bakatnya.
Tentu saja kesempatan ini tidak hanya tersedia untuk seorang remaja seperti Putri Ariani yang berbakat dalam menyanyi, tetapi juga kesempatan yang sama dan merata bagi masyarakat dengan disabiltas apapun di daerah manapun untuk lebih difasilitasi dan diberi kesempatan meraih impiannya sesuai dengan bakat mareka masing masing.
Yang menjadi perhatian sebagian besar orang adalah bagaimana cara orang dengan disabilitas netra ini belajar dan menulis serta berinterkasi dengan teknologi tanpa hambatan apapun. Berikut ini saya akan menjelaskan bagaimana seorang disabilitas netra mengembangkan literasi mareka.
Menurut beberapa sumber cetak dan elektronik Huruf Braille adalah sejenis sistem tulisan sentuh yang digunakan oleh tunanetra. Sistem ini diciptakan oleh seorang Prancis yang bernama Louis Braille yang buta disebabkan kebutaan waktu kecil. Ketika berusia 15 tahun, Braille membuat suatu tulisan tentara untuk memudahkan tentara untuk membaca ketika gelap.
Dalam perkembangannya tulisan ini ditabalkan dengan nama penemunya. Huruf Braille tersusun atas titik-titik yang timbul di atas kertas, sehingga dapat diraba menggunakan ujung jari. Setiap huruf, angka, dan tanda baca memiliki kombinasi titik yang berbeda. Huruf Braille terdiri dari enam titik per sel, yang disusun berupa dua baris vertikal tiga titik.Ada pola dalam abjad Braille yang berhubungan dengan urutan huruf di abjad. Mempelajari huruf Braille sebaiknya dilakukan dari sejak dini ketika seseorang mendapatkan kebutaan.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan bila seseorang ingin belajar huruf Braille yaitu mengetahui latar belakang dari huruf Braille sendiri, sehingga menumbuhkan konsep alasan dan tujuan dari abjad tersebut. Memahami dan mengenal titik sebagai tanda dan kode huruf serta tanda baca pada abjad Braille merupakan hal utama yang harus diperhatikan. Kemudian juga mengetahui cara mengingat dan mneghafal kode tersebut. Ini harus disertai dengan Latihan yang tekun dan kesabaran yang tinggi.
Huruf Braille juga bisa dipraktikkan untuk membaca Alquran, karena abjad Braille juga dirancang dalam abjad huruf Arab. Penulisan aksara Arab dengan huruf Braille memiliki pola titik timbul seperti aksara Latin, yaitu adanya enam titik timbul dengan tiga titik menurun dan dua titik menyamping seperti pola kartu domino. Pembeda dari setiap hurufnya ada pola titik yang timbul tersebut.
Bagi sebagian pengguna mesin tarik tunai (ATM) mungkin akan memperhatikan pola titik yang dirancang pada tombol ketika Anda mau menggunakan ATM. Pola titik tersebut dirancang untuk pengguna dengan disabilitas netra, sehingga mareka bisa membaca kode setiap tombol. Berikut gambar huruf aksara Braille.
Pembaca layar (Screen Reader) adalah perangkat lunak yang membantu orang dengan disabilitas netra untuk mengakses dan berinteraksi dengan komputer, handphone, gadget lainnya. Pembaca layar bekerja dengan mungubah teks elemen visual pada layar menjadi suara atau Braille.
Pembaca layar dapat digunakan untuk menjelajahi dan menavigasi menu, pengaturan, dan aplikasi pada layar perangkat elektronik. Supaya layar dapat terbaca maka aplikasi pembaca layar tersebut harus di install terlebih dahulu. Berikut ini ada beberapa aplikasi yang sering dipakai untuk membaca layar.
Aplikasi ini adalah perangkat lunak pembaca layar gratis dan mudah didapatkan oleh masyarakat umum (open-source). Perangkat ini dikembangkan oleh Michael Curran pada tahun 2006 dan ditulis dengan Bahasa pemograman Phyton. Perangkat inilah yang biasa digunakan oleh orang dengan disabiltas netra untuk membaca semua infromasi atau teks yang tertera pada layar komputer maupun handphone. Hal ini yang akan menggantikan peran mata melalui telinga.
Perangkat lainnya yang sering juga digunakan oleh disabilitas netra adalah JAWS singkatan dari Job Access with Speech-yang juga merupakan perangkat lunak untuk membaca semua teks informasi pada layar, sehingga memudahkan disabilitas netra untuk ‘membaca’ informasi melalu perangkat elektronik. Cara kerja JAWS sama dengan NVDA yaitu menjelajahi semua fitur dan teks onformasi pada layar sama halnya dengan mata yang meilhat semua fitur dan informasi pada layar. Yang membedakan hanya pada alat indra yang digunakan.
Orang awas (sebutan untuk orang masih bisa melihat dengan mata secara normal) mengakses semua fitur dan teks informasi pada layar melalui mata, maka disabilitas netra menggantikan peran Indera penglihatan dengan Indera pendengaran, melalui telinga. Selain dua aplikasi yang Sudah umum terpasang pada gawai disabilitas netra ini, ada beberapa perangkat lunak lainnya yang juga umum digunakan yaitu Narrator (pembaca layar untuk Window 10), VoiceOver,pembaca layar bawaan Mac OS dan juga TalkBack yang merupakan pembaca layar bawaan pada Android.
Seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan Artificial Inteligence semakin banyak perangkat dan gawai baru yang diciptakan untuk kemudahan disabilitas netra. Smart Glasses(kacamata pintar) juga diciptakan dengan fitur canggih yang bahkan dapat menjelaskan objek yang ada di sekeliling pengguna, juga mendeskripsi objek dengan sangat rinci. Dengan kemajuan teknologi, tidak ada lagi hambatan bagi disabilitas netra untuk mendapatkan pendidikan dengan lebih layak.
Di negara maju akses publik bagi disabilitas netra sudah sangat bagus dan menjadi prioritas. Di beberapa kota besar di Indonesia perhatian dan aksesibilitas terhadap orang dengan disabilitas netra juga mulai jadi perhatian utama,seperti sarana informasi dan transportasi umum. Dengan demikian, pelayanan dalam hal pendidikan masih membutuhkan perhatian dan peningkatan terutama pelayanan dalam penyampaian pembelajaran dan asesmen formal.
Untuk berkomunikasi dengan disabilitas netra, seorang pendidik harus memverbalkan (menjelaskan dengan kata kata) kata atau objek baru yang diucapkan sehingga pembelajar disabilitas netra dapat menvisualisasi penjelasan yang disampaikan. Demikian juga bila Anda ingin berbicara dengan pembelajar disabiltas netra, bisa memanggil nama atau bila berada di dekatnya Anda bisa meyentuh dengan punggung tangan Anda pada lengannya sebagai tanda bahwa Anda sedang melibatkan dia dalam percakapan. Sama halnya bila Anda berada dalam kelompok diskusi dengan disabiltas netra, maka Anda harus terbiasa untuk peka terhadap cara melibatkan mereka dalam diskusi sehingga mereka tidak akan merasa terabaikan.
Demikian juga halnya dalam penyampaian materi pembelajaran, semua materi yang akan diberikan harus terlebih dahulu dipersiapkan dalam bentuk file Microsoft word atau PDF yang bisa dibaca oleh perangkat lunak pembaca layar. Bila ada fitur gambar (image) harus ditranskripsikan ke dalam teks sehingga mareka bisa menvisualisasi gambar tersebut melalui deskripsi. Hal ini tentu harus memiliki keterampilan dalam menyampaikan diksi yang tepat supaya penjelasan tidak ambigu.
Hak privasi pembelajar netra juga harus disamakan dengan pembelajar awas dalam mengikuti ujian. Materi ujian harus ditranskripskan dalam Microsoft word atau PDF yang bisa dibaca oleh pembaca layar. Peserta ujian dengan disabilitas netra harus diberikan kesempatan untuk ikut ujian mandiri tanpa didampingi oleh pembaca soal sperti yang selama ini sering terjadi. Mareka tidak sepatutnya didiskriminasi dengan kecurigaan akan berlaku curang dengan akses komputer yang mareka pakai, karena perangkat komputer tersebut bisa disetting untuk tidak dapat mengakses informasi melalui internet atau tidak bisa membuka file yang lain selain materi ujian.
Pendekatan dan komunikasi dalam pembelajaran yang ramah disabilitas netra yang sangat perlu untuk ditingkatakan mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai dengan tingkat perguruan tinggi sehingga tidak terjadi kesenjangan antara pembelajar awas dengan pembelajar disabilitas netra.
Pendidikan inklusi yang melibatkan kesamaan dan kesetaraan hak serta kewajiban bagi semua pembelajar sangatlah perlu didukung. Provinsi Aceh merupakan salah satu daerah yang memiliki tinggkat disabilitas tinngi, sehingga membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah daerah untuk menfasilitasi agar kelompok penyandang disabilitas mendapat pendidikan yang setara dengan yang lain. Harapan ke depanya Aceh dapat melahirkan ilmuwan muda dengan disabiltas yang pakar dalam bidangnya masing masing.
Sementara itu, banyak sekali peluang untuk melanjutkan pendidikan master dan doktoral di dalam dan luar negeri bagi disabiltas. Sayangnya sangatlah sulit untuk mendapatkan sumber daya yang sesuai kriteria sponsor beasiswa tersebut bagi kalangan disabilitas. Semoga ini menjadi suatu pertimbangan baik bagi pemerintah Aceh untuk lebih memperhatikan komunitas dengan disabilitas apapun sehingga mareka diberi bantuan pendidikan untuk melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang perguruan tinggi.
Penulis adalah Guru SMAN 10 Fajar Harapan dan juga Praktisi Pendidik Inklusi